MONOPOLY||06

215 202 98
                                    


06. Bantuan pembawa petaka (2)

•••

Hari ini seperti biasa setelah pulang sekolah mereka tidak pernah langsung pulang ke rumah namun pergi ke tongkrongan

Deru motor memasuki kawasan perkotaan, suasana terlihat indah karena lampu-lampu dari gedung, langit hari ini terlihat cerah sehingga bintang dan bulan saling berdampingan

Banyak motor yang sudah tertata rapi di sebuah warkop, ini warkop yang cukup terkenal di kalangan remaja namun kebanyakan pemuda yang datang kesini

Ada sih 2 Minggu lalu gerombolan cewe datang, awalnya sih nongki-nongki biasa eh lama-lama kok caper kek tawon, mana cowok kalau gibah beuh panjang kali lebar kali tinggi, rel kereta api kalah panjang mana nyelekit lagi masuk ulu hati sampai usus dua belas jari

Mungkin depresot kena mental breakdance, mangkanya tambah jarang ada ciwi-ciwi pansos kanan kiri

"Oi sini" Gibran yang melihat temannya, berjalan mendekat

"Lama amat lu pada" Bram menyeruput kopi yang ia pesan

"Biasa tugas dahulu bersenang-senang kemudian" Kenzo menjawab dengan mata yang berbinar melihat banyak gorengan di atas meja

"Masih suka lihat 2 tuyul lo?"

"Masih lah makin lama makin unyu mana ga naik kelas" Kenzo mencomot sambal dan memakan sambil bergumam

"Ada yang inisiatif traktir makan ga?" Shaka mengendikan bahu dan memakan bakwan dengan nikmat. Bram mengeluarkan dompetnya mengambil sebuah foto sambil tersenyum

"Anjir gue kira lo mau bayarin malah ngeluarin foto, btw siapa tuh cakep bener" Bram makin melebarkan senyumnya

"Anjir kek Annabell, mending tuh mulut mingkem pada kabur ntar nanges"

"Cewe gua" Bram memamerkan foto itu mendekatkan ke satu-persatu agar terlihat jelas

"Yaelah gitu dong mah kita kagak punya" mulai dah galaunya si Gibran, Shaka menyumpal mulut Gibran dengan gorengan tidak lupa dengan cabai

"Bngst pedes anjir, air mana air anjir" Gibran lari sampai berkeliling mungkin efek kepedasan tempat aja lupa

"Buk buk buk air buk mati saya buk ga minum air" pemilik warkop itu memberikan air satu ceret, Gibran meminum sekalian mengguyur wajahnya yang terasa panas

"Anjing Shaka maju lo sini gelud kita" ia berlari dan langsung menyerang Shaka, sedangkan Shaka tertawa melihat tingkah Gibran. Kenzo hanya melihat sambil makan gorengan lumayan tontonan gratis

15 menit kemudian

"Anjir capek gue, lama-lama nih perut gue melar" Shaka berdiri dan membersihkan celananya, Gibran memilih untuk rebahan di lantai

"Pulang kuy gerah gue" Kenzo menyelesaikan acara makannya. Shaka mengangguk dan membantu Gibran untuk berdiri

"Oi Bram kita duluan ya"

"Woke" memang dasarnya baru pacaran ya hp teros dipantau 24 jam, ntar telat 1 menit dikira selingkuh kali

"Eh terus yang bayar siapa, asu" Bram mengejar keluar warkop dan sialnya mereka bertiga sudah jalan

"WOY LO BELUM BAYAR" mungkin kuping si Shaka masih waras cuma dia yang mendengar itu

"PJ" Bram yang mendengar itu mengelus dadanya

"Sabar bram, orang sabar disayang pacar" 

Mereka sebenarnya memang sudah merencanakan dari awal agar ditraktir, tapi keberuntungan sedang di pihak mereka, yang awalnya bingung membuat alasan eh si target baru jadian lumayan lah buat alasan

Di tengah perjalanan Gibran menghentikan motornya di ikuti Kenzo dan Shaka, mereka melihat ada seorang kakek yang ada di tengah jalan memunguti pernak-pernik

"Kek biar saya bantu" Gibran membantu menggambil barang-barang, banyak sekali barang seperti gantungan kunci, Kenzo juga membantu untuk memunguti dengan teliti takutnya nanti ada pengguna jalan yang melintas

Hanya Shaka yang tidak membantu karena ia berubah menjadi tukang parkir, meminggirkan motor Kenzo dan Gibran yang seenak jidatnya ditaruh sembarangan

"Ini kek" Gibran memasukkan pernak-pernik kedalam tas yang kakek itu bawa

"Saya punya ini, kalian mau?" Kakek itu mengeluarkan sebuah bidak dan dadu berukuran sedang

"Udah kek ga usah, kakek simpan aja" kakek itu menatap barangnya dengan perasaan kecewa, Kenzo yang tidak tega menerima dua hadiah itu dan di simpan ke dalam tas

"Kalian jaga baik-baik ya"

"Iya kek pasti"

"Yaudah terima kasih sudah bantu saya pamit dulu" tidak selang beberapa lama keadaan jalan menjadi ramai, tidak seperti tadi yang sepi

Mereka bertiga kembali pulang, hari ini rencananya akan menginap di rumah Shaka, namun sebuah cahaya putih keluar dari tas kemudian menghilang beserta tubuh mereka


•••
To be continued
•••

[ Bram ]

[ Bram ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MONOPOLY [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang