21

2.8K 298 8
                                    

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Taehyung, tamparan itu membuatnya tersungkur ke lantai. Namun bukan itulah penyebab Taehyung menangis, ia menangis karena ia sadar bahwa ia pantas mendapatkan tamparan itu.

"SEMUA INI SALAHMU!!" Bentak ayahnya.

Jennie menangis sesenggukan. Yoongi juga menangis, ia mencoba sebisa mungkin untuk menghentikan ayahnya memukuli Taehyung lagi. Karena ia tidak ingin Tae merasakan apa yang ia rasakan selama ini.

"KARENA KAU IBUMU MATI! KAU MEMBUNUHNYA!"

"Ayah hentikan, kumohon—" Jaewon mendorong Yoongi dengan kuat hingga ia terjatuh. "BERANINYA KAU MENYENTUHKU?!"

"Aku sangat membencimu! Kau Berengsek!" Mereka semua terkejut saat Jennie mengumpat pada ayahnya. "Kau adalah monster! Kau adalah orang yang—"

Jaewon menangkup pipi Jennie dengan tangan kanannya. "Lihatlah putri kecil ini menjadi sangat berani."

Tae segera berdiri dan menyingkirkan tangan pria paruh baya itu dari adiknya.

"Kalian semua sama saja. Mulai sekarang, aku tidak memiliki anak. Aku tidak ingin melihat kalian lagi di rumahku besok atau kalian semua akan menyusul ibu kalian." Ia menarik pelatuknya dan hampir mengenai lengan Yoongi.

"PERGI DARI RUMAHKU!!"

..

Taehyung tidak menyangka ia berjalan di malam yang dingin ini membawa barang-barangnya. Sekarang sudah musim dingin dan hampir natal. Ia tidak bisa melupakan apapun yang terjadi beberapa saat yang lalu, itu masih sangat segar baginya. Terutama rasa sakitnya.

Ia senang akhirnya dapat keluar dari rumah itu. Namun itu akan baik-baik saja jika hanya dirinya, ia bisa menjaga dirinya sendiri. Namun ini menjadi sulit karena ia jadi membebani saudara-saudaranya.

"Aku tau di mana kita bisa tinggal." Yoongi memecah keheningan. Taehyung dan Jennie membiarkannya memimpin.

Setelah berjalan selama beberapa menit, mereka sampai di tempat yang tidak asing bagi Tae. Namun ia tidak ingat.

"Dimana kita?" Tae bertanya, suaranya masih lemah. Yoongi mengetuk pintu dan sesaat setelahnya pintu itu dibuka dari dalam. Tae terkejut, itu adalah Bogum.

"Taehyung?" Bogum juga sama terkejutnya dengan kehadiran Tae yang tiba-tiba. "Kalian saling mengenal?" Tanya Yoongi. Tae tidak memiliki energi lagi untuk menjawab, jadi ia hanya menganggukkan kepalanya.

"Masuklah!" Ucap Bogum karena di luar sangatlah dingin. Awalnya mereka ragu, namun Yoongi meyakinkan mereka.

Ibu Bogum datang, dan mungkin ia sudah mendengar apa yang terjadi. Karena ayahnya adalah seorang Jenderal, ia cukup terkenal di kota. Dan karena banyak orang yang mengenal mereka, kabar tentang meninggalnya Ibu mereka tersebar dengan cepat.

"Anggap saja seperti di rumah."

Mereka duduk di sofa dengan diam. Mereka semua terdiam. Yoongi sebagai yang paling tua tentu saja memiliki tanggung jawab. "Bisakah aku berbicara denganmu secara pribadi?" Tanyanya pada Bogum, lawan bicaranya mengangguk.

Saat Yoongi dan Bogum keluar, Heena mendekat dan duduk di samping Taehyung.

"Hey, Bibi tau ini berat. Namun kalian bisa tinggal bersama kami selama yang kalian inginkan." Ia menenangkan. Dan meskipun Tae tidak merasakan ketenangan—belum, ia tetap tersenyum.

"Terimakasih Nyonya." Heena menggeleng dan tersenyum. "Kau bisa memanggilku bibi atau ibu juga, ah dan ini adikmu, bukan?" Ia merujuk pada Jennie yang sedang menatap kehampaan dengan mata bengkaknya.

Captain Jeon, Since 1894 [kookv] Indonesian verTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang