Part 6.

46 7 0
                                    

Karna ada Andra yang selalu disisinya dan terus menempelinya, Vella tidak kena marah.

Beruntungnya.

Vella tak tahu harus mengucapkan terima kasih seperti apa. Kalau tidak ada Andra, mungkin Vella tidak tahu akan jadi seperti apa.

Tapi Andra yang kena imbasnya. Andra dimarahin oleh Bunda Vella dan Papih Vella.

Kali ini Vella akan memutuskan bahwa, ia tidak mau Andra ikut terlibat dalam masalahnya.

"Kak. Vella minta, kakak jangan pernah tolongin Vella atau ikut campur masalah Vella ya kak. Bukannya Vella ga tau diri dan gatau terima kasih, bukan. Vella cuma ga mau, kak Andra terlibat dalam masalah Vella. Cukup ini aja yang terakhir. Vella ga mau lagi liat kak Andra kena marah. Maafin Vella dan sekali lagi Vella ucapin banyak-banyak terimakasih."Vella menunduk. Vella mengucapkan terimakasih yang banyak dan tidak pernah bosan. Gapapa dong ngucapin terima kasih mulu dibanding ga bilang sama sekali??

Andra tertegun. Padahal niat dia baik ingin membantu Vella. Tapi kalo Vella sudah memintanya seperti ini, Andra tidak bisa menolaknya. Ia akan memantau Vella dari jauh.

"Kalo itu mau Vella, gue ga bisa maksa. Tapi, kalo Vella butuh apa-apa datang ya ke Kakak, gue akan ada disini untuk lo."

Vella tak bisa lagi menahan air matanya. Andra begitu sangat baik. Terimakasih anak baik.

"M-makasih b-banyak Kak."Ucap Vella terseguk.

Andra tersenyum.
"Sama-sama cantik."Mengelus surai Vella.

......

Lapangan serta didepan gerbang sangat ramai. Dipenuhi oleh murid-murid yang berhamburan untuk pulang.

Hari sudah menjelang sore.

Gadis munggil itu berlari menghampiri segerembolan laki-laki yang kian tengah tertawa.

"Kak Gerlan! Kakak mau ga nganterin Vella ke toko buku??"Vella membeli buku untuk tambahan belajarnya. Ia akan mengejar nilai tinggi hanya untuk membuat kedua orang tuanya bangga.

Padahal, orang tua Vella tidak menuntut Vella untuk meraih nilai tinggi atau prestasi. Itu semua kemauan Vella.

Vella ingin menunjukan ke kedua orang tuanya bahwa dia bisa. Dia ingin menunjukan bahwa Vella bisa, bukan cuma bisa menanggis doang.

Setiap malam tiada hari tanpa belajar. Dengan kondisi badan yang habis dipukul, Vella masih sempat-sempatnya belajar.

Gerlan menatap gadis didepannya dengan tatapan datar.
"Nggak. Gue ada janji sama Mela."

Bibir Vella melengkung kebawah. Vella sudah tidak mood lagi kala Gerlan menyebutkan nama Mela.

Mela, Mela, dan Mela. Mela aja terus! Dianya kapan??

"Sebenernya pacar Kakak itu siapa? Vella atau Mela?"tanya Vella lantang dihadapan temen-temen Gerlan.

Gerlan membolakan matanya. Ia segera menarik lengan Vella kasar menjauh dari situ.

"Lo memang pacar gue Vell! Pasti lo udah tau, gue pacarin lo itu karna apa. Jadi, lo ga usah terlalu berharap banyak sama gue!"sentak Gerlan.

Vella menatap Gerlan yang lebih tinggi darinya.
"VELLA JUGA PENGEN DIPRIORITASIN KAYAK MELA KAK!! KALO MEMANG KAKAK DENDAM SAMA VELLA, BUNUH VELLA SEKARANG KAK! B-bunuh."Air matanya sudah tumpah.

Gerlan diam tak berkutik. Tubuhnya menegang.

"Kenapa Kakak diam? Ayo, bunuh Vella sekarang."Vella menarik almet milik Gerlan.

Memukul-mukul dada bidang Gerlan dan menangis deras.

Tubuhnya dihampas ke tanah, oleh laki-laki tak berperasaan itu.

VELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang