•°•°•°•°•°•°
"Saya ingin kamu menceraikan saya, mas."
Anton yang sedari tadi fokus pada makanannya langsung mendongakkan wajahnya. Matanya menatap sosok sari yang sudah berdiri di ambang pintu dengan koper besar di tangannya.
"Saya rasa kamu memang tidak bisa menepati janji mu itu, dan saya sudah mulai lelah dengan itu." Sari berjalan mendekati Anton yang masih terdiam dengan tatapan tak percaya mengarah pada istrinya.
"Apa maksudmu? Janji mana yang tidak aku tepati itu, Sari?" Tanya Anton dengan rahang yang mulai menegang kaku.
"Kamu masih mencintai Melina."
Anton tersentak ditempatnya. Matanya membulat sempurna mendengar hal itu.
"Kamu bahkan lebih memilih untuk perduli kepada Lulu daripada Aria, anakku."
Anton menggertakkan giginya dengan keras. Kedua tangannya terkepal penuh rasa amarah. "Apa maksudmu? Aku bahkan rela membuang anakku sendiri demi anak mu, aku rela menyisihkan Lulu demi Aria, dan kamu masih bicara seolah aku mengabaikan anak mu?"
"Tapi memang itulah kenyataannya," kata Sari lalu mulai mendekati Anton dan meletakkan amplop coklat di tangannya di meja hadapan suaminya.
"Ceraikan saya, dan saya akan pergi."
Anton mengepalkan tangannya kuat.
"Kamu bisa hidup bahagia bersama kedua anak mu, tanpa adanya gangguan dari ku atau Aria."
Anton menatap tajam kepada Sari.
"Apa maksudmu?! Bukannya kau bilang Aria juga anak ku?! Kau bilang Aria darah daging ku, karena itu aku bertangungjawab menikahi mu!! Bahkan aku rela meninggalkan istri kuu!!! Apa maksud mu hah?!!" Teriak Anton dengan kedua mata berkilat marah.
Sari menyeringai, wanita itu sedikit tertawa kecil saat melihat kemarahan Anton.
"Kau bodoh, Aria bukanlah darah daging mu."
Anton kembali membulatkan matanya dengan terkejut. "A-apa maksud mu?" Tanya Anton geram.
"Aku menipu mu," jawab Sari dengan raut wajah datar menghiraukan tatapan marah serta tajam dari Anton.
"Saya tidak punya banyak waktu, segeralah tanda tangani ini, oh ya, jika kamu benar-benar menyayangi Aria seperti apa yg kamu bilang barusan, aku serahkan anak itu kepada mu mas." Sari kembali berjalan meninggalkan Anton yang masih saja menatapnya.
"Oh ya," Sari kembali berhenti berjalan ia sedikit menolehkan kepalanya ke belakang menatap Anton dengan senyum jahatnya. "Perlu kamu ketahui juga, Aria bukan anak mu ataupun anak ku, dia hanyalah seorang anak pungut yang ku pungut dari pengemis jalanan."
Usai mengatakan semua hal itu Santi kembali melenggang pergi membawa koper besar di tangannya.
Disisi lain ada Anton yang benar-benar terkejut dengan semua fakta ini. Apa-apaan semua ini? Kenapa begitu tiba-tiba? Jadi selama ini dia ditipu oleh iblis sialan itu?
Anton menggeram marah, tangannya meraih gelas kaca di meja lalu melemparkannya ke dinding hingga hancur berkeping-keping.
"Yang perlu ku lakukan sekarang adalah menghubungi Lulu, ya Lulu." Gumam Anton dengan mata berkilat penuh rasa amarah.
*
Di tempat lain.
Zefa tampak terduduk gusar di bangku panjang taman. Sudah satu jam lebih dia terduduk disini sendirian.
"Oh, lo udah nunggu dari tadi ya?"
Zefa menoleh, matanya menatap balas pada sosok gadis berpakaian ketat yang berdiri tak jauh dari bangku yang sekarang ia duduki. Sejujurnya Zefa sendiri agak merasa risih dengan pakaian yang dikenakan Aria untuk menemui dirinya saat ini. Gadis itu mengenakan dress mini yang memamerkan paha putihnya dengan belahan dada rendah.
Zefa berpikir, apakah gadis SMA pantas mengenakan pakaian seperti itu? Tapi Zefa segera menepis pikiran itu, gadis itu kesini bukan untuk mengomentari penampilan Aria tapi dia kesini hanya untuk sekedar menyelesaikan semua masalahnya dengan gadis itu.
"Nah, lo bilang tadi ingin membicarakan sesuatu, sekarang katakan gue nggak punya banyak waktu." Aria mendudukkan dirinya tepat disamping Zefa, menatap sekeliling lalu tersenyum tipis dengan bibir merahnya. Taman ini sangat sepi.
"Eum, anuh, gue kesini mau bilang sesuatu." Sesuatu rasanya seperti tengah mengganjal tenggorokan Zefa sekarang. Gadis itu sedikit kesulitan untuk mengatakan apa yang dia ingin katakan sebelumnya.
"Gue pingin berhenti kerja sama sama lo."
Hening untuk sesaat sampai pada akhirnya suara tawa Aria yang cukup keras membuyarkan keheningan tersebut.
"Apa lo bilang tadi? Berhenti?" Tanya Aria dengan sedikit kekehan di kalimatnya.
"I-iya."
Aria menghembuskan nafas beratnya. Lalu merogoh tasnya dan mengeluarkan sesuatu yang kembali membuat Zefa terkejut melihatnya.
Oh ayolah, Zefa akan memaklumi saat dia melihat Aria mengenakan pakaian ketat seperti itu, tapi kali ini melihat gadis itu mengeluarkan rokok serta korek api dari tas tangannya, lalu dengan santainya Aria menyalakan benda itu lalu menghisapnya dengan gerakan anggun.
"L-lo ngerokok?"
Aria tersenyum kecil seraya menghembuskan asap rokoknya ke udara malam. "Kenapa? Kaget?"
Tentu saja Zefa kaget. Ya memang ini bukan kali pertamanya dia melihat seorang wanita merokok, tapi Zefa sedikit terkejut saat Aria juga seorang gadis perokok.
"Soal lo yang pengen berhenti, kenapa lo pengen berhenti secara tiba-tiba?" Tanya Aria dengan santai.
"Gue sadar apa yang gue lakuin ini salah," kata Zefa pelan. "Gue pingin berhenti."
Aria menghisap rokoknya lalu menghembuskan asapnya lagi. "Lo boleh berhenti, tapi dengan satu syarat."
Tatapan Aria terlihat misterius di mata Zefa dan saat itu pula entah kenapa Zefa merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
"Lo harus ikut gue."
°•°•°•°•°•°
Wiiihhh dah berapa lama author ga update?
Lama kah? Ehehe gomen ne⊙︿⊙
Selain karena kendala kuota yang kritis, author juga kadang mageran buat nulis ಥ⌣ಥ maapkan lah daku.//geplak//Btw, gimana sama part kali ini? Suka ga? Suka ga? Suka lah masa enggak:v
Ehehe, ku tunggu taburan bintang dari kalian lalu ku bakal lanjut di part selanjutnya
(づ ̄ ³ ̄)づNe, sampai ketemu di part selanjutnya
//Nabur cinta keseluruhan readers//
(*^3^)/~♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Or Bad Couple? [END]
Teen Fiction"nikahi gue!" "Apa?! Lo gila?!" "Gue waras! nikahi gue!" "Shit, gimana bisa?! Gue masih SMA!" "Gue ngga nanya status Lo! Gue cuma minta satu!, N-I-K-A-H-I G-U-E!" "GILA!" * Zio dan Lulu adalah sepasang insan remaja yang dipertemukan dalam sebuah tra...