17. Statement

29 3 2
                                    

Selepas ajakan Gibran yang mengajaknya untuk berangkat bersama, mereka berdua jadi tidak canggung lagi atau bertengkar. Athaya juga senang saat cowok dihadapannya ini sering berbagi pesan dengannya. Jadi gak salah juga sih kalau Acha mendukung keduanya untuk melanjutkan hubungan pertemanan nya ke yang lebih serius. Beberapa kali juga Gibran mengajak pulang bersama ketika mereka kebagian ekskul bareng dan pulang lebih sore.

Tidak salah juga jika gadis itu senang ketika Gibran selalu mengajaknya untuk bermain piano diaula atau bergitar diruang musik. Namun lagi lagi Athaya membuang perasaan baper nya itu jauh jauh.

Lagian Gibran juga terlihat lebih dekat dengan Bintang.

"Lo kayak gak makan seminggu aja,"

Gibran yang mendengar omelan gadis dihadapannya itu hanya nyengir.

"Nih cobain, aaaa—,"

Athaya menggeleng ribut yang membuat Gibran mencebikkan bibirnya kesal.

Tidak tahu saja, dalam hati Athaya memekik, bagaimana bisa pria dihapannya ini bisa bertingkah menggemaskan dengan penampilan yang... meresahkan.

Rambut hitam legam yang sebagian basah oleh keringat, wajah lelahnya dengan bibir yang sedikit pucat, juga baju basket tanpa lengan dan sialnya Gibran tidak memakai kaos sebagai rangkep bajunya.

"Thaya ih, aaa—,"

Dan pada akhirnya Athaya menerima suapan cowok itu agar ia diam.

"Btw gue menang."

"Terus gue kudu kayang?"

"Lo mau?"

"...jadi pacar gue?" lanjut Gibran

"Hah?" Athaya dibuat cengo kemudian melepaskan genggaman tangan cowok dihadapannya, "Anjing lo gaus—"

"Becanda ahahaha..."

Potong Gibran tertawa, astaga ia hanya bercanda pada Athaya, kan, bukankah sudah bilang kalau mereka berdua hanya berteman.

Entahlah tapi Gibran selalu memusatkan dirinya pada sosok yang sekarang ini tengah memasuki kantin bersama dengan pria tadi pagi yang berkenalan dengannya.

Sedangkan diam diam Yolanda tersenyum menatap keduanya dari jauh, "akhirnya gaada beban."

"Lo kenapa sih?!" tanya Athaya kesal saat cowok itu barusaja menariknya untuk meninggalkan tempat ternyaman disetiap sekolah itu.

"Gapapa, ayo keliling cuci mata,"

Athaya berdecih kemudian menonyor kepala Gibran, "lo cemburu kan Bintang sama Damar?"

Cowok itu menyirnyit, "lo tau Damar darimana?"

Sialan-!!

***

"Kayaknya bakal ada yang patah hati nih," Gibran mendelik saat Rangga dengan iseng menyenggol nya.

"Udah ga dapet restu, dapet saingan pula."

Ketiga cowok itu tertawa saat mendengar ucapan Putra. Gibran lagi lagi menghela kasar nafasnya, mau ngambek pun gaada guna, karena ucapan sahabatnya memang benar.

"Lo ga-"

"Dengerin, sebenernya gua ga peduli sama percintaan Bintang"

Gibran juga ketiga remaja itu diam menunggu kelanjutan ucapan Guntur.

"Gua juga bukannya gamau ngasih restu sama lo, tapi gua gamau hubungan kita jauh kalau nanti lo ada masalah sama Bintang," 

"Kok lo pesimis, Tur?"

ATHAYA GIBRAN - 01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang