EU;19

3.4K 211 1
                                    

Sebulan terlewati dengan keadaan yang bisa di bilang hampa bagi Arka, sebulan itu Nana tidak pernah kelihatan dan Arka mencoba berfikir positif. Apalagi ujian nasional sudah di depan mata. Arka juga sibuk tidak kalah sibuk dengan pikirannya yang tidak mau terlepas dari Nana. Intan juga biasa ke rumah Nana, dan mencari gadis ceria itu tapi Nana selalu tidak dirumah saat ibunya datang. Mungkin memang Nana sesibuk itu. Perubahan Arka yang jauh lebih diam dari biasanya membuat Nadia merasa aneh, Arka punya masalah tapi tidak mau bercerita.

"Lo kenapa sih?" pada saat kelas terakhir sudah selesai, Nadia menyusul Arka yang sudah duduk manis di meja pojok kantin. Ara harusnya bersama mereka, tapi sejak sahabatnya itu hamil pak Andra dosen terkeceh jadi makin protektif.

"Kenapa apa?" Arka sebenarnya bukan pendiam, Arka termasuk pria yang cerewet dan bisa sangat cerewet untuk beberapa hal. Tapi sudah satu bulan ini Arka terlihat sangat suram, tidak bersemangat dan seakan bosan untuk hidup. Kalau ada yang bertanya padanya atau mengajaknya bercanda Arka bisa langsung marah, judesnya langsung kambuh, makanya Ara sampai sebal dan mereka sempat marahan.

"Nana bikin lo galau ya?" dari cerita yang Nadia dengar dari Ara, cewek bernama Nana alias Clarinna ini menyukai Arka bahkan secara terang-terangan. Mental Nana sangat kuat kalau sampai berhasil menaklukkan Arka

"Gak usah sok tau" Arka juga tidak mengerti, setelah lelah dengan denialnya selama ini Arka akhirnya mengakui bahwa ia mencari Nana. Ia bertanya setiap saat ada apa dengan Nana. Arka bukan tidak pernah menghubungi Nana, ia sering mengirim pesan tapi sialnya Nana bahkan tidak membaca pesannya. Menelfon Nana juga sudah pernah Arka coba tapi tidak pernah diangkat. Arka baru tau, menghadapi ujian nasional bisa sampai sesibuk itu. Sampai mengangkat telfon atau membalas pesan pun sampai tidak punya waktu. Arka kesal, tapi tidak tau mau lampiaskan kemana. Ia merasa bersalah  juga karna akhir-akhir ini ia terlalu sering kasar pada Nadia dan Ara.

"Jawab kek kalo orang nanya" Arka diam saja, membiarkan pertanyaan Nadia mengambang karna untuk membahas Nana, Arka lagi-lagi dibuat berfikir keras soal apa yang salah dari dirinya. Dari awal ia telah mengaku tidak menyukai Nana dan mengatakan pada Nana untuk menjauh, tapi apa yang terjadi sekarang? Malah dirinya yang mencari Nana kemana-mana. Malah dirinya yang kewalahan dengan dirinya sendiri.

"Lo kemakan omongan sendiri" Arka mengalihkan pandangannya dari laptop yang sedari tadi ia mainkan

"Maksud lo?"

"Lo bilang gak suka Nana, tapi sekarang lo galau karna dia" kata Nadia tepat sasaran

"Emang gue bilang gue lagi galau?"

"Keliatan bego, sono dah! lo berguru sama pak Andra" kata Nadia sok serius, tapi ini jelas beda kasus. Andra berusaha mendapatkan Ara sedang dirinya belum tau sebenarnya apa yang ia inginkan.

"Ka, Kalo lo suka kejar. diem di tempat lo gak bakal dapat apapun" Arka diam saja, anggaplah hari ini adalah harinya Nadia menasehatinya.

"Dari awal emang udah salah Ka, Nana ngejar-ngejar lo. Itu kan tugasnya cowok" Arka menaikkan alis, loh bukannya sekarang katanya sudah emansipasi wanita? Dimana yang seharusnya tugas pria malah di kerjakan wanita juga?

"Gue gak pernah nyuruh dia ngejar gue" ini salah Nana, Arka terjebak dengan hatinya sendiri itu adalah karena Nana. Harusnya Nana menjauh saat Arka meminta, harusnya Nana tidak sok kebal begitu menghadapi sikap Arka yang menyebalkan. Nana membuatnya terbiasa. Hingga saat hal-hal itu sudah tidak ada, Arka yang kehilangan.

"Iya, lo emang gak nyuruh. Tapi lo pikir manusia bisa kontrol mau jatuh cinta ke siapa? Itu aja gak ada jaminan cinta kita bakal terbalas" entah Nadia hari ini makan apa hingga otaknya sedikit beres

"Nasehatin orang atau ngomong kayak gini tuh bukan gue banget tau gak sih Ka. pen muntah gue di muka lo gara-gara belakangan ini lo jadi pendiem. Sok keren amat lo jadi orang" Arka hanya bisa diam, ia sadar akhir-akhir ini memang ia menyebalkan. Bahkan Ara sampai marah dan tidak mau bicara padanya

____

Terhitung tinggal beberapa hari lagi Nana akan resmi menjadi alumni. Melepas status sebagai seorang siswi menjadi mahasiswi dan jujur, Nana memang menunggu saat-saat itu.

Selama sebulan belakangan, Nana akui ia sangat sibuk, bahkan pernah demam karna kelelahan. Wajar saja, sebelum menghadapi ujian selain belajar di rumah dengan durasi tambah lama, Nana juga mengikuti try out di sekolah dan mengambil bimbel di hari-hari tertentu. Itu karna Nana punya target nilai dan Nana tidak mau lulus dengan nilai biasa saja.

Selama sebulan itu juga, mungkin bisa dibilang pikiran Nana jadi lebih tenang. Karna adanya kesibukan ini Nana jadi lupa kalau ia sedang patah hati. Tadinya begitu, Nana sempat lupa pada Arka dan pernah mengabaikan pria itu berkali-kali. Tapi hari ini sepertinya Nana sedang sial karna melihat Arka sedang mengobrol entah apa dengan Elsa di jalan menuju komplek Nana dan Arka tinggal.

Nana tidak pernah bangga saat akhirnya ada hari dimana Arka menghubunginya lebih dulu atau mengiriminya pesan lebih dulu, entah kenapa Nana hanya merasa Arka sedang heran saja karna tiba-tiba Nana berubah. Dan hal ini membuat Nana makin yakin. Nana tidak tau sedang apa Elsa di komplek rumahnya jam lima sore ini dan Nana tidak sedang ingin cari tau. Maka yang Nana lakukan hanya berlalu begitu saja di temani pikirannya yang kembali mengungkit soal Elsa yang bilang Arka lebih cocok dengannya. Sial karna itu terlihat benar

"Na, lo darimana aja? kok baru pulang? Kan ujiannya udah selesai dari jam dua belas" Kalimat itu hanyalah basa-basi, Nana tau dan sedang menatap Elsa dengan senyum.

"Abis dari rumah temen" padahal Nana menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah, teman yang mana? Nana kan tidak punya. Jujur, Nana tidak benci pada Elsa, ia juga tidak marah, kenapa harus marah?Mungkin memang maksud tuhan adalah ini. Bukan dirinya yang memiliki Arka melainkan orang lain, dan ternyata orang itu adalah Elsa. Dunia memang sempit atau justru takdir lah yang rumit? Nana tidak tau

Selepas mengucapkan itu, Nana kembali melanjutkan langkah, tidak sedikitpun ia menoleh pada Arka karna Nana tidak ingin pertahanannya runtuh begitu saja.

Samar-samar deru suara motor mendekat dan Nana pun sudah dapat menebak bahwa itu adalah Arka yang sekarang sedang melaju pelan di sampingnya. Arka mengikuti kecepatan jalan Nana

"Naik, gue anter" mereka searah, itu kebenaran. Jika dulunya Nana sangat amat senang sekarang berbeda Arka justru mendapat gelengan

"Gue lagi mau jalan kaki" Sepertinya Nana sudah boleh minta mobil pada Bagas tentu asal Rissa mengijinkan

"Kita searah, naik buruan!" Arka sedikit tidak sabar, ia tidak bisa bohong bahwa melihat Nana hari ini setelah sekian lama dapat membuatnya tiba-tiba merasa bahagia. Seperti mendapatkan mutiara dalam kerang.

"Gak usah, jalan duluan aja"

"Oke, gue ngaku kehilangan Na. lo bikin gue pusing" Nana berhenti, dan saat seperti ini pun ia masih jadi pihak yang salah?

Dan apa katanya? Kehilangan?

"Lo yang__

"Jangan pake lo "! peringat Arka keras

"Kamu yang aneh, bukannya kamu yang nyuruh aku menjauh? Ini udah Ka. Apa kurang jauh?"

Sabar Arka sabar, cewek emang ribet

"Kembali ke posisi semula kalo gitu" Nana terkekeh, Arka ini selain judes plin plan juga ya?

"Lo aneh"

EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang