Sulit

6.8K 1K 53
                                    

Sial. Sial. Sial. Itulah yang selalu Rara lontarkan. Setelah bangun kesiangan, terlambat, dan sekarang ia dihukum membersihkan lapangan sampe jam istirahat

"Dipikir gue babu kali suruh nyapu lapangan segede ini. Bangsat"

Rara terus saja menggerutu. Sungguh hari yang sangat menyebalkan

Sementara itu disudut lapangan Bara selalu memperhatikan Rara, ia tak sendiri, teman-temannya yang lain ikut memperhatikan Rara. Mereka diam dengan pemikiran masing-masing. Namun sepertinya ada tiga orang yang paling terlihat terluka, yaitu Bara, Raka, dan Andi..

Setiap hari Andi bahkan selalu membawa album yang dikembalikan Rara tempo hari. Hatinya berdenyut. Ia mengingat bagaimana ekspresi menyedihkan Rara saat mengembalikan album itu, terlihat sangat kecewa. Ia bahkan belum menjelaskan alasannya kerja parttime, itu bukan karena Rara, tapi karena keinginannya sendiri

"Rara masih marah sama Lo Bar? " tanya Johan dengan hati-hati sekali. Tatapan Bara tetap fokus pada Rara, dan ia mengangguk

Johan hanya bisa diam. Ia tau suatu saat kenyataan ini memang harus diketahui Rara, tapi ia tak tau respon Rara akan semenyakitkan itu

Ia memang mengetahui kisah itu secara garis besar, tapi ia tak pernah tau jika cerita detailnya semenyedihkan itu. Ia bahkan marah, rasanya ia ingin menghajar Bara, tapi ia sadar itu hanya terjadi dimasa lalu, Bara sudah berubah. Setiap orang bukankah pernah melakukan kesalahan

Johan masih ingat dengan jelas bagaimana tatapan kecewa Rara saat menatap Raka, cintanya, harapannya, harus hancur karena kekonyolan dari sikap Raka yang tak ia mengerti. Dan hatinya semakin sakit saat tatapan Rara beralih pada Bara, matanya memancarkan luka, amarah, kesedihan. Johan tidak ada dimasa itu, tapi entah bagaimana luka yang Rara rasakan sakitnya pun mampu ia rasakan

Saat Rara pergi, Johan ingin menarik pergelangan tangan Rara. Membawanya kepelukannya. Tapi ia siapa? Hanya orang asing

Jika kalian menganggap Johan mencintai Rara, itu salah besar. Johan memang menyayangi Rara, hanya sebagai adik. Baginya Rara sangat manis, cara Rara tersenyum, tertawa, bahkan caranya menggombal selalu menggelitik perut Johan. Ia yang biasanya selalu bolos, mendadak jadi rajin, hanya karena ingin melihat cara gadis itu menggombal orang lain. Rara amat menggemaskan dimatanya

Namun lagi-lagi, Rara berubah dingin. Seperti dulu, saat ia hanya mengejar Raka. Bedanya sekarang, ia tak mengejar siapapun

"Rara" ia memutuskan untuk memanggil gadis itu, masa bodo sama responnya nanti

Rara mendongak, menatap suara yang memanggilnya, dan tanpa sengaja matanya bertatapan dengan Bara. Dingin. Tatapan Rara sangat dingin

Johan bahkan kini sudah menghampiri Rara, tidak peduli dengan teman-temannya yang berusaha menghentikannya

"Si neng geulis meuni rajin nyapu lapangan, udah cocok nih jadi babu. Sekalian dong neng rumah akang juga sapuin" Rara merungut kesal, sungguh didepannya makhluk yang menyebalkan

Meski Rara tak berbicara, tatapannya tak dingin padanya. Ia bahkan memberikan ekspresi menggemaskan pada Johan, padahal itu ekspresi kesal Rara

Byur

Ia menendang dedaunan yang sudah susah payah Rara kumpulkan. Niatnya mau becanda tapi rekasi Rara berikutnya malah buat Johan panik

Rara memandang tumpukan sampah itu dengan penuh bulir air dikelopak matanya, ia tak ingin menangis karena masalah sepele, tetapi kesialannya tadi pagi , dan ingatan mengenai siapa dirinya yang asli, entah bagiamana membuatnya ingin menangis

"Hiks" tiba-tiba ia terisak

Astaga Johan panik

"Eh Rara jangan nangis. Maafin gue. Sumpah Ra gue ga bermaksud" ia gelagapan. Dengan cepat ia mengambil sapu yang Rara pegang, menyapunya kembali dengan rapih. Membuangnya ketong sampah

THE STORY OF RARA (End Season 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang