3. Papan informasi

1.2K 137 4
                                    

Matematika di hari sabtu pagi benar-benar memuakkkan. Empat jam otak diisi dengan matematika, tanpa sarapan sebelumnya. Maka setelah pelajarannya usai siswa siswi XI-IPS 2 segera berhamburan menuju kantin.

Aoi dan Cakra memilih duduk di bangku yang tersedia di kantin. Kafka bertugas membeli makanan bersama Alfin.

Posisinya mereka berdua duduk bersampingan. Cakra dan Aoi sedang menonton anime menggunakan hape cowok tersebut.

"Ayaaang!" teriak seseorang menghampiri mereka berdua, jangan lupakan kedua tangannya yang membawa mangkuk.

"Minggir!" Bulan mendorong Aoi keras.

Cewek itu langsung terpental bersamaan dengan lewatnya Athala. Bunyi mangkok pecah santer terdengar membuat perhatian yang lain langsung tertuju pada mereka.

Tapi yang lebih parah dari itu adalah kuah panas bakso itu menimpa mereka berdua.

Aoi meringis merasakan area sekitar bahu dan lehernya yang terkena kuah panas bakso, sedangkan Athala hanya terkena sepatunya saja.

Cakra yang melihatnya buru-buru membantu Aoi berdiri.

"Bulan!" teriak Aoi tak dapat menahan kekesalannya.

"Sorry Yi, demi apapun gue nggak ada niatan sengaja mau nyelakain lo." Bulan memegang tangan Aoi.

Aoi bisa merasakan tangan gadis itu yang bergetar. Persetan, yang ia rasakan jauh lebih sakit dari pada itu. Aoi menepis kasar tangan Bulan.

"Maaf," kata Bulan takut-takut.

"Maaf?" ulang Aoi menatapnya remeh.

"Gue udah kayak gini baru lo bilang maaf? Tadi waktu lo ngedorong gue, lo mikir nggak?!" bentak Aoi.

Cakra yang melihat Aoi naik pitam segera berdiri di tengah-tengah kedua cewek itu. Waspada, takutnya Aoi melakukan tindak kekerasan pada pacarnya.

"Gue kira lo nggak bakal kepental begitu." Bulan menunduk tak berani menatap Aoi.

Alfin beserta Kafka yang mendengar suara Aoi segera menghampiri mereka. Sementara Athala hanya menjadi penonton diantara kedua cewek tersebut, entah ia harus kesal atau minta maaf, Athala juga bingung. Tapi yang pasti ini semua berawal dari Aoi yang tiba-tiba jatuh di depannya.

"Service gih otak lo biar bisa mikir."

"Yi," pinta Cakra dengan tatapan memohon.

Aoi menunjuk Bulan, "Bersyukur lo gue masih sabar. Kalau nggak abis lo sama gue!"

"Aoi!" Alfin datang dan menahan pundak cewek tersebut.

Melihat Bulan sekarang siapapun tidak akan tega melihat keadaan cewek tersebut. Termasuk Alfin, lewat tatapan mata Kafka menyuruh Cakra untuk menenangkan hati Bulan.

"Biar Aoi jadi urusan gue sama Alfin." Kafka menepuk-nepuk pundak Cakra meyakinkan.

"Thanks bro." Cakra lalu membawa Bulan pergi.

Kini Athala hanya fokus menatap sosok Aoi yang tengah ogah-ogahan mendengar nasihat dari Alfin. Sepanjang mendengar ceramahan Alfin, cewek tersebut hanya mengejek, memutar bola mata malas dan paling sering tak mau menerima saran dari Alfin.

Tapi satu yang membuat Athala salah fokus hingga memutuskan untuk melepas hoodie yang tengah ia pakai. Tak ia perdulikan rasa perih di kakinya, berjalan menghampiri Aoi dan menutup tubuh kecil Aoi dengan tubuh kekar dan tingginya.

Orang-orang jadi tidak bisa melihat keadaan Aoi sekarang. Baik Kafka maupun Alfin sama-sama terkejut akan kehadiran Athala, terlebih jaraknya yang sangat dekat dengan Aoi.

ATHALA [SGS#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang