WARNING!
Cerita ini terinspirasi dari series Amerika berjudul "Law & Order : Special Victim Unit". Banyak adegan yang melibatkan kekerasan, aktivitas seksual, serta obat-obatan terlarang yang tidak cocok untuk pembaca di bawah 18 tahun!
.
.
.
.
.
"Sunghoon, Jake. Target sedang beraksi. Masuk sekarang."
Gelombang suara mendadak muncul dari earbud-nya, perintah yang dari setengah jam lalu ditunggu-tunggu akhirnya terdengar. Sunghoon menatap Jake sambil mengangguk, pistol yang biasanya tersimpan di holster pinggang sekarang tergenggam mantap di tangan. Moncong senjata itu masih menghadap ke atas langit-langit, terisi penuh oleh amunisi. Dilengkapi rompi anti-peluru dan face-shield untuk pertahanan, Sunghoon dan Jake cukup percaya diri untuk menerobos pintu di depan mereka.
Di belakang, beberapa petugas polisi dengan tampilan yang lebih tertutup sedang mengambil ancang-ancang. Perlengkapan mereka jauh lebih rumit dibanding Sunghoon dan Jake. Kepala dilindungi helm berwarna hitam pekat khusus unit penyergapan, ditambah tameng lindung setinggi sembilan puluh sentimeter untuk menangkis proyektil yang kapan saja bisa ditembakkan musuh. Agak berlebihan memang, tapi kalau pelakunya tertangkap maka hasilnya pun akan sepadan. Membawa banyak petugas polisi untuk mendampingi bukan hal yang sia-sia jika kasus kejahatan kali ini terungkap.
Penangkapan sindikat prostitusi yang melibatkan anak-anak di bawah umur adalah salah satu kasus tersulit. Memanfaatkan sistem yang terkoordinir dengan baik, support dari orang-orang besar yang berduit, para mucikari dengan mudahnya berlindung dari hukum. Jika target kali ini tertangkap, Sunghoon yakin banyak anak-anak yang akan terselamatkan sebelum dieksploitasi secara kejam oleh orang dewasa.
Instruksi Jay yang keluar dari earphone masing-masing begitu jelas, tanpa ragu. "Cepat."
"Satu, dua, tiga!" Jake bergumam pelan.
Pintu dibuka paksa menggunakan pelantak tubruk (battering ram) oleh beberapa polisi lain di belakang.
BRAKKK!
Pintu terbuka. Sunghoon dan Jake menerobos masuk, mengacungkan pistolnya dengan sigap.
"JANGAN BERGERAK."
Perintah Sunghoon menggema di ruangan sempit berukuran tiga meter persegi itu.
Di sana, dia menangkap pemandangan yang begitu memuakkan. Seorang lelaki tua dengan rambut yang hampir memutih sedang tidak mengenakan apapun, telanjang tanpa tau malu. Tangannya terangkat ke atas, mematuhi omongan Sunghoon ketika sadar ada senjata yang mengarah padanya dengan gamblang.
"A-ada apa ini?" tanyanya panik. Raut wajahnya kebingungan, menyisir pandangan pada para polisi itu satu-persatu.
Sunghoon mendekat, menurunkan senjatanya sembari mengeluarkan sebuah borgol metal.
"Tuan Lee, anda ditahan atas percobaan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur—" omongannya dipotong.
"Aku bahkan belum melakukan apapun. Kalian bertindak seenaknya. Hei, lepaskan!"
Perlawanan.
Hal lumrah dan sangat biasa.
Sunghoon memasangkan borgol itu pada kedua tangan Tuan Lee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyelamat | Sunsun
FanfictionKetidaksadaran manusia tentang pentingnya berempati pada korban kejahatan adalah isu krusial yang patut dipertimbangkan dalam serangkaian proses penyidikan. Trauma, depresi, bahkan keinginan bunuh diri yang dialami korban adalah hal yang sering di...