Warning! nsfw🔞
Harap bijak dalam membaca.
『 22.45 』
Sekejam-kejamnya seorang insan, sanzu haruchiyo itu bisa dikatakan another level. Bengis, iya. Tidak ada kata ampun, juga iya. Berharap lepas dari kukungan neraka yang ia ciptakan sangatlah mustahil, begitulah realitanya.
Melingkar di sebuah ruangan bertajuk ruang tamu, bercakap membahas aktivitas kriminal sehari-hari. ialah haitani bersaudara, kokonoi dan sanzu. 4 serangkai yang kedapatan selalu berkumpul bersama, selepas melaksanakan misi.
"Aku penasaran. Apa kau benar-benar melakukannya, sanzu?" Rindou memulai aksi ke-kepoan.
Tidak ada suara selain mengangguk─juga menyeringai.
Kembali mengingat 3 hari lalu saat di markas, Sanzu menghajar habis-habisan gadis itu karena berupaya melarikan diri. Ambisi dan obsesi sudah menancap pada pola pikir. Hal yang seharusnya salah menjadi benar di matanya, dan itu semua hanya demi kepuasan semata.
Dengan keadaan [name] yang seharusnya diobati dan dirawat terlebih dahulu, Sanzu malah menambah luka baru pada batin [name]. Lebih besar, menganga. Hingga [name] tidak bisa berbuat apapun lagi selain menjerit meminta belas kasihan.
Sanzu took [name]'s virginity. Secara paksa. Dalam keadaan kaki patah─hampir sekarat.
He's trully of an asshole. I swear to god.
Sanzu berdehem, "Kau tahu? Aku hanya perlu merusak kewarasan [name]. Menghancurkan mentalnya hingga titik terdalam. Setelah hancur berkeping, aku dengan mudah bisa mengontrolnya. Memanipulasi agar ia semakin larut dalam jeratanku."
"Mungkin, mengurung [name] hingga 1 bulan kedepan sudah cukup untuk membuat kondisi psikisnya berantakan." Akhir kata sanzu tersenyum lebar.
Kokonoi terkekeh kecil, menutup setengah wajahnya, "Orang sepertimu memang seharusnya tidak boleh jatuh cinta, dasar sialan."
Sanzu mengendikkan bahu tak peduli. Kembali mengusap helai poni yang mulai memanjang.
"Aku anggap itu pujian, tapi ya ini semua memang murni salah [name]. Dia yang membuatku jatuh cinta sampai seperti ini. Jadi.. yang harus bertanggung jawab atas aksiku sudah semestinya adalah [name] sendiri." Ia terkekeh, dan disambut gelengan kepala heran oleh yang lain.
Dirasa cukup mengobrol, sanzu mengibaskan tangan, menpersilahkan mereka bertiga guna angkat kaki dari apartemen miliknya. Lagipula, ia tidak ingin 3 kriminal itu mengganggu waktu berharganya.
Lanjut hening, tidak ada suara apapun selain dari televisi yang menayangkan berita hilangnya keluarga Fujihara─mengingat orang tua [name] adalah seorang medik veteriner dinas pertanian Tokyo.
Bersiul pelan, ia mematikan saluran. Know your limit. Kalian, para polisi tidak bisa serta merta menemukan jejak hasil perbuatan sanzu.
Bangkit dari sofa, sanzu berjalan melesat menuju kamar utama, tempat dimana ia menyekap [name] selama 3 hari. Membuka kenop, ia dihadiahi pemandangan berupa [name] tengah berdiri dengan bantuan kruk, menghadap pintu kaca, menyuguhkan suasana malam gedung belakang apartemen.
So cute. His kitten was curious about stars in the night sky.
"Sedang apa?" Sanzu memulai pertanyaan, yang dijawab gelengan pelan. Gemas, ia begitu ingin menggigit pelan pipi gembil milik [name].
"...tidak ada.."
Terkekeh pelan, sanzu terduduk di kasur. Ia menatap lembut punggung kecil gadisnya. Sejemang, obsidian miliknya mulai meredup. dengan tergesa ia melepas dasi yang menjerat leher.
He was needy right now.
"[name]? Come here kitten, i need sex. Ayo puaskan aku."
Mendengarnya, sontak tubuh [name] bergetar pelan. Ia ketakutan. Tidak, jangan lagi. Jarinya mencengkeram erat gorden, enggan untuk berbalik dan melakukan perintah sanzu.
"Hm? Tidak mau menurut?"
Begitu tak mendapat respon baik sanzu berdecak marah. Gadis itu mencoba membangkang huh? Agak dongkol, rupa-rupanya [name] berupaya membangunkan sisi amarahnya.
Tak urung, sanzu menyeret kasar tangan [name], melemparnya ke arah ranjang. Mengambil dasi di nakas, ia mengikat kuat pergelangan tangan [name]. Karena gadis itu selalu mencoba memukul wajahnya when he started kissing her.
[name] bergerak rusuh di bawah kukungan sanzu. Ia lelah, secara fisik dan batin akibat perbuatan pria itu. Kondisi psikisnya kembali diobrak abrik saat anggota tubuh sanzu sudah bergerilya, mencoba merasakan sensasi hangat pada tubuh [name].
Pria itu kembali melecehkan dirinya.
"Sanzu kau brengsek! menyingkir dariku sialan!"
Plak!
"Ck, Shut up bitch! Kau hanya perlu diam dan nikmati saja sentuhanku." Ungkap sanzu bosan karena terus-terusan mendengar umpatan [name].
Berkaca 2 hari lalu, sanzu telak menamparnya berkali-kali karena [name] selalu melawan titah absolut miliknya. Dia tidak waras, sungguh.
Pada akhirnya gadis itu hanya bisa menahan tangis saat sanzu melesakkan keseluruhan miliknya. Pria itu tidak henti-hentinya mengadu pinggul secara teratur, sedikit menghentak keras.
So addictive. He feels like in heaven.
Obsidian sanzu berkabut, menatap liar [name] yang berada di bawahnya. Damn, how pretty she is.
Ia perlahan menunduk, berbisik rendah, "umm,
so tight, so perfect around me. I wanna fuck you harder baby, every fucking day."Seperti itu, dirty talk milik sanzu yang menghiasi ruangan─dan rungu si gadis hingga menjelang tengah malam. Ia tidak membiarkan gadis itu istirahat guna meraup oksigen, barangkali sejenak.
How rude.
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄
↪To be continue↩
Yabai. i need holy water🗿
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐞𝐬𝐭𝐫𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ─Sanzu Haruchiyo √
Fanfiction❝Seharusnya kau mengerti akibatnya, jika nekat melarikan diri dariku❞  ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ¶ Tokyo Revengers belong to [Ken Wakui] 𝙒𝙖𝙧𝙣𝙞𝙣𝙜 18+ : mengandung konten kekerasan, harsh word, slight nsf...