Bismillah,
Kopi di cangkir itu belum disentuh. Alfi belum tertarik untuk menyesapnya. Entah kenapa sejak mereka bertemu Naira dan Yoga, perasaan Alfi tidak enak. Kekhawatiran akan gangguan dua orang dari masa lalu begitu kuat.
Apalagi teringat tatapan Naira pada Ifa saat itu. Alfi takut mantan istrinya akan mengganggu Ifa.
"Mas, kok kopinya nggak diminum? Terlalu pahit? Sini aku tambahin gula," kata Ifa.
"Nggak usah, kopinya enak, Fa."
Ifa mengernyitkan kening menatap Alfi. Tadinya dia sibuk menyiapkan perlengkapan Fariz untuk ke day care. Melihat tatapan kosong Alfi dan sikap diamnya yang tidak biasa, Ifa memutuskan berhenti dari kesibukannya.
Dia menarik kursi di samping Alfi, duduk dan meletakkan satu tangan di lengan suaminya.
"Mikirin apa, Mas?"
"Mikirin kamu," sahut Alfi.
"Jangan becanda, Mas. Aku khawatir, Mas Alfi nggak kaya biasanya," balas Ifa.
"Aku serius, Fa. Aku mikirin kamu, aku takut Naira dan Yoga gangguin hidup kita lagi. Gangguin kamu."
"Mas, jangan curiga dulu. Mungkin emang Naira sama Yoga cuma mau minta maaf, kan. Kata Amanda, Yoga nemuin Tante Wid," kata Ifa menenangkan.
Alfi menghela napas berat. Sulit untuk mempercayai Naira dan Yoga, setelah semua yang mereka lakukan. Alfi sebenarnya ingin menceritakan masa lalunya dengan Naira pada istrinya, tapi bingung harus memulai. Baginya pernikahannya dengan Naira dipenuhi banyak warna kelabu, dan menceritakan kisah itu akan membuka luka lama.
"Kamu nggak tau gimana Naira, Fa. Selama ... ehem, pernikahan kami, terlalu banyak kebohongan dan sakit hati yang dia buat."
"Kata Mas Alfi setiap orang punya kemungkinan untuk berubah, kan. Mungkin aja Naira udah berubah, apalagi dia sudah nikah sama Yoga, Mas," jawab Ifa lembut.
"Nggak setiap orang bisa berubah, aku ralat ucapanku dulu."
Ifa tersenyum, lalu mengelus lengan Alfi dengan lembut. "Ya udah, Mas nggak usah terlalu mikirin yang belum terjadi. Kita berhati-hati aja kalo gitu."
Ifa diam, menimbang apakah akan meminta Alfi bercerita sekarang. Dia tahu garis besar kisah lama suaminya. Tapi apa yang membuat Alfi begitu marah pada Naira, Ifa belum tahu pasti. Teringat ekspresi sedih Naira ketika Alfi menolak permintaan maafnya, Ifa sebenarnya tersentuh.
"Mas," panggil Ifa akhirnya. "Sebenernya apa yang bikin Mas Alfi marah banget sama Naira? Kalo ... boleh tau sih."
"Banyak, Fa."
"Misalnya?" tanya Ifa. Dia sebenarnya ragu untuk bertanya lagi, melihat wajah Alfi yang langsung mendung.
"Aku ngasi semua yang dia minta, waktu, materi, kesabaran, usahaku untuk baikan. Tapi ... dia malah berkhianat. Kamu ... nggak tau gimana dulu aku mati-matian berkomitmen sama pernikahan kami, mati-matian ... ngelupain kamu. Ternyata itu semua nggak ada artinya buat Naira."
Ruang makan kembali sepi. Ifa menggigit bibir, menahan tanya yang sudah terbetik di kepalanya. Kelihatannya masa lalu suaminya jauh lebih menyakitkan dari pada masa lalunya. Lebih baik tidak lagi mengungkit hal ini sampai Alfi mau bercerita, pikir Ifa.
Dia bangkit karena mendengar rengekan Fariz yang sedang bersama pengasuhnya. Ifa meremas tangan suaminya dengan lembut, lalu berjalan meninggalkan ruang makan.
"Fa," panggil Alfi. Ifa langsung berhenti, dan berbalik.
"Apa pun yang terjadi, jangan percaya Naira. Kamu harus percaya sama aku, aku nggak akan berbuat sesuatu yang bikin kamu kecewa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Untukmu
Storie d'amoreKetika Alfi mulai mencintai Nai, wanita itu memilih untuk menjauh. Spin off 'Orang Tua Sempurna'. Note: sebagaian besar kejadian dalam cerita ini tidak persis sama dengan 'Orang Tua Sempurna'. Hal ini ditujukan sebagai improvisasi untuk membuat ceri...