Hari ini, jam ini, menit ini, detik ini dan saat ini juga. Alera akan melepaskan kelajangannya dan berganti menjadi seorang istri dari polisi yang dulu pernah menilangnya.
Hari yang sebenarnya ingin Lera hindari kini tiba. Selama dua minggu itu Lera was-was memikirkan hari ini tiba. Dua minggu juga ia tak diperbolehkan bertemu Dito, yang notabenenya adalah calon suaminya. Kata bunda itu sudah menjadi adat jawa sebelum melakukan akad nikah. Entah apa alasannya Lera tak perduli, toh tak ada yang mengganggunya juga waktu pergi ke kampus.Tak ada drama tilang menilang yang berujung debat.
Dua minggu terasa sangat cepat, siap belum siap. Ia harus mencobanya. Uhh gimana sih rasanya jadi seorang istri nanti? Bangun tidur disampingnya udah ada suami yang setia memeluknya. Itu angan-angan Lera jika sudah menikah dan siap untuk menjalani kehidupan berkeluarga nantinya.
Tapi semuanya musnah sudah. Lera tak bisa membayangkan nantinya akan bagaimana, yang ia liat di film-film roman orang yang baru menikah pasti tidur nya akan nyenyak dengan muka yang sangat bening.
Jika dibandingkan dia yang baru bangun tidur sangat beda jauh. Tidur tanpa selimut, mulut yang selalu terbuka, dan biasanya ia juga ngiler. Iuhh jorok sekali.
Acara tukar cincin atau ijab kabul dilaksanakan dirumah Lera. Hanya teman dekat Lera dan kerabat terdekat yang diundang, karna memang acara nya sedikit mendadak. Apalagi dengan kondisi Lera yang masih kuliah.
Ijab kabul sudah diucapkan secara lantang dan mantab oleh Dito.
"Bagaimana para saksi?"
"Sah" ucap para tamu mantab.
"Alhamdulillah."
Setelahnya Lera dan Dito bertukar cincin, dilanjutkan mempelai pria mencium kening mempelai wanita. Dan mempelai wanita mencium tangan mempelai pria.
Lera menatap Dito sembari tersenyum kecil. "Senyum nya nanti aja waktu dikamar, saya nggak kuat terus-terusan liat senyum manis kamu." bisik Dito.
"Wuuu uhuy"
"Ekhem"
Cuit cuit
"Udah nanti dulu liat-liatannya."
Sahutan itu berasal dari Eva, Farhan dan keluarga terdekat Dito.
Lera dan Dito berjalan menuju kedua orangtuanya. "Bunda" ucap Lera lirih lalu memeluk bundanya erat.
Dewi membalas pelukan Lera. "Selamat ya nak, kamu udah menikah. Bunda masih nggak bisa lupain waktu bunda gendong kamu yang masih mungil, selalu minta gendong, peluk, cium dan manja banget. Terus sekarang kamu udah besar, udah ninggalin bunda."
Lera menggeleng, matanya mulai berkaca-kaca. "Enggak." ucapnya parau, ia menahan isakannya. "Lera nggak ninggalin bunda, Lera selalu disini. Disamping bunda kapanpun bunda butuh,Lera bakal selalu siap buat bantuan bunda. Maafin Lera ya bunda, karna Lera jadi kakak yang nggak becus. Lera- hiks."
"Ssttt udah jangan nangis lagi sayang, semuanya udah lalu. Ini udah jadi takdir kita, bunda nggak akan pernah nyalahin kamu atau nyalahin siapapun. Hapus air matanya, bunda nggak mau dihari bahagia anak bunda kamu harus ngungkit kejadian yang udah berlalu." ujar Dewi menenangkan Lera yang terus terisak.
Lera mengangguk, melepas pelukannya lalu beralih menuju ayahnya. Lera memegang tangan ayahnya, tangannya menahan gemetar. "Yah." ucap Lera lirih.
Gino yang sedari menghindari menatap anaknya, kini ia perlahan menoleh menatap Lera datar. Matanya panas, menahan air mata yang ingin keluar, ingin sekali rasanya memeluk anaknya saat ini. Tapi keganjalan nya dimasa lalu yang membuatnya enggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Polgan [TAMAT]
General FictionMARI HALUU(๑¯◡¯๑) ~~~~ Follow my account Okay! [CERITA INI HANYA UNTUK UMUR DELAPAN BELAS KEATAS] Karna akan mengandung unsur kata-kata yang kurang pantas diucapkan dibawah umur Pernah nggak ditilang sama polisi ganteng, masih muda, murah senyum, ng...