Bab 42 Lamaran

54 8 0
                                    

Bab 42 Lamaran

Mengetahui Adipati Mangastuna telah dihukum atas perbuatannya sendiri membuat Sekar merasa senang, namun dia masih bingung dengan arwah penasaran yang ada di Kerajaan Kasarwa yang sudah berubah menjadi Siluman kera.

Sekar pun mengunjungi mereka. Dia kebingungan, pikirnya dari pada mereka berkeliaran dan dijadikan budak oleh bangsa lain lebih baik dia menjadikan Kerajaan Kasarwa sebagai tempat tinggal untuk mereka. Sekar kemudian memanggil Siluman buaya putih yang memberikan informasi itu dan menjadikannya pemimpin diantara mereka.

Setelah menyelesaikan permasalahan, Sekar memutuskan untuk jalan-jalan dipinggiran Sungai Cisadane bersama sang buaya putih yang sudah berubah menjadi manusia berwajah tampan dengan perawakan yang gagah, dimana mereka dikawal oleh beberapa Bayangkara yang berjaga dibelakang dan depan mereka.

"Kuserahkan mereka kepadamu Banka. Apabila kau membutuhkan bantuanku segera beritahu aku"
"Matur sembah nuwun gusti"

Saat berjalan bersamanya, entah kenapa Sekar jadi teringat akan sosok Adiwesa saat berjalan bersamanya di pinggir pantai saat itu.

"Kanda Adiwesa" pikir Sekar sambil menghela napas berat, sehingga Banka yang mendengar deru napasnya yang berat itu menoleh ke arah Sekar yang terlihat sendu.
"Ada apa gusti?" Tanya Banka penasaran.
"Tidak ada, hanya saja banyak yang aku pikirkan sekarang" ujar Sekar membuat Banka memahami ucapannya karena Sekar adalah seorang ratu.

Belum kenal lama dengan Sekar, sikap kepedulian dan kecantikkannya sudah membuat Banka terpikat dan jatuh hati padanya. Mengingat Sekar belum menikah dan mempunyai seorang kekasih membuat Banka mengambil kesempatan dan mencoba akrab dengannya namun apa daya nampaknya Sekar tidak mendengar dan tidak mempedulikannya.

Memang Adiwesa sudah tiada dan tidak bersamanya lagi didunia ini, tapi rasa cinta Sekar yang teramat dalam terhadap Adiwesa membuat Sekar berkomitmen tidak ingin menikah apalagi mempunyai seorang kekasih.

Dulu dia trauma, setiap momen saat itu terasa jelas baginya dimana dia melihat kekasih cinta pertamanya itu harus mati dihadapannya. Dalam kenangan setiap waktu, jadi mengerikan dan memendam perih yang terlintas terkadang membuatnya tak kala menundukkan kepala dan bersedih. Sebagai seorang ratu memang tidak baik selalu terlihat muram dan bersedih dihadapan orang lain, apalagi dihadapan para petinggi dan para pemimpin. Oleh karena itu dia menyembunyikan kesedihannya, dia berusaha tabah, memang berat tapi harus dia lakukan. Sebagai seorang ratu dia tidak mau dianggap dan dipandang lemah dan tidak berdaya hanya karena dia seorang wanita, oleh karena itu dia harus bersikap tegar dan bersikap layaknya seorang pemimpin yang baik demi rakyat serta mengayomi kerajaan- kerajaan bawahannya.

Suara aliran sungai dan gemericik air terdengar begitu jelas dengan burung-burung serta serangga yang berkicauan dan saling bersahutan. Batu-batu dipinggiran sungai jadi pijakkan kaki Sekar untuk melangkah.
Seketika matanya tertuju pada sebuah batu besar yang memancarkan sebuah energi kecil. Dia lalu mendekati batu itu, ia tidak menyangka kalau dibatu itu terdapat sebuah pahatan berupa tulisan diatasnya yang tidak dia pahami namun terlihat sangat indah, Sekar yang tahu itu adalah sebuah prasasti kemudian menjadi penasaran dan bertanya kepada Banka.

"Apa kau tahu mengenai prasasti ini?" Tanya Sekar penasaran.
"(Mengingat) Hamba dengar prasasti ini dibuat oleh raja dari Kerajaan Begara, yang dulunya merupakan kerajaan bawahan dari Purnawarman" jawabnya

Sekar yang mendapatkan jawaban hanya mengangguk. Setelah melihat itu, Sekar kemudian memutuskan untuk kembali karena adanya urusan dan kesibukkan lain di Kerajaan Segoro kidul.

*******

Beberapa kejadian dan masalah terjadi di dunia Manusia, seperti biasa sikap cuek dan tidak peduli Sekar muncul, dia tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Kerajaan-Kerajaan dan pemimpin di dunia manusia di Tatar Pasundan dan Jawadwipa. Seperti Kerajaan Sunda, Galuh, Kalingga, Sriwijaya dan lain-lain. Baik itu berupa penyerangan, pergantian kekuasaan, musibah, peperangan, permasalahan keluarga dan lain sebagainya.

Takdir Dewi SekarwangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang