Chapter 51

96 2 0
                                    

Seluruh skuad Juventus sedang makan malam di hotel.
"Hei Boruto, harusnya kau nyatakan saja perasaanmu kepada gadis yang menyukaimu", kata Buffon.
"Aku tidak punya waktu untuk itu, Papa", kata Boruto.
"Baca saja buku ini Boruto", kata Perin sembari menawari buku Icha - Icha Paradise. "Dijamin kau bisa menarik perhatian wanita...".

BLETAK!

"Aduuuuuhh". Perin meringis akibat dijitak oleh Buffon.
"Kalau kau mau bikin anakku jadi mesum, tidur di luar sana!", kata Buffon jengkel.
"Tidak masalah, malah nanti aku akan mengajak Boruto tidur di luar biar lebih seru. Lagipula di luar aku bisa baca buku Icha - Icha Tactics sepuasnya bersama Boruto".
"Waaaah, itu ide yang bagus dattebasa... Mr. Perin...", kata Boruto dengan senyum "ceria".

KRETAK! BLETAK!

"Auuuuuuu". Perin meringis kesakitan akibat dijitak Boruto. Buffon dan Boruto saling melakukan tos lalu melahap kembali makan malam mereka.
"Rasakan itu Perin, memangnya enak dipukul sama pasangan ayah dan anak sama posisi?", gumam Chiellini sembari tertawa simpul akibat melihat Perin habis dijitak Buffon dan Boruto serta kekompakan keduanya dalam menjitaknya. "Dasar mesum". Chiellini memakan makan malamnya kembali.
"Kau tahu Boruto, karena besok tim kita akan melawan Real Madrid... aku memiliki cerita saat tim kita bertemu mereka, walau sebenarnya agak pahit", kata Buffon.
"Memangnya kenangan pahit apa itu, Papa?".
"Jadi gawang Papa dulu pernah dijebol melalui gol salto seorang pemain Real Madrid di perempatfinal UEFA Champions League 2017-18. Dan pemain itu tak lain dan tak bukan adalah... Papa Ronaldo", kata Buffon sambil menunjuk Ronaldo dengan kepala tertunduk sementara Ronaldo hanya tersenyum kikuk.

"Eeeh?". Boruto lalu menoleh ke Ronaldo. "Papa Ronaldo, benarkah itu?".
"Sayangnya iya, Boruto". Ronaldo lalu tertawa renyah dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Bahkan apa kau tahu? Saat itu Papa berhasil membuar Papa Buffon hanya bisa menatap kosong bola yang masuk ke gawangnya...".
"Ronaldo, jangan bicarakan itu lagi atau kau juga akan tidur di luar bersama Perin", kata Buffon dengan aura gelap.
"M-Maaf". Boruto sendiri hanya menghela napas malas.
"Sudah sudah... lagipula itu juga masa lalu. Sebaiknya habiskan saja makan malam Papa nanti keburu dingin".
"Baiklah, Boruto". Buffon dan Ronaldo kemudian kembali melahap makan malam mereka.

Boruto berbaring di ranjangnya. Ia sekamar dengan Buffon yang saat ini tengah mengelus surai pirang Boruto.
"Inikah kasih sayang seorang ayah?", tanya Boruto. "Aku belum pernah merasakannya karena aku tidak punya ayah dattebasa".
"Sekarang kau merasakannya, anakku", kata Buffon.
"Mr. Buffon". "Ada apa, Boruto?".
"Terima kasih karena sudah membiarkanku memanggilmu Papa. Aku senang sekali, karena akhirnya aku bisa merasakan kasih sayang seorang ayah...".
"Sama - sama Boruto, aku juga senang menjadi ayahmu walau tentu aku bukan ayah kandungmu. Sekarang tidurlah, biar Papa yang menjagamu".
"Uhm. Bonne nuit... hoaaaahm, Papa". Boruto lalu memejamkan matanya.
"Bonne nuit, anakku. Ti ama". Buffon lalu mencium kening Boruto sebelum kemudian menyusulnya ke alam mimpi dengan posisi memeluk Boruto.

Naruto mengintip ke salah satu jendela kamar hotel di kota Madrid. Ia melihat Boruto tengah tidur dengan pulasnya sembari ditemani oleh Buffon.
"Boruto sudah tidur rupanya. Kau sudah seperti ayah baginya, Mr. Buffon...", gumam Naruto.
"Waaah kayaknya sadboy nih", kata Cruyff.
"Bisa jadi lagu tuh...". Maradona memunculkan sebuah gitar dan mulai menyanyi.

🎶Yang kemarin ku melihatmu
Kau bertemu dengannya
Kurasa sekarang kau masih
Memikirkan tentang dia🎶

🎶Apa kurangnya aku di dalam hidupku
Hingga kau curangi aku?🎶

🎶Katakanlah sekarang bahwa kau tak bahagia
Aku punya ragamu, tapi tidak hatimu
Kau tak perlu berbohong kau masih menginginkannya
Kurela kau dengannya asalkan kau bahagia.🎶

Goalkeeper's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang