"Aku tahu! Tapi jika dia memindahkan jiwanya maka dia yang akan mati, Bodoh!" Hinata berdiri dan mendorong bahu Naruto dengan wajah yang kesal.
"Gunakan otakmu sekali-kali,"
Naruto terdiam setelah mendengar kalimat terakhir dari Hinata. Dia sekarang merasa campur aduk, terkejut dan bersalah menjadi satu.
"Ini pertama kalinya aku melihat kemarahan Hinata semenjak satu tahun yang lalu," Tenten berbisik kepada Sakura yang berada disebelahnya.
"Kau benar. Jika Hinata sampai semarah ini pasti sudah terjadi sesuatu diantara mereka," jawab Sakura sambil menatap Hinata dan Chiyo bergantian.
"Mungkin Hinata menganggapnya nenek, kau tau 'kan? Mereka bekerja sama untuk menyelamatkan Kazekage,"
"Kalian sedang apa?" Hinata berkacak pinggang menatap Sakura dan Tenten yang berbisik-bisik.
Sakura dan Tenten gelagapan. Mereka mengangkat kedua tangannya dan menggoyangkannya, "Tidak apa-apa, Tidak ada apa-apa. Hanya berbincang kecil, iya 'kan?" Ucap Sakura sambil menyenggol Tenten.
Tenten yang mengerti langsung mengangguk, "Iya. Hanya berbincang."
Hinata memicingkan matanya tidak percaya, lalu mengalihkannya tidak peduli.
*****
Hinata menatap Kakashi dan Gai, "Tidak ada tanda-tanda Bijuu dalam tubuhnya, hanya sisa-sisa chakra yang sedikit dari Bijuu. Chakranya lemah, tekanan darahnya rendah, jantungnya juga berdetak lebih lambat."
"Seburuk itu?" Tanya Kakashi sambil menggaruk tengkuknya.
"Sangat buruk, dia berada dalam kondisi koma. Jika dia memutuskan untuk hidup dia mungkin bisa bertahan, tapi jika dia menyerah.."
Hinata menggeleng, "Kita tidak bisa melakukan apapun,"
"Hinata," Sakura memanggil.
"Hm?"
"Apa menurutmu ada cara agar Gaara tetap hidup?"
Hinata menggeleng, "Aku tidak tahu. Menyalurkan chakra padanya setiap hari juga tidak akan berpengaruh banyak,"
"Apa yang anda lakukan?" Tanya Neji tiba-tiba.
Hinata menoleh, menatap Neji yang sudah mengaktifkan Byakugannya dan menatap kearah Chiyo dan Gaara.
"Chiyo baa-sama!! "
*****
Chiyo tertawa kecil, "Generasi tua sepertiku memang sudah seharusnya pergi. Kalian para generasi muda lah yang akan melanjutkan tekad kami."
Situasi kembali hening. Kening Chiyo mengerut dan ekspresi wajahnya terlihat sedikit kesal.
"Sial, aku tidak punya cukup chakra."
Hinata mengalihkan tatapannya. Daripada merasa sedih, dia merasa marah sekarang. Walaupun dia ingin menyelamatkan Gaara, dia tidak akan dengan bodoh menyerahkan nyawanya seperti Chiyo.
Sedekat apapun hubungannya dengan Temari yang merupakan kakak dari Gaara, sedekat apapun hubungannya dengan Kankuro si pengguna boneka penggemar make up, dan sedekat apapun hubungannya dengan Gaara, dia tetap tidak akan menyerahkan nyawanya begitu saja.
Dia hanya merasa marah karena seharusnya Chiyo tidak perlu meninggal dan setidaknya akan membantu sedikit di perang dunia. Tapi sepertinya itu hanya akan menjadi rencana yang gagal.
Dia merasa gagal, baik dalam rencana menyelamatkan Gaara dan juga membuat Chiyo tetap hidup untuk membantu di peng dunia. Padahal Hinata sudah berpikir jika Chiyo yang menghadapi Sasori, maka 0,001% beban dalam perang akan berkurang.
Jika yang berada di posisi Chiyo sekarang adalah Gaara, Kiba, Shino atau orang yang dekat dengannya, mungkin Hinata masih akan melayangkan protes tidak setuju. Tapi ini adalah Chiyo.
Nenek tua yang jarang berkomunikasi dengan Hinata. Sosok wanita tua yang baru dikenal Hinata selama beberapa hari. Apa yang bisa diharapkan dari Hinata (yang sekarang) yang notabenenya adalah gadis dingin nan cuek?
*****
Naruto melangkah dan menawarkan bantuan. Chiyo tersenyum kecil dan membiarkan Naruto meletakkan tangannya diatas tangan miliknya. Chakra yang semula meredup kembali bersinar, mengalir dengan baik kedalam tubuh Gaara.
"Aku senang bahwa orang sepertimu telah muncul dalam dunia shinobi, yang diciptakan oleh orang tua bodoh seperti kami." Ucap Chiyo tiba-tiba.
Naruto mendongak menatapnya.
"Semua yang kulakukan adalah kesalahan. Tapi sekarang, sepertinya pada akhirnya aku mampu melakukan hal yang benar."
"Sunagakure dan Konohagakure," Chiyo menjeda kalimatnya lalu mendongak, "Masa depannya akan jauh berbeda dengan masaku."
"Kekuatan misterius yang kulihat pada dirimu akan memiliki dampak yang besar di masa depan. Jadilah Hokage yang berbeda dari pendahulumu."
Naruto menatap Chiyo. Mata biru lautnya berkaca-kaca mendengar kalimat panjang dari Chiyo.
"Dan Hinata,"
Mendengar namanya dipanggil, Hinata menoleh dengan alis terangkat satu. Chiyo terkekeh kecil untuk itu.
"Kau akan menjadi Kunoichi yang hebat. Kau pasti akan menggapai tujuanmu, menyelesaikan apa yang kau mulai. Merubah apa yang salah, lalu mengembalikan semuanya ke tempat yang benar." Ucap Chiyo.
Hinata membeku. Kalimat yang diucapkan Chiyo seolah mengatakan bahwa dia tahu sesuatu tentang jiwa Hinata (sebenarnya) yang meninggal dan diganti dengan jiwa lain, seolah-olah dia tahu apa yang terjadi pada Hinata dan apa yang Hinata rencanakan untuk masa depan.
"Dan Naruto, ini adalah permintaan dari seorang wanita tua." Naruto terkejut, dia menatap Chiyo dengan serius.
" Kau adalah satu-satunya orang yang mengerti rasa sakit Gaara dan Gaara mengerti rasa sakitmu. Kumohon, lindungilah Gaara." Ucap Chiyo pelan namun sarat akan keseriusan.
Naruto menatap Gaara, lalu menunduk dengan mata terpejam. Beberapa detik setelahnya Chiyo terjatuh sedangkan Gaara membuka matanya.
Hinata menatap Gaara sekilas, lalu memperhatikan sekitar yang masih memperhatikan Gaara. Dengan tegas, Hinata mengambil langkah mendekati Chiyo. Dia membaringkan tubuh Chiyo dengan benar, lalu mengeluarkan gulungan untuk menyimpan boneka Sasori yang sebelumnya dibawa oleh Chiyo.
Hinata menggenggam erat gulungan berisi boneka Sasori itu, lalu memejamkan matanya sambil menghela nafas panjang.
"Bersenang-senanglah di alam baka, nenek tua."
TBC
Double?
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn as Hyuuga Hinata
FanfictionHidup hanya sekali. Mahiru sudah mendengar kalimat berisi 3 kata itu berulang kali. Tapi dia masih berharap untuk bisa hidup lagi di dunia lain setelah mati, seperti Novel-novel ber-genre transmigrasi yang dia baca. "Aku mati?" Gumaman Lirih itu dia...