Pergi

11.2K 1.2K 190
                                    

Pulang sekolah Rara memutuskan untuk pergi bersama Martin. Ia memang sengaja meminta Martin untuk mengantarkannya ketempat Mela

Sepanjang perjalanan, Rara yang biasanya cerewet, mendadak diam. Martin pun ikut diam. Lalu tak lama Rara bersuara

"Do gue bukan ga tau tapi cuma pura-pura ngga tau, dan selamanya gue berharap gue akan tetap pura-pura ga tau" ucapnya sambil melihat pemandangan diluar jendela

Deg

Martin terdiam. Tiba-tiba sekali Rara mengatakan itu. Ia mengerti maksud Rara, tapi kenapa Rara mengatakannya

Martin hendak bersura, namun Rara langsung melanjutkan ucapannya

"Lo dan Mela sama-sama berharga. Gue emang kenal lo lebih dulu tapi Mela yang ada disaat gue berada dititik terendah dalam hidup" lirihnya. Martin tetap diam, menunggu ucapan Rara selanjutnya

"Saat itu, ingatannya masih sangat jelas dikepala gue. Sehari sebelum wisuda lo memilih terbang keluar negeri untuk melanjutkan pendidikan. Tapi lo ga tau, keesokannya gue justru kehilangan segalanya"

"Gue tidak menyalahkan lo yang pergi, gue pun memutuskan untuk ga ngasih tau lo. Tapi itu semua karena gue yang emang ga mau ngebebanin semua orang"

"Lo tau sendiri, gue amat bergantung sama bang Ghani, gue amat manja sama ayah dan bunda. Tapi hanya dalam waktu satu hari, tepat dihari yang seharusnya gue jadi manusia paling bahagia, justru berubah jadi manusia paling terluka" ia menghapus air matanya yang mulai mengalir. Tatapannya masih keluar jendela, memandang jalanan seakan menerawang kembali pada kenyataan menyakitkan itu

"Seberapa banyak pun gue cerita, lo ga akan tau gimana rasanya kehilangan sosok yang paling berharga sekaligus secara bersamaan. Gue kehilangan arah. Dan bahkan sifat gue pun berubah, gaada setitik pun kebahagiaan yang gue rasa setelah gue kehilangan mereka"

"Ra... " Martin berusaha bersuara, namun sepertinya Rara tak ingin menghentikan ceritanya

"Puluhan kali gue coba untuk mati. Untuk apa gue hidup saat gue sendirian. Gue hampir terjun kesungai, nabrakin diri ke mobil, terjun dari gedung, gantung diri, memotong nadi gue, segala cara gue lakuin untuk mati, tapi Mela selalu menggagalkan rencana gue"

Rara mengusap air matanya dengan tangan, suaranya semakin parau "Dia nangis didepan gue, tapi pikiran gue udah kosong. Yang gue pikirin gue mati, gue pengen ketemu orang tua gue, pengen ketemu bang Ghani. Tapi kenapa susah banget buat gue mati? " ia menatap Martin dengan mata sembab penuh air mata

"Mela sampe sujud dikaki gue. Dia nangis. Dia bahkan ga ngebiarin gue sendiri. Dia bilang, kalo emang gue pengen mati, dia juga harus mati. Dia ngeyakinin gue, kalau didunia ini gue ga sendiri. Gue punya dia yang akan selalu ada buat gue"

Kini tatapannya beralih pada Martin, ia menatap Martin dengan wajah sendu, ia memegang tangan Martin yang tak memegang kemudi "Jadi gue mohon jangan sakitin Mela. Bahagiain dia. Cintai dia. Dan lo harus ikhlasin gue Do. Gue bukan Ratna, gue Rara, sosok Ratna sudah lama mati. Dan gue berharap selamanya gue akan pura-pura ga tau. Gue ga pengen benci lo ataupun jauhin Mela. Kalian sama-sama berharganya bagi gue"

Diam. Martin diam. Bahkan ia tak mampu bersuara. Ia terluka sangat dalam

Tak lama mereka sampai disebuah apartemen mewah di Jakarta pusat. Saat Mela membuka pintu, Rara langsung memeluknya dengan erat dan menangis tanpa suara

Mela hanya membalas pelukan Rara tanpa bertanya. Terkadang ada saat dimana hanya ingin menangis tapi tak ingin bicara

Cukup lama Rara menangis. Martin hanya bisa diam, tak ikut bergabung, pikirannya menerawang jauh pada ucapan Rara sebelumnya. Ah kenyataan itu, Martin sangat membencinya

THE STORY OF RARA (End Season 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang