61. Sakit

6.5K 753 34
                                    

Kedua mata bulat itu terlihat sayu dan pancarannya terlihat takut serta cemas menatap sosok pria yang memakai jas berwarna putih.

Kepalanya menoleh ke arah Mami yang menemaninya untuk memeriksa kondisinya yang sedang flu berat, disertai demam dan batuk.

Hanya Kirana yang menemani Aurora karena Iyo sedang sibuk membantu Andra untuk anak perusahaan baru mereka. Bahkan Kirana sudah dua hari menginap di rumah Iyo untuk menjaga Aurora.

Karena demamnya tidak turun serta terserang batuk, maka Kirana membawa Aurora ke rumah sakit untuk diperiksa.

Mengerti kecemasan anak itu, ia merangkul pundaknya seraya mengusap lengannya dengan lembut. Memberikan senyuman menenangkan.

"Om Doktel," panggil Aurora membuat Sadam menegakkan kepala.

"Ya?"

"Em... Lola gak bakal disuntik, kan?"

"Enggak dong manis. Cuma diperiksa temparatur suhu badan Rora setelah itu dikasih obat. Jadi, Rora rebahin dulu badannya ya, Om Dokter periksa," ujar Sadam lembut. Segera Kirana membantu Aurora merebahkan badannya di brankar. Sesekali gadis kecil itu batuk.

Sadam pun memeriksa suhu badan Aurora menggunakan termometer. "Sudah dicek sebelumnya, Bu?" tanyanya pada Kirana.

"Sudah, Dokter. Tadi malam. Suhu badannya 37,2 derajat." Kirana tidak bisa menutupi raut cemasnya. Semalam, ia begadang karena cemas dengan kondisi Aurora. Suhu badannya sangat tinggi dan Aurora merengek sepanjang malam.

Kini termometer tersebut di angkar 37,8 derajat celcius. Sadam pun memberitahu pada Kirana agar menempelkan plester demam di kening juga di punggung Aurora agar membantu demamnya turun. Tidak lupa memberikan obat demam dan batuk.

Setelahnya Kirana menebus obat dulu, seraya memangku Aurora. Menunggu namanya di sebut. Gadis kecil itu sedang tidur.

Tatapan Kirana menegak dan bertemu dengan Tante Rita yang sepertinya menebus obat juga.

"Tante Rita," panggilnya yang membuat Tante Rita terdiam menatapnya.

Segera Kirana berdiri, sekuat tenaga menahan bobot badan Aurora dalam gendongannya. Menghampiri Tante Rita. "Tante, siapa yang sakit?"

Tante Rita tidak langsung menjawab, tatapannya tertuju pada anak dalam gendongan Kirana. "Siapa?"

Kirana membasahi bibirnya. Lalu tersenyum lembut. "Anaknya pacarku. Dia lagi sakit."

"Bagus ya? Lebih milih ngurus anak pacar mu, daripada ngurus Ayah mu yang sakit!" sinis Tante Rita.

Mata Kirana melotot terkejut. Dadanya berdebar cemas. "A-ayah kenapa?"

Tante Rita pergi begitu saja meninggalkan Kirana yang tercenung di tempatnya. Kalau saja namanya tidak dipanggil untuk mengambil obat, ia tidak akan sadar jika di gendongannya ada Aurora.

Usai mengambil obat. Kirana segera membawa Aurora pulang. Menyuruh Pak Didin yang mengantar mereka untuk cepat mengemudi.

*****

Kirana memasuki ruang inap Ayah usai bertanya di bagian resepsionis letak ruangannya. Termenung melihat Ayah yang terbaring lemah di atas brankar.

Tante Rita yang menyadari kehadiran Kirana hanya menoleh sekilas, lalu lanjut untuk menatap layar ponselnya. Di kedua mata renta wanita itu terpasang kacamata.

"Em... aku gak tau kalau Ayah sakit. Sejak kapan?" tanya Kirana pelan. Ia berdiri di sebelah brankar Ayah. Menatap nanar sosok Ayah.

"Sudah seminggu," jawab Tante Rita tanpa menatap Kirana.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang