Sebagai pria normal yang hampir menginjak kepala tiga, bangun di pagi hari dengan kehadiran seorang perempuan di sampingnya bukan sesuatu yang baru untuk Harris. Dia bukan orang suci, jadi tentu saja bercinta bukan jadi kegiatan yang tabu untuknya. Tapi kali ini ada yang berbeda dengan perempuan yang sekarang masih sibuk bersembunyi di balik selimut sambil memeluk tubuhnya. Mereka tidak bercinta, dan Giandra masih mengenakan kaus kebesaran di tambah celana training yang Harris pinjamkan semalam. Hanya saja rasanya asing. Untuk pertama kalinya, ada perempuan yang terlelap di atas ranjang apartemennya ketika Harris bahkan tidak pernah membiarkan siapapun menginap di tempatnya termasuk kedua orang tuanya.
Lelaki itu menilik sebentar ke arah jam digital yang berada di samping tempat tidurnya, lalu segera menyingkirkan tangan Gia dengan hati-hati agar gadis itu tidak terbangun saat mengetahui bahwa sekarang sudah hampir setengah delapan pagi.
Harris sempat mencuci wajah dan menyikat giginya sebelum meraih sepotong hoodie dari dalam lemari dan pergi meninggalkan Giandra yang tidak berapa lama kemudian turut membuka matanya karena terik sinar dari balik tirai mulai mengganggu tidurnya. Perempuan itu sedikit mengernyit mendapati ranjang di sampingnya sudah kosong.
"Mas Harris?" Panggilnya saat tidak mendapati keberadaan si pemilik apartemen di manapun.
Gia mengucek matanya pelan lantas beralih membenahi rambutnya yang acak-acakan sebelum beranjak menuju dapur. Ini mungkin akan terlihat tidak sopan, namun perempuan itu hanya mencoba mencari beberapa bahan untuk sarapan mereka di dalam kulkas ketika di dapatinya mesin pendingin itu kosong melompong. Hanya ada beberapa botol air, soda, alkohol, serta sekotak susu yang sudah lewat tanggal kadaluarsanya. Sisanya berisi selai, nuttela, dan beberapa potong mentega. Lalu ketika kepalanya tertoleh menyusuri bagian pantry serta meja makan, Gia menemukan persediaan roti tawar.
Perempuan itu menghela nafas sambil membatin, apa kehidupan seorang laki-laki yang tinggal seorang diri selalu sekacau ini?
"Gia?"
Giandra tidak tahu kapan tepatnya lelaki itu masuk, namun Harris dengan sebuah kantong plastik berukuran sedang di tangan kirinya kini sudah berdiri tidak jauh dari tempatnya. Wajah lelaki itu sudah segar, berbanding terbalik dengan wajah Gia yang masih bantal khas orang bangun tidur.
"Baru bangun?" Tanyanya sembari melangkah mendekat.
Gia hanya meringis masam, "Iya."
Harris hanya mengangguk, lalu memperhatikan wajah perempuan itu untuk sepersekian detik berikutnya. Akibat menangis semalam, lelaki itu masih bisa melihat sisa sembab di bawah mata Giandra yang belum hilang.
"Mas Harris habis dari mana?"
"Indomaret." Balasnya lalu menyodorkan kantong plastik yang di bawanya, "Coba di cek lagi, kalau ada yang kurang nanti saya beliin ke bawah."
Giandra bingung, namun tak urung tetap menerima pemberian si pemuda. Dia tidak memikirkan apapun ketika di dapatinya kantong itu berisi barang-barang yang memang sangat dia perlukan. Karena semalam Gia menginap tanpa rencana, otomatis dia tidak membawa barang-barang seperti baju ganti, charger ponsel ataupun keperluan lain layaknya sabun cuci muka dan sikat gigi, dan pagi ini dengan inisiatif yang luar biasa patut untuk di apresiasi Harris sudah membelikannya lebih dulu sebelum Gia minta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Your Violet ㅡBBH
Fanfiction"Many fall for you. I fall for you. But you fall for another who doesn't look you in the same way" ". . .: "But it's okay. After all, I will make sure that in the end, only I will become your violet." Kisah tentang skema hubungan percintaan dan hat...