2. The Beginning

7 1 1
                                    


        Sudah seminggu berlalu semenjak kunjungan Sophie ke rumah Pierce. Gadis itu sudah tidak terlihat lagi dan Pierce tidak memusingkan itu. Kini ia tengah menyibukkan dirinya menyirami bunga matahari di halaman rumah yang ia rawat baru-baru ini. 2 hari yang lalu ia menemukan sekarung penuh bibit bunga matahari di gudang dan memutuskan untuk menanamnya.

        'Mungkin paman Sam yang membelinya' pikir Pierce kala itu.

        Sejak saat itu, Pierce menghabiskan waktunya dengan menanam bunga mataharinya kemudian menatap tanah tempat ia menanam selama berjam-jam. Banyak orang yang berkeliaran disekitar rumahnya mengira Pierce aneh, termasuk pihak polisi yang bertugas untuk mengawasinya. Namun lagi-lagi Pierce tidak memusingkan itu, baginya menatap tanah yang belum ditumbuhi satupun bunga lebih baik daripada berdiam diri didalam rumahnya yang hening.

        "Hei! Georgie, jangan kesana!"

        Pierce mendengar samar-samar suara teriakan dan menoleh kesamping. Dilihatnya seorang anak laki-laki kecil berdiri tepat tak jauh dari dirinya. Usianya mungkin sekitar 5-6 tahun, dan yang mengejutkan ia tidak berdiri dari luar pagar Pierce. Melainkan didalam.

        "Kamu yang sering muncul di TV kan?" tanya anak itu.

        "Bagaimana bisa kamu masuk kemari?" balik Pierce bertanya.

        "Aku memanjatnya," jawab anak itu. "Kenapa kamu hanya memandangi tanah? ibuku selalu heran saat melihat kamu seperti itu setiap hari,"

        "Aku....hanya menikmatinya."

        "Tapi kamu sama sekali tidak kelihatan bahagia,"

        Pierce diam dan berjalan kearah anak itu. Kemudian ia pun menggendongnya sambil berbisik "Itulah masalahnya...aku tak dapat merasakan itu."

        Pierce menurunkan anak itu tepat didepan pagarnya. "Kuharap kamu sudah puas dengan jawabanku. Sekarang pergilah."

        Tanpa memedulikan anak itu, Pierce melangkah masuk ke rumahnya dan mengintip dari balik jendela. Dilihatnya anak kecil itu sedang dimarahi ibunya yang tampak sangat cemas dan lelah karena mengejarnya. Tak lama kemudian mereka berdua pergi dan Pierce memutuskan untuk istirahat dikamarnya.

                   •••               

        "Kemarilah, Pierce....Kemarilah dan ikuti aku, anakku...."

        Pierce melihat ke sekitarnya mencoba untuk menemukan sumber suara itu. Namun tetap tidak dapat ia temukan karena kini ia tengah berada di sebuah hutan gelap dan tak satupun objek yang dapat ia lihat selain pohon, semak belukar dan langit malam tanpa adanya bulan dan satupun bintang. Tak ada penerangan sama sekali.

        "Kemarilah, Pierce..."

        Pierce menoleh lagi dan langsung berlari menuju arah yang menurutnya sumber suara itu. Dan kini ia dihadapkan dengan hamparan padang rumput yang sangat luas. Tak ada siapapun disana melainkan dia dan seorang wanita. Ya, seorang wanita yang sangat anggun dan wanita itu tampak berjalan ke arahnya.

        Setelah jarak diantara mereka tak lagi jauh, Pierce dapat melihat dengan jelas wajah wanita itu. Ia tampak begitu cantik ditambah gaun silver-nya yang indah. Namun Pierce tidak fokus kesitu, melainkan ke telinga wanita itu yang tampak berbeda dengan manusia. Ukurannya sedikit panjang dan lumayan runcing keatas.

        Namun wanita itu tampak tidak peduli dengan tatapan Pierce yang fokus ke arah telinganya. Ia berjalan lebih dekat lagi dan memegang wajah Piece dengan kedua tangannya. Ia memandangi Pierce dengan tatapan sedih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Land of EmotionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang