9. Residu

58 3 1
                                    

SUARANYA TERDENGAR SEDIKIT serak. Kami praktis mendekat, tapi terhenti saat Morgan memberi isyarat. Morgan kemudian melakukan beberapa pemeriksaan tanggapan pada Larry.

"Bagaimana perasaanmu?" Dokter Marshall merebut giliran pertama lagi.

"Pusing. Sedikit pekat di lidahku," jawabnya sambil mendecak-decakkan lidahnya.

"Apa kau merasa sakit?" tanya Morgan.

Larry menggeleng. "Lukanya sudah tidak sakit, tapi aku merasakan phantom pain." Larry meringis. "Apa itu normal?"

Aku mengernyit karena ngilu.

"Itu adalah-"

"Sensasi sakit yang dirasakan pada bagian tubuh yang sudah tidak ada." Aku memotong ucapan Dokter entah mengapa. "Sepertinya aku tahu sedikit tentang medis."

"Sebenarnya masih terlalu cepat untuk itu. Jadi ... mulai dari otot, tulang, hingga seluruh saraf lengan kananmu rusak parah. Sel-selnya bahkan tidak menunjukkan proses pemulihan sedikit pun."

"Larry pernah bertransformasi menjadi seperti itu sekali, lima tahun lalu," sela Dokter.

"Apa?" Morgan terkejut, seperti akan menyemprotkan kopi ke wajah Barry kalau saja dia sedang meneguk kopi saat ini.

"Waktu itu ia berhasil kembali ke wujud normalnya tanpa luka yang berarti setelah Barry memaksanya menelan anestesi yang dosisnya bahkan jauh lebih tinggi."

Jadi yang diceritakan Barry kepadaku memang hanya pengantarnya saja.

"Bagaimana bisa kami tidak tahu tentang itu?"

"Aku memang cukup ahli menekan suatu kehebohan, kau tahu?" kata Barry sambil mengangkat bahu dan menyombong.

"Kalau begitu, kau keliru karena mengurangi dosisnya, Dokter," sergah Morgan, beralih kepada Dokter. "Saat Larry kembali ke wujud normalnya lima tahun yang lalu, dia menggunakan sisa-sisa energi magis untuk meregenerasi tubuhnya dari luka-luka selama menjadi ... kau tahu―" Morgan mengangkat telunjuk dan jari tengah di kedua tangannya kemudian menekuk-nekuknya, "―monster. Sedangkan yang terjadi kemarin, gelombang kejut dari kalung Albios sepertinya menetralkan semua energi magis di sana sehingga lengannya yang terluka parah tidak sempat menyembuhkan diri saat dia kembali ke wujud normal."

"Sial. Ternyata ini-"

"Benar, Albios." Larry mengangkat jari telunjuknya. "Tapi ini adalah rencanaku .... Tidak, aku tidak sedang membanggakannya. Aku tahu bahwa aku memerlukan energi magis untuk kembali. Dan selama ini aku berasumsi bahwa kalung itu dan tubuhmu memiliki efek antimagis yang terselubung oleh sesuatu. Situasi kemarin pun sangat cocok untuk mengupas selubung itu. Lihatlah, itu bahkan membangkitkan ingatanmu yang sangat berharga, 'kan? Melempar dua burung dengan satu batu, secara beruntung."

Itu membuatku terdiam.

"Satu lengan bukanlah harga yang mahal untuk informasi, dan sekaligus bisa mengungkap kemampuan menarik itu darimu." Larry terkikik lemah. Sorot matanya terlihat menyenangkan, aku tidak merasakan sedikitpun kesedihan di sana. Tapi tetap saja ...

"Walau begitu aku minta maaf."

"Sudahlah," balas Larry, Ia lalu mengalihkan pandangannya pada Barry. "Akhirnya aku bisa menggunakan Reacher."

Apa lagi itu?

Barry dan Larry tertawa terbahak-bahak sampai Dokter Marshall memberikan bogem mentah ke kepala Larry.

"Ayolah, Dok, jangan terlalu kaku," keluh Larry sambil memicingkan mata. "Jadi, hari itu mengapa aku bertemu orang tuaku?"

Tekanan atmosfernya kembali.

ALBIOS: TriviumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang