Chapter 7 : Jalan yg Berbeda

2.8K 386 22
                                    

Draken benci ini. Ketika ia ingin melupakan sosok Emma selalu saja sosok itu muncul di dalam mimpinya. Kurangnya perhatian yang ia berikan ketika gadis itu masih bersamanya membuat Draken selalu dihantui rasa bersalah. Ia bahkan tidak bersama gadis itu ketika detik terakhir gadis itu menghembuskan nafasnya.


Kini mereka para petinggi Touman tengah berada di onsen. Mikey juga mengajak Takemichi tapi Takemichi ada janji dengan Hina sehingga ia tidak bisa datang.

Draken daritadi melamun. Ia mengingat mimpinya tadi pagi saat Emma muncul dalam mimpinya mengucapkan selamat tinggal dan menyuruhnya bahagia. Emma juga bilang padanya untuk menjaga Mikey.

"Kenchin ada apa?" tanya Mikey ketika dilihatnya Draken hanya terdiam dengan tatapan yang terkesan kosong. Pemuda itu kini menggerai rambutnya dan poni yang biasanya ia ikat kebelakang kini terlepas, memperlihatkan wajahnya yang terkesan lebih cantik dari biasanya.

Draken masih terdiam ketika Mikey mendekat kearahnya. Mikey bahkan mengibaskan tangannya didepan wajah Draken namun pemuda itu masih tak bergeming.

"Kenchin ada a--"

"Emma."

"Huh? Kenchin?"

Draken menunduk dan mengusap pipi Mikey. Ia tersenyum penuh penyesalan. Draken bahkan bilang Mikey adalah Emma masih dengan tatapannya yang kosong terarah pada wajah Mikey.


"Maafkan aku Emma."

Ada perasaan sakit yang menusuk dada Mikey ketika dirinya dilihat sebagai orang lain. Perasaan bersalah Draken membuat pemuda itu berhalusinasi melihat Emma yang telah tiada. Sekali lagi perasaan bersalah juga Mikey rasakan karena dirinya sebagai pemimpin tidak bisa menjaga Touman dengan baik.

"Kenchin, aku Mikey." ucap Mikey dengan suara pelan seraya balik mengusap pipi Draken. Senyuman palsu itu Mikey pasang untuk kesekian kalinya, senyum yang selalu ia tampakkan dibalik perasaannya yang hancur. Mikey pemimpin Touman ingat? Seorang pemimpin tidak boleh terlihat lemah di depan para anggotanya.

"Mikey?"

Pandangan Draken berangsur normal kembali, tidak kosong seperti sebelumnya. Kini ia bisa melihat lebih jelas sosok Mikey yang tersenyum padanya.

"Jangan tersenyum seperti itu padaku Mikey." ucap Draken.

"Habisnya Kenchin tadi seperti itu sih."


"Seperti apa?" tanya Draken.

"Kenchin melihatku seperti orang lain. A-aku ti-tidak suka.." Suara Mikey bergetar, ia berusaha menahan diri agar tidak terlihat lemah di depan Draken.

"Apa itu menyakitkan untukmu Mikey?" tanya Draken pada pemuda tersebut.

"Ti-tidak juga." balas Mikey. Jika ditanya apa itu menyakitkan pastinya jawabannya iya namun Mikey tidak mungkin mengutarakannya pada Draken.

"Jangan berbohong Mikey. Bibir ini..." Draken mengusap bibir Mikey dengan lembut. "...bisa tersenyum tapi..." Draken beralih mengusap satu kelopak mata Mikey. "...matamu tidak bisa berbohong."


Mikey menggeleng. "Aku tidak apa-apa Kenchin."


"Maaf Mikey." Draken kemudian menjauhkan tangannya dari wajah Mikey sebelum pergi begitu saja meninggalkan Mikey. Ia tidak tahan melihat senyuman palsu dengan sorot mata terluka itu dari wajah Mikey.


"Kenchin..."


Mikey menundukkan wajahnya, air mata jatuh ke pipinya setelah Draken meninggalkannya sendirian. Untungnya tempat ini sepi, mungkin hanya ada seorang paman kurus di paling sudut sementara anggota Touman yang lain mungkin sudah berada di ruang ganti.


Best friend or Boyfriend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang