Penghargaan Paling Berharga

5 2 0
                                    

Mereka bergerak, Mikha dengan segera meng-edit gambar yang akan dijadikan bahan spanduk nanti, sementara Himawan membuat tulisan untuk bahan promosi.

Himawan dan Mikha berangkat ke tempat pembuatan spanduk, mereka berangkat mrnggunakan motor milik Mikha. Beberapa jam menunggu, akhirnya spanduk pun sudah jadi. Mereka kembali pergi menuju tempat-tempat yang ramai.

Motor berhenti di sebuah perempatan jalan lalu terparkir di sebuah warung kecil. Himawan membeli tali plastik untuk keperluan pemasangan spanduk nantinya. Sambil melihat dan mencari di mana mereka akan memasang spanduk, Himawan dan Mikha mendapatkan ide untuk memasangnya pada dua tiang yang saling berdampingan, cukup strategis dan terlihat dari tiga sisi jalan. Saat spanduk sudah terpasang rapi, tiba-tiba ada seorang pria memakai topi dan menggunakan tas kecil datang menghampiri Himawan dan Mikha.

"Pada ngapain nih?"

Mikha dan Himawan saling menatap, "Pasang spanduk, Pak." Ujar Himawan.

"Wah gak boleh pasang spanduk di situ."

Mikha memicingkan mata "Gak boleh kenapa Pak?ini kan gak menganggu jalan dan lagi pula ukurannya gak terlalu besar."

"Loh, emang peraturannya begitu."

"Terus ini ada spanduk lain kok boleh Pak?" Himawan melihat kearah spanduk lain yang terpampang.

"Itu karna mereka kasih komisi ke saya biar aman, kalau mau pasang spanduk bayar dulu ke saya seratus ribu," kata bapak itu sambil menyilangkan tangan.

"Mahal banget, Pak, kita baru aja buka usaha udah diminta uang aja. Lagian saya bisa laporin loh pak ngambil pungutan liar mau? Kalo mau saya kasih uang rokok aja pak." Mikha berseru ketus

Setelah bernegosiasi dengan bapak itu, akhirnya bapak itu menerima tawaran Himawan dan Mikha, dengan wajah sedikit kesal bapak itu menerima rokok dari Mikha.

Spanduk pertama berhasil terpasang, mereka melanjutkan mencari tempat yang cocok untuk memasang spanduk sampai akhir nya spanduk ke 5 sudah terpasang. Terakhir mereka memasang di depan perumahan elit, mereka memasang diantara dua pohon. Disana juga cukup strategis dan mudah dilihat orang yang berlalu lalang.

"Akhirnya kelar juga." Kata Mikha.

Seberes memasang spanduk yang cukup melelahkan siang hari yabg sangat terik, mereka mampir ke tukang es kelapa tak jauh dari perumahan itu. Di sisi jalan berderet warung-warung kecil berbagai macam jajanan. Himawan memesan dua gelas es kelapa. Sambil menunggu es kelapa tersaji, Himawan membakar sebatang rokok.

"Kira-kira efektif gak ya?" Tabya Himawan sambil meyodorkan rokok.

Mikha membakar rokok "Ah elo, yakin aja ama gue Wan."

"Belakangan ini gua lagi gampang pesimis Mik, gatau kenapa. Apa karna gue jarang berkabar sama Syena, ya?"

"Jadi curhat colongan nih?" Mikha tertawa lebar.

"He...he...he....eh btw kenapa lo jarang berkabar sama Syena? Lagi berantem?" Tanya Mikha sambil menatap serius.

"Iya, udah dua minggu ke belakang ini dia jadi jarang bales pesan dan angkat telpon gue. Gak tau kenapa. Gue jadi kepikiran Mik," Himawan tertunduk lesu, es kelapa sudah tersaji dan mereka segera meminumya.

Hima & Catatan Yang Hilang [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang