XVI

4K 282 99
                                    

Disclaimer
Boboiboy © Animonsta Studio

"We're Different"
Hurt-Comfort | Comedy | Drama
Chara : Boboiboy, Sori
a story written by Zevuar
© July 2021

Hai!

Aku punya berita bagus, atau mungkin buruk?

Aku sudah mati.

Hehe. Jangan terkejut seperti itu. Aku memang benar-benar sudah mati. Lalu kalian pasti bertanya kenapa aku masih bisa menceritakan kehidupanku, bukan? Atau mungkin kematian? Ya, aku tahu aku memang hebat. Jangan terlalu memujiku

Secara harfiah, aku memang sudah mati. Hanya saja aku masih ada di dunia ini. Tidak... aku bukan hantu. Aku terlalu tampan untuk menjadi hantu. Aku mengambil job yang lain. Sudah-sudah, aku tidak mau membuat kalian bingung. Aku adalah seorang zombie.

Zombie yang tampan tentunya.

Sebenarnya aku tidak ingin menjadi seorang zombie seperti ini. Siapa juga yang menulis cita-citanya sewaktu SD untuk menjadi seorang zombie? Hm, walaupun otakku tidak sepandai itu, aku percaya bahwa pilihan menjadi zombie bukan cita-cita yang baik.

Ngomong-ngomong masalah tampan, aku memang lebih tampan dari zombie yang lainnya--terkecuali wajahku yang pucat ditambah dengan urat-urat berwarna biru serta bercak darah yang menodai seluruh tubuhku, sisanya aku termasuk tampan.

Aku yakin pipiku ini chubby seperti karakter pahlawan di komik kesukaanku. Aduh, aku lupa dengan namanya. Aku terlalu larut dalam peranku sebagai zombie.

Aku tidak yakin sudah berapa lama aku menjadi seorang zombie. Bahkan aku lupa dengan namaku sendiri, hanya kata 'Boy' yang aku ingat. Apa itu namaku? Entahlah, aku tidak peduli. Tidak mungkin aku berkenalan dengan manusia, bukan?

Aku berjalan terpincang-pincang tidak tentu arah. Kenapa sih zombie harus berjalan pincang seperti ini? Kenapa tidak berjalan normal seperti manusia biasa saja?

Dasar zombie tidak berguna!

Tunggu? Berarti aku tidak berguna, dong? Sial! Sadar diri Boy, sadar!

Tidak ada yang spesial menjadi seorang zombie, apa yang kau lihat semuanya berwarna abu-abu--seperti buta warna. Wow! Aku bahkan tidak tahu kehidupanku sebelumnya seperti apa tapi aku masih tahu apa itu buta warna. Otakku masih berguna ternyata.

Langkah demi langkah, aku sampai di kota yang terbengkalai. Sekilas aku mengingat bahwa pemerintah pernah mendeklarasikan perang dengan para zombie dan lucunya aku menjadi zombie sekarang. Hal ini sedikit ironi padaku, aku seorang zombie tapi aku masih punya sisi manusiawi.

Aku masih tidak tega jika harus mengambil nyawa manusia tidak berdosa agar daging dan otaknya aku makan. Namun, jika tidak seperti itu, tubuhku akan membusuk perlahan, walaupun jujur saja tubuhku juga mulai membusuk. Tapi setidaknya aku masih ingin mempertahankan wajah tampanku yang chubby ini.

Udara itu perlahan menerpaku, tidak ada yang aneh, hanya sekilas aku merasakan ada manusia berada di dekatku. Kesempatan bagus, aku akan dapat mangsa kali ini. Aku tidak mau munafik bahwa otak manusia itu memang enak untuk dikonsumsi--seperti keju dan spagetti.

Beberapa zombie mulai mengikutiku, mungkin mereka juga mencium aroma manusia. Tidak hanya satu, ada beberapa. Setidaknya kami tidak akan berebut demi mendapatkan mereka.

Kami mulai mendekati salah satu rumah yang terbengkalai itu--tidak sepenuhnya, karena masih ada manusia di dalam sana. Salah satu zombie itu mulai menggeram di sana. Bodoh! Mereka pasti mendengarnya. Tentu saja, terdengar suara gaduh di dalam sana.

Chaos - Oneshot Story | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang