IHWAL WABAH DI BUMI PERTIWI

20 2 1
                                    

Rupa yang tak nampak oleh indera mata
Dunia bertekuk lutut dibuat olehnya

Manusia menjadi panik ekonomi pun keos
Musabab murkanya sang Khalik
Atas banyak dosa hambanya
Atau memang Wabah ini yang maha perkasa.

Anak bertubuh mungil menangis kelaparan
Sang Ibu murka membentak cakrawala
Ayah yang kenyang menelan pahit kehidupan
Ditambah mendapat derma pemutusan hubungan kerja

Terkutuk impostor dari yang maha fakir
Korupsi sudah menjadi perkara lumrah
Tak perduli ditengah Wabah yang keranjingan
Menjadi hobi para abdi negara sialan

Sementara ketupat masih hangat di dalam panci
Air mata jatuh bersamaan dengan gema takbir
Bapak Ibu rindu berkumpul dihari raya
Merindu sang anak yang jasadnya terbelenggu di Ibukota

Kursi dan meja kini berdebu, buku pun sama kini sudah berdebu
Ruangan berhias sarang laba-laba, otak pun sama penuh sarang laba-laba
Google bertemorfosis menjadi figur seorang Guru
Game online menghipnotis menjadi haluan yang diburu

Tempat ibadah kosong melompong tanpa jama'ah
Hiruk pikuk pasar ramai bermuamalah
Ikhtiar menjadikan vaksin sebagai tameng
Tetap jaga Imun serta Iman sebagi penolong

Selepas masker dan handtaizer menjadi primadona
Kini, beraneka ragam lagi muncul di buru dan dicari
Keberadaan sontak langka berdampak Inflasi
Laknat keparat durjana mencekik di musim sengsara

Sepasang kasih bersumpah serapah
Gagal berikrar lengkapi kalimat sakral
Sepasang cincin tidak melingkar disaksikan handai taulan
Angkaramurka dinasti mengekang kebebasan

Sang maharaja berupaya berbagai cara
Tapi, bala tentara Virus tetap betah dibumi Pertiwi
Hamba dipaksa mengamini sabda maharaja
Dan berdoa semoga Indonesia sehat kembali.
Aamiin

@lutfiansyah.ahmad

ANTOLOGI PUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang