Jooheon mengusap wajahnya gusar. Di sampingnya, Wonwoo juga tidak bisa tenang menunggu hasil pemeriksaan Changkyun.
"Kyun..."
Jooheon menoleh dan menepuk pelan pundak Wonwoo. "Tenanglah. Adikmu... adalah orang yang kuat."
Wonwoo mengangguk kemudian menundukkan kepalanya. "Maaf..."
"Untuk?"
"Ketidakhadiranku di acara pertunangan kita." Wonwoo menghela nafas pelan. "Ibuku yang merencanakan ini semua. Beliau mengurungku hari itu dan kemudian hari mengajukan Changkyun sebagai penggantiku."
Wonwoo mendecak pelan. "Ibu sudah benar-benar dibutakan oleh harta. Beliau pikir aku tidak akan mendapat warisan ayah jika kita menikah, maka dari itu ia ingin cepat-cepat menikahkan Changkyun denganmu agar semua warisan ayah dilimpahkan padaku."
Jooheon hanya diam mendengar penjelasan Wonwoo dan tidak lama terdengar isakan dari lelaki bermata mirip rubah itu.
"Maaf... Hiks... Maafkan aku..." Wonwoo menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Jika saja waktu itu aku memiliki keberanian untuk melawan ibu, semuanya tidak akan menjadi seperti ini."
Jooheon tidak dapat mengatakan apapun. Jujur... Waktu itu, Jooheon amat sangat terluka. Bayangkan saja bagaimana perasaanmu jika calon tunanganmu tidak hadir di acara tanpa kabar yang jelas? Dan kemudian hari, tiba-tiba adik dari calon tunanganmu yang diajukan sebagai pengganti? Jooheon merasa sangat dipermainkan waktu itu.
Tapi... Mendengar penjelasan Wonwoo sekarang, rasa sakit itu meluap begitu saja.
Jooheon merasa Wonwoo sama sekali tidak bersalah, malah menjadi korban dari keserakahan sang ibu.
Menggeser duduknya, Jooheon kemudian meraih Wonwoo ke dalam dekapannya, membiarkan lelaki manis itu menangis di dalam pelukannya.
Tanpa menyadari ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka dari kejauhan tanpa memiliki keberanian untuk mendekat.
***
"Jooheon-ah."
Jooheon terbangun merasakan tepukan pelan pada pundaknya.
"Eoh... Eomma."
Nyonya Lee tersenyum kecil. "Kau pulanglah dulu. Eomma yang akan menjaga Changkyun disini."
Jooheon menoleh ke arah Changkyun yang masih belum sadarkan diri dan mengingat bahwa semalam ia ketiduran sambil menggenggam tangan Changkyun.
"Tapi-"
"Pulanglah. Jangan sampai jatuh sakit, Changkyun bisa sedih nanti."
Jooheon menghela nafas pelan kemudian mengangguk. "Baiklah."
"Ajak Wonwoo juga ya."
Ah, benar juga. Wonwoo juga semalam menginap dan tidur di sofa.
"Mobilmu tinggalkan saja disini. Eomma sudah meminta Jang ahjussi untuk memgantarmu pulang. Jangan menyetir dengan kondisi lelah." Ucap Nyonya Lee sambil mengusap puncak kepala Jooheon.
"Eomma... Tolong kabari aku jika Changkyun sadar nanti."
"Tentu. Sekarang pulanglah."
Jooheon mengangguk kemudian menatap Changkyun yang masih betah menutup matanya dan mengecup lembut kening lelaki manis itu.
"Aku pulang dulu. Cepatlah sadar hm? Aku merindukanmu." Bisik Jooheon pelan yang membuat Nyonya Lee tersenyum haru.