07.00
"Iya kak! Sebentar!"
Asep berhenti memutar lagu kesukaannya itu. Suara panggilan dari luar kamar mengusik indra pendengarannya. Perempuan tersebut lalu mengelap air mata yang menetes di pipi dan beranjak dari kasur kecilnya.
Tak lupa ia letakkan ponselnya di atas tempat empuk itu.
"Iya kak?" tanya Asep ketika dirinya menghadap sang kakak lelaki. "Ada apa?"
PLAK
Belum sampai dirinya berdiri menghadap Gilang, lelaki itu sudah melayangkan tamparan keras di wajahnya.
"Gue salah apa kak?"
"Tangan gue lagi gabut. Daripada banting piring, mending nampar lo."
Asep menghela napas.
Air mata tertahan dan bibir bergetar, namun tak lekas menyuratkan rasa sakit hatinya pada sang kakak semata wayang. Tak ada rasa iba dari Gilang.
"Ngapain lo duduk di lantai? Bangun dan buatin gue sarapan. Cepetan! Nanti gue terlambat ngantor!"
Hanya bisa menerima semuanya, Fiola Asep Ganaya merangkak naik dan kembali menegakkan tubuh mungilnya itu.
Gilang berlalu dari sana, membuat Asep bergerak cepat memasakkan nasi goreng ala kadarnya agar si kakak setidaknya dapat makan sebelum bekerja.
● ● ●
12.00
"Selamat siang."
"Halo, ada yang bisa saya bantu?"
Matahari terik menyinari bumi, namun panasnya tak mampu menembus ruangan kaca yang penuh dengan jejeran obat--lebih dikenal sebagai apotek.
Gadis berpakaian seragam sekolah itu tiba di meja kasir. Ia menoleh sebentar pada jejeran obat disana, pun tersenyum simpul merespon ucap penjaga kasir.
"Boleh beli satu botol obat tidur?"
Si penjaga menggaruk tengkuknya cepat. Asep ikut merespon dengan kebingungan. "Ada yang salah?"
"Maaf mbak, obat tidur hanya bisa dibeli pakai resep dokter."
"Maaf sekali yah," sahut penjaga kasir lagi.
Asep tak dapat menutup ekspresi kecewanya.
Mata bahagia gadis itu meluntur, diganti wajah serius yang masih tampak begitu cantik.
Ia berangsur menundukkan bahunya. "Oke mbak. Terima kasih."
Dengan begitu, Fiola Asep Ganaya melangkah pergi dari tempat yang harusnya tak ia datangi itu.
● ● ●
15.00
listen before i go, lantunan indah karya si penyanyi muda Billie Eilish, menemani sore Asep yang sedang mengerjakan pekerjaan rumah.
"Susah banget sih," keluhnya dengan suara pelan.
Asep duduk bersila di atas lantai, ditemani segelas air putih dan berbagai alat tulis di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenggelam ✓
Short StoryPukul 23.00, Asep mengakhiri hidupnya. ©biangpenat, 2021