Chapter 9

1.5K 23 2
                                    

masih stay coll gue di sini. Fer lagi meloncong ke samarinda udah 2 minggu ini, gue ucapin "Atiati ya sekarang begal udah berani naik daun ke pesawat lo. bhahaha"

buat Grup Prillvers 5. eakkk kalian pade kenapa? kesurupan apa ya? sumpehh rame amat! jebol notif hape gue haha :D love Prilly Love Prillvers grup 5 dan semuanya. 

yeakk kalo ada typo(s) ngomong ya. gak sempet ngedit, besok baru ngedit. 

***

Kertas kecil seperti note dengan spidol hitam tertara di permukaan kertas itu. tulisan yang tak asing, namun tak terkenali. Itu kata Prilly.

Tertulis jelas tentang ‘I WILL REMEMBER’

Entahlah apa arti kemurnian tulisan itu, tak ada puli keterangan si pengirim. Hanya inisial A.P selain inisial huruf itu, tak ada kata apapun. Aneh memang tapi seperti mengesankan untuk hatiku.

Mata Prilly masih menangkap tulisan hitam itu, mencerna dalam-dalam yang sesungguhnya apa itu makna. Sayangnya tak ada yang heboh dalam pikirannya, hanya putaran waktu-waktu yang terulang-ulang dalam benak dirinya.

Sayang sejuta sayang rasa hangat tiba-tiba memancar, entah karena sesuatu hal apa yang jelas itu sumringah yang besar untuk hati Prilly.
“Ada apa dengan hatiku? Apa hatiku mengenali si penulisnya?” gumamnya gila, seakan hatinya bisa berbicara seperti dirinya.

Pukul 7 malam menempati jam dinding Prilly. Ia baru pulang setengah menit lalu, menikmati alam sadarnya yang sedang kacau karena 3 kata itu. menyeramkan tapi memabukkan. Membuaikan sekujur jiwanya. Aneh tapi memang nyata.

Kini ia mulai berispa untuk bekerja malam, seperti biasa ia harus bekerja di club malam itu, menghasilkan banyak uang yang sungguh halal keberadaannya walau sungguh tempatnya terbilang haram untuk di jinjingkan.

Hanya setelan kaos oblong dengan jeans terbalut sudah. Tak cantik hanya pancaran kepolosan yang luar biasa saja. Lagi pula ini malam mana mungkin harus menggunakan glamour, pasti endingnya juga tak terlihat bukan.

Prilly mulai menstop taxsi untuk menuju tempat itu. tak jauh pula tak dekat. Sedang saja.

***

“Bagaimana Pril? Kau setuju.”

Kini Prilly dengan bos clubnya sudah berada di pojokan tempat hura-hura para dewasa. Mereka sedang membicaran sebuah project yang mana itu sangat penting. Tentang rencana seseorang yang akan mengeluarkan Prilly dari neraka yang setengah jahanam itu.

Prilly memang tak mengerti siapa orang itu, tapi hatinya seakan menyeruak berkata jika ia harus menerimatawaran itu.

Lalu ada juga pikirannya yang menyeruak berkata, lebih baik menolak saja. Dari pada ragu.

Lantas bagaimana?

“Ummm… boleh saya menemui orang itu, Bapak?”

“Tentu. Ayo saya hantar di tempat kerja saya.”

Prilly mulai mengikuti langkah bosnya dari belakang. Ia mulai menaiki anak tangga yang terbilang tinggi. Ya.. ruangan itu terletak di lantai 5, tempat utama untuk apara staff utama pula tempat bos-bos saja. Selain itu hanya di perbolehkan tinggak atau bertapak di lantai 1-3. Bahkan lantai 4 saja sudah terkuasai oleh beberapa staff terhormat.

Gila? Ya memang, namanya saja sudah club. Mana ada club yang setiap malamnya sepi. Bahkan semakin larut semakin ramai saja. Apa lagi ini tepat di kota besar bukan di kota kecil.

Ruangan cukup besar dengan berbagai perabotan mahal di sana. Sofa panjang, pula meja-meja panjang tertera di dalamnya.

Bosnya mulai duduk di kursi kebangsaan miliknya, sedangkan Prilly sudah duduk di hadapannya. Jas hitam gelap yang bosnya gunakan kini sudah terselempangkan di belakang kursi kebangsaan miliknya itu. ada kegelisahan tersendiri tapi tidak mungkin gelisah itu terjadi, mungkin hanya perasaan perawalan saja.

WHEN LOST (dimana aku kembali?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang