Setelah beberapa lama tinggal dirumah sakit, akhirnya Reyna diizinkan untuk pulang kerumah.
"Bram. Reyna pulangnya dirumah mami sama papi, ya?" Tanya Reyna antusias.
Ray hanya mengangguk tanpa menoleh kearah Reyna.
Reyna yang melihat Ray mengangguk tersenyum lebar. Menurutnya, dirumah orangtuanya juga akan menghilangkan traumanya. Secara, dia kan deket sama papi dan Abian.
Keheningan melanda ruangan Reyna. Sore nanti, barulah Reyna diizinkan untuk pulang. Reyna juga agak bingung dengan sikap Ray yang perlahan berubah cuek dan perkataan Ray berubah seperti tidak suka dengan Reyna. Bahkan memakai Lo-Gue. Tapi, Reyna pikir Ray hanya lagi sibuk.
Ray juga tidak melanjut kuliah sampai trauma Reyna benar-benar hilang.
Reyna memutuskan berbaring, dan menutup tubuhnya dengan selimut.
"Gak usah ditutupin. Entar lo keringetan" Ucap Ray ketika melihat Reyna menutupi tubuhnya.
Reyna menurut saja. Ia kemudian berbaring menghadap langit-langit kamar dengan perasaan takut. Perubahan Ray sangat turun drastis. Ray juga berubah tanpa alasan yang jelas.
"Bram" Panggil Reyna kearah Ray yang sedari tadi menatap dirinya.
"Hm?" Sahut Ray yang duduk di sofa dekat Brankar Reyna.
"Reyna ada salah ya?" Tanya Reyna.
"Gak" Jawab Ray melipat tangannya didepan dada tanpa mengalihkan tatapannya dari Reyna.
Reyna mengangguk lalu kembali menatap langit-langit kamar. Jawaban Ray membuat dirinya sesak. Dengan susah payah, ia menahan air matanya. Sampai tiba-tiba ia tertidur.
Ray yang melihat Reyna tertidur pulas membuat tatapannya berubah sendu.
Dia merogoh sakunya lalu menelepon kepercayaannya."Gimana?" Tanya Ray tanpa berbasa-basi.
"Maaf boss. Saya masih belum menemukan kedua Gadis itu" Jawab Dito.
Tanpa menjawab apapun, Ray memutuskan panggilan itu lalu beranjak keluar. Ia akan menemukan Viola dan Ella kemana pun mereka berada. Dan berjanji akan memusnahkan orang-orang yang telah menyakiti Reyna. Gadisnya.
*****
Dengan kecepatan diatas rata-rata, Ray melajukan motor ninjanya dengan tatapan tajam lurus kedepan.
Sesampainya ketempat tujuan, ia turun dari motornya dan menatap sekeliling rumah yang berada di depannya. Tidak ada yang berubah. Tapi, rumah itu keliatan kosong. Seperti tidak dihuni oleh pemiliknya.
Ia berjalan menuju pintu utama lalu mengetoknya. Namun sama sekali tidak ada respon ataupun orang yang membukakan pintu untuknya.
Ia melihat salah satu kontak dihanphonennya. Pemilik kontak itu sudah mem-block nomornya.
"Akhh! Shit! Kenapa gue lupa kalau nomor Viola ada di Reyna?" Gumam Ray meneriaki kebodohannya.
Dia pulang kembali ke rumah sakit tempat Reyna. Sesampainya, ia berjalan santai menuju ruangan Reyna yang berada dilantai 2 khusus VVIP.
Tanpa mengetuk pintu, Ray masuk kedalam ruangan Reyna. Bodyguard yang diutus oleh Bastian untuk menjaga sang putri kecil menunduk memberi hormat kepada Ray.
Reyna masih tidur dengan posisi meringkuk. Ray membtulkan posisi Reyna agar ketika Reyna bangun, badan Reyna tidak akan sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESIVE RAY (END) ✔︎
أدب المراهقين"Lo pacar gue! Dan milik gue selamanya" Ucap lelaki itu memegang lembut dagu Reyna "Kamu mau Reyna jadi milik kamu? Tapi, Reyna gak mau..." Tolak Reyna lembut menatap kedua manik mata cowok tersebut dan tak lupa bibir yang dimanyunin kedepan menanda...