Hallo👋
Sorry lama ga apdet gess. Sakit aku tu😭
Chapter ini special Bday Kang Ghosting kesayangan aku, Nicholas🙆❤️
Dia ghosting aja aku sayang, gimana kalo rajin ngabarin☺️Ada mature dikitttt. Dikittt bgt⚠️
.
Nicholas belum pernah ngerasa asing sama rumahnya sendiri. Tepatnya sengaja bikin semua terasa asing. Tiga bulan nggak masuk ke sini rasanya mirip seperti.... pulang setelah merantau, mungkin. Bedanya, orang yang habis merantau akan bawa kabar baik atau oleh-oleh.
Sedangkan dia, bawa surat cerai.
Mungkin seumur hidup, tahun ini adalah ulang tahun yang akan paling dia kenang sampai dia reinkarnasi lagi. Orang bilang, semua yang dimulai bukan dengan niat baik nggak akan berakhir baik. Dan dia setuju.
"Ayo kita nikah."
Mungkin cuma orang gila yang main jawab "iya" saat diajak menikah tiba-tiba tanpa acara pendekatan normal layaknya manusia lain . Hanbin adalah salah satu dari orang gila itu. Gila karenanya. Lalu sekarang ia akan menghampiri orang gila itu setelah tiga bulan mengacuhkannya, membawa surat cerai yang berhasil ia buat setelah melayangkan 1001 ancaman pada Jay.
Nicholas bukannya bermaksud jahat. Hanya saja dunia terlalu pintar dalam memaksa seseorang untuk menjadi jahat.
"Nicholas!" pekikan girang diterima rungunya begitu ia melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam. Pelukan erat ia dapatkan dari sosok itu. Tapi tangannya terlalu kaku untuk membalas dekapan itu.
"Terima kasih udah pulang." Hanbin berucap tulus dengan mata masih terpejam, menikmati aroma khas pakaian kerja suaminya yang bercampur wangi parfum mobil dan agak dingin karena cukup lama terkena AC mobil selama di perjalanan. "Seneng banget bisa peluk kamu lagi. Aku kangen."
Dia nggak marah? Gue ngilang selama itu dan dia nggak marah?
Hanbin berjinjit kecil dengan tangan yang berpindah melingkar di leher suaminya tapi dengan cepat pergerakan ditahan Nicholas. "Aku pengen cium kamu..," rengeknya.
"Aku mau mandi."
Udah Hanbin duga. Nicholas akan sedingin ini. Memangnya apa yang diharapkan dari orang yang ngotot minta pisah lalu kembali ke sini bukan karena inisiatif sendiri, melainkan paksaan sohibnya? Tapi Hanbin bersyukur. Seenggaknya Nicholas pulang.
Hanbin tersenyum kecil saat Nicholas berjalan melewatinya begitu aja, tanpa usapan sayang di kepalanya atau kecupan ringan untuk dia. Mereka kembali serumah, tapi nggak jauh beda dibanding temen lama yang terpisah ribuan kilo di belahan bumi.
.
"Nicho, look! Aku bikin cake buat kamu. Ayo tiup lilin!"
Pria itu tersenyum kecil melihat meja makan mereka yang ditata rapi entah sejak kapan, dengan chiffon berhias whip cream dan icing di atasnya sebagai pusat. Lilin berbentuk angka 27 di atasnya itu dinyalakan, sebuah ajakan padanya untuk segera membuat permohonan lalu meniupnya. "Ayo berdoa sama-sama! Make a wish!" ajak Hanbin dengan senyum yang enggan luntur.
Buat dia bahagia, Tuhan. No matter what.
Setelah dua kalimat itu terucap dalam hati, Nicholas memadamkan lilin itu dalam sekali tiupan. Dia harus cepat menyelesaikan semuanya sebelum keburu terbawa suasana lalu malah berakhir nggak konsisten akan tujuan awalnya pulang ke sini: memberikan surat cerai itu.