Satu bulan kemudian
Sejak reuni bulan lalu aku selalu membayangkan Dana, apakah perasaanya kali ini benar.
Apakah niatnya ingin menikah denganku lagi benar.
Bagaimana jika hal dulu terulang kembali.
Apa yang harus aku pastikan agar mimpi buruk dulu tak terulang kembali.
Aku hanya bergelut dengan pemikiranku sendiri tanpa bercerita pada siapapun bahkan pada ibu. Aku hanya berusaha berbicara dengan Nada dan tentu dia sangat kaget sekali akan kisah yang aku ceritakan tentangku.
"Wah ini sih berita heboh parah kalau sampe ke anak-anak sekolahan, kalau aja berita ini udah nyebar di acara kemarin pasti heboh banget, kamu terkenal Ris," kalimat itu yang keluar dari mulut Nada.
Bukannya membuatku tenang dengan bercerita padanya namun malah tidak ada solusi disana.
Kata-kata terbaik Nada hari itu hanya, "Kalau kamu sayang dan cinta kenapa gak coba, gak usah langsung nikah, pacaran aja dulu, dulu sama Kak Dana gak pacaran kan?" katanya membuatku sedikit ada cahaya harapan.
"Iya dulu deketnya cuma sebentar terus langsung nikah," jawabku.
"Ya udah kasih syarat itu aja, kamu mau tapi status kita perkenalan dulu, pacaran dulu untuk memastikan seberapa serius kali ini," perkataan Nada membuatku ingin segera bertemu dengan Dana untuk memberitahukan akan hal ini, namun gengsi besar untuk memulai percakapan lebih dulu.
"Tapi dia lagi di Jakarta jadi jauh, komunikasinya gimana?" membuatku khawatir.
"Ya ampun kayaknya kamu bakal bucin deh Ris, gak pernah kan kayak gini?" kata Nada mengejekku.
"Apaan sih gak lah, gak akan bucin apalah itu, suka mah biasa aja kecuali kalau udah nikah baru beda kan, kamu juga gak ada pengalaman gak usah ngejek-ngejek gitu deh," kataku membalikan perkataanya.
"Eh jangan salah, gini-gini udah beberapa kali pacaran, meskpiun masih gagal tapi kata-perkata aku dah hapal taktik cowok," perkataan Nada tidak mau kalah.
"AH kebanyakan teori, aksi serius nya belum keliatan belum manjur berarti," perkataanku membuat Nada skakmat tak berdalih lagi.
"Ia sih haha, semoga deh yah bentar lagi, ngebet banget, ngiri sama Ratih, Siska yang udah punya anak, lucu banget asli, ngiri gak sih Ris?" tanya Nada pada Risa.
"Ia ngiri sih, bahagia gak sih pernikahan, aku agak trauma dikit gitu hehe," kataku sambil meringis seolah menelan rasa pahit.
"Kamu sih udah ada calonnya nah aku sih apa kabar, hilal aja belum keliatan," gumam Dana mengejek dirinya sendiri.
"Apaan sih, belum lah kan mau pacaran dulu hihihi," kataku sedikit pede, bahkan belum memulai aksi membuatku sedikit bahagia.
Aku rasa bercerita dengan teman seusiaku salah cara terbaik, tapi ternyata tidak juga. Usia menentukan seberapa dalam penyelesaian masalah dan nasihat.
Aku tak banyak bercerita pada Nada hanya seperlunya saja aku takut membuatnya khawatir padaku. Begitupun mama Nita, sempat terlintas untuk menghubunginya dan membicarakan hal ini namun aku urungkan.
Lalu aku coba bicarakan hal ini pada Ibu. Ibu tidak banyak merespon, nasihatnya jika aku yakin dengan pilihanku bismillah saja semoga ini adalah jalan terbaik. Namun, jika hal yang kakak pilih gagal jangan salahkan tuhan dalam hal ini, mungkin ini memang jalannya untuk kakak menemukan yang terbaik. Hanya itu pesan ibu.
Ibu tidak pernah memaksa apapun pilihanku. Meskipun aku terkadang bingung atas jawaban ibu karena tidak ada solusi disana malah terkadang membingungkanku. Namun aku paham, karena sebenernya bukan solusi yang aku butuhkan namun orang yang nyaman sebagai pendengar ketika bercerita dan tujuan bercerita adalah mencari persetujuan atas cerita ku. Dan ibu adalah orangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Again
RomanceRisa Analia sudah berusaha melupakan mantan suaminya Pradana Winaka. Mereka pernah menikah namun hanya selama 6 bulan dengan sebuah kebohongan yang dilakukan Laki-laki itu. Namun setelah susah payah Risa melupakan sosok mantan suaminya itu, kenapa d...