Semesta sudah menghitam. Namun, hujan kecil-kecil itu masih saja turun entah untuk siapa. Padahah, kita sudah tidak lagi menabung rindu. Ketika perantara semesta itu tersenyum di balik ceritanya, dan sepasang telinga milik ia yang beruntung diam-diam mendengarkan dengan segelas kopi.
Pada sepanjang 2015, sisa perjalanan yang ada sebelum sepasang mata milik kita bertatapan tidaklah banyak. Kamu yang mungkin sedang sibuk-sibuknya membangun masa depan, dan ia yang sedang berjuang merealisasikan masa depan, sampai-sampai waktu yang menjadi korban, dan jarak lagi-lagi menang.
Kita melewati Februari, kita melewati Maret, kita April. Dalam tiga puluh hari, pertemuan kita mungkin tidak lebih dari tiga jari. Namun, menurutnya itu adalah hal yang indah. Pernah ada suatu kejadian lucu di mana kamu sudah benar-benar tidak tahan, tetapi laki-laki ini masih saja tidak peka. Kalau tidak salah, semesta sedang berduaan dengan bulan Mei. Kita saling bertukar pesan dalam marah dan tawa.
Naya
Dam, kenapa kamu jarang sekali menemuiku?Damara
Maaf, aku tidak bisa setiap saat menemuimu, Nay.
Naya
Seminggu sekali masa nggak bisa?Damara
Bisa saja. Tapi aku sengaja.
Naya
Sengaja nggak ngajak aku ketemu?Damara
Ya.Naya
Kenapa?Damara
Karena aku selalu ingin pertemuan kita istimewa. Nay.
Damara tahu, mungkin Naya selalu kesal dengan gelagatnya. Karena jujur, entah kenapa ia selalu merasa belum pantas untuk menemui gadisnya. Di dalam nuraninya, selalu saja ada batasan yang memenjarakan rasa yang ia miliki untuk menggapai Naya.Setelah pesan terakhir darinya, tidak ada balasan lagi dari Naya. Mungkin gadis itu sedang mencoba tidur dengan keadaan wajah merona, atau bisa saja gadis itu justru semakin kesal.
“Besok aku libur. Apa aku datang saja ke rumahnya besok?”
***
Semalaman penuh, Naya tidak bisa tidur karena dibuat kesal dan malu dalam waktu yang bersamaan oleh Damara. Pesannya ia abaikan. Sebagai ganti waktu karena ia tidak bisa tidur, satu malam penuh Naya gunakan waktunya untuk menonton drama korea. Pada saat itu, film “Healer” yang dibintangi oleh Ji Chang-Wook sedang ramai-ramainya.
Saat itu, pagi sedang bergerak pada pukul 9 dan Naya sedang seru-serunya menonton episode terakhir dari drama tersebut. Akan tetapi, ketika drama yang ia tonton sedang mencapai pertengahan, tiba-tiba pintu rumahnya ada yang mengetuk. Lalu dengan terpaksa, gadis itu menjeda dramanya dan berjalan malas membukakkan pintu.
“Iya-iya. Tunggu sebentar,” teriaknya ketika ketukan pintu itu semakin keras dan cepat, “siapa, sih, yang datang pagi-pagi begini? Ganggu aja,” ucapnya pelan sebelum sampai di depan pintu.
Ketika ia membukakan pintu dengan penampilang yang jauh dari kata rapi, betapa terkejutnya Naya saat tahu yang sedang berdiri sambil tersenyum membawa satu kantung plastik berisi makanan di hadapannya adalah Damara. Lalu, wajahnya kembali memerah.
“D-Damara?”
“Halo, Nay.”
“Kok kamu d-di sini?”
KAMU SEDANG MEMBACA
andai, jika
RomanceKita seperti gelap dan terang. Yang saling menenggak jarak, mencari-cari sebuah kepantasan antara manusia paling tidak memiliki dan dicintai. Perpisahan kita bukan milik selamanya. Namun, akan kupastikan jika selamanya adalah milik kita.