Lautan Mengelilingi Gunung Es

5 1 0
                                    

"Kurasa kau cukup mendengar perkataan ku tadi!!" Messha bangkit dari duduknya dan membersihkan tanah yang melekat pada pakaian mewahnya itu.

"Kau tak mungkin tiba-tiba menyetujuinya? Ada apa? Kau mau melipakan kekasih saudari mu?" Messha menatap Dean tak percaya lantaran lelaki ini senang sekali menguji kesabarannya dengan cara menekannya.

"Diam lah, bukan kah ini yang kau mau?" Messha membalikan tubuh mencoba meninggalkan Dean tapi tak terjadi lantaran Dean menarik lengan Messha kasar.

Messha terkejut karena tubuhnya yang secara tiba-tiba tertarik kebelakang dan mendapati wajah Dean yang menyeramkan. Lelaki itu terlihat sangat tegas dan dingin.

"Jika kau tak ingin bertunangan dengan ku maka hal itu tak akan terjadi. Aku tak mau kau jadikan tempat pelampiasan amarah mu karena tak bisa mendapatkan apa yang kau inginkan!" Messha membeku lantaran kali pertama mendapat perlakuan seperti ini kepada dari Dean. Lelaki itu sangat marah hingga meremat kedua sisi lengan Messha. Perempuan itu pun tak merasa kesakita m padahal cengkraman Dean pasti akan meninggalkan bekas pada kulit pucatnya. Messha terintimidasi dengan rasa terkejut atas apa perlakuan Dean padanya.

"Aku tak akan mewujudkan permainan mu, Messha. Jadi lebih baik kau cari lelaki lain yang mau kau perlakukan seperti kotoran!" Dean menghempaskan tubuh Messha bersamaan lelaki itu pergi berjalan dari area pacuan.

Messha terkekeh pahit atas apa yang di lakukan Dean padanya. Dia merasa tak bisa melawan kali ini, "apa yang barusan terjadi. Apa dia sedang berlagak sulit untuk di dapat kan? Jika dia berharap aku akan memohon, tentu tidak!!" Seru Messha yang berjalan mengikuti arah Dean.

Messha dapat melihat Dean yang anru saja melintasinya dengan mobil yang biasa di kendarai lelaki itu dalam keadaan cukup cepat. Messha yang melihat itu tak mau ambil pusing dan masuk kedalam mobilnya.

Messha terbangun dengan suara ketukan di pintunya. Suara sang ayah pun kini masuk ke pendengarannya.

"Aku bangun!" Sahut Messha sambil membuka pintu kamarnya.

"Kau belum siap?" Tanya sang ayah kepada Messha yang bingung.

"Kita akan menghadiri perayaan hari jadi perusahaan Tuan Han." Seru sang ayah.

Tidak, Messha tidak siap bertemu lelaki itu di sana karena baru tadi siang mereka bertengkar.

"Kau harus ikut, Messha. Marina dan Beam pun datang!" Seru sang ayah lalu meninggalkan Messha.

Cobaan apalagi ini. Kini semua irang yang ingin di hidarinya ada di satu tempat sekaligus. Sangat bagus sekali, bukan?

Messha mengenakan gaun malam yang sangat elegant karya designer ternama. Warna putih tulang memberikan kesan anggun pada Messha. Setiap tamu yang melihatnya pasti akan takjub.

"Selamat atas hari jadi perusahaan mu." Sang ayah menjabat tangan tuan Han.

"Oh ayolah, Nan. Jangan begitu formal. Kemana sahabat ku yang selalu memanggilku dengan sebutan aneh."

Messha yang beridiri sedikit jauh dari ayahnya lantaran habis menerima panggilan menelisik sisi ruangan dan tak melihat Dean di sekitaran sini, mungkin lelaki itu tahu dirinya akan datang dan pergi ketempat lain.

"Selamat hari jadi tuan Han." Suara ini sangat familiar di telinga Messha.

"Kau sudah sembuh rupanya Marina, aku turut sedih." Tuan Han menjaban tangan Marina dan Beam bergantian.

"Kau tampak cantik!" Sambung tuan Han.

Messha berjalan mendekat kearah kelompok itu bersamaan dengan munculnya Dean. Ternyata lelaki itu baru datang.

Sorry, I Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang