"Memaafkan orang lain memang tidaklah mudah, akan tetapi kita harus bisa karena Tuhan aja bisa memaafkan hambanya bahkan sekalipun doanya sedalam lautan. Kalau Tuhan bisa kenapa kita manusia bisa enggak bisa?"
-Agaraya-
****
Kini Raya dan Rain tengah duduk dikantin.
"Bi Rere tolong baksonya 1 pedes banget, elo apa Ren? tanya Raya.
"Gu samain aja pedes baksonya minumnya pop es mangga." Rain tersenyum tipis.
"Bu Rere jadi baksonya 2, minumnya pop es mangga 1 dan pop es stoberi 1," tutur Raya.
"Siap Neng," tutur Bi Rere dari belakang.
Saat tengah menunggu makanan ada Bintang yang bersama gerombolannya tengah bersiap menuju kantin.
"Ray ada Bintang dkk nih cabut yuk," ajak Rain.
"Ga usah santai aja gue bisa hadapin mereka," kata Raya dengan smirknya.
"Eh Raya ngapain elo disini bukannya di kelas." Bintang dkk langsung menghampiri Raya dan Rain.
"Terserah gue lah. Lo sendiri ngapain disini? Ini 'kan juga masih jam pelajaran." Tuduh Raya.
"Ya gue, 'kan anak sultan jadi bebas mau bolos atau masuk ke kelas yang penting gue pinter dan ga usah belajar pun nilai dapet 100," tutur Bintang dengan sombongnya.
"Gue juga pintar dan ga perlu belajar lagi. Jadi bebas buat bolos, bukan elo aja, ejek Raya.
"Tang mending elo kasih pelajaran aja si Raya yang sok cakep ini," tutur Rakata Delanda biasanya dipanggil Raka-teman dekatnya Bintang.
"Setuju sama Raka. Kasih pelajaran aja," tambah Dikana Alangga biasanya dipanggil Dika-teman dekatnya Bintang.
"Ga perlu deh. Sekarang gue lepasin aja. Nanti, 'kan masih ada adu basket itung-itung buat simpanan tenaga supaya nanti bisa menang." Bintang menjelaskan semuanya lalu pergi meninggalkan Rain dan Raya.
"Untung aja Ray, Bintang ga jadi nyerang elo jadi aman," tutur Rain.
"Ga asik ahh. Enakan juga berantem lagi-lagi Bintang jadi pengecut." Raya mencibikkan bibirnya.
"Itu sih maunya elo. Yang berantem elo yang takut gue hehe." Rain tersenyum tipis.
"Ini makanannya Neng Rain dan Raya udah siap." Bi Rere membawa nampan yang berisi 2 mangkok bakso dan 2 gelas air yang berisi minuman.
"Thanks Bi Rere," tutur Raya dan Rain bersamaan.
"Iya kalian bolos lagi ya? Bukannya ini masih jam pelajaran," tanya Bi Rere.
"Bukan bolos Bi Rere tapi diusir," tutur Rain.
"Lah kenapa diusir?" tanya Bi Rere.
"Ya biasalah gue sama Rain bikin ulah lagi hehe gara-gara bisik-bisik soal murid baru yang cupu dan culun di kelas." Raya malah tersenyum tipis.
"Raya kok malah tersenyum bukannya sedih?" tanya Bi Rere.
"Ngapain sedih Bi, Raya malah suka jadi ga perlu bolos lagi malahan ini udah di izinin." Raya menerangkan semuanya.
Sementara Rain sedari tadi murung dan menunduk menatap tanah karena ia masih merasa bersalah karena ia yang membuat mereka di usir.
"Ada-ada ini Ray. Lah Neng Rain kenapa murung dan kaya sedih?" Kini Bi Rere malah nanya ke Rain.
Memang Bi Rere sangat dekat dengan Raya dan Rain karena mereka sering mampir dikantin saat jam pelajaran. Meskipun begitu Bi Rere memahami kenapa sikap Raya begitu. Pastinya mereka melakukan itu karena ada alasannya. Karena tak mungkin seseorang melakukan sesuatu tanpa sebab. Pasti ada alasannya yang sekarang belum bisa diutarakan.
Tidak terasa istirahat telah tiba semua murid di SMA Demantara beranjak keluar dari kelas. Bukan seperti yang dilakukan oleh Rain dan Raya, mereka justru ke kelas 10 IPA 2 untuk mengantar Raya mengambil baju olahraga karena ia harus kembali beradu basket dengan musuh bebuyutannya yaitu Bintang.
Namanya bintang memang sangatlah indah seperti bintang di angkasa yang susah untuk digapai. Akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya, harusnya bintang itu menjadi penerang dalam kegelapan.
Justru yang dialami oleh Raya malahan sebaliknya. Bintang menjadi kegelapan baginya, sumber masalah dan entah sampai kapan itu semua akan selesai.
Raya sebenarnya sudah geram dengan sikap bintang. Tapi Raya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari keselahan.
Yang bisa dilakukan oleh Raya adalah berharap Tuhan mengirimkan malaikat tanpa sayap yang mengisi kehidupannya dengan kegembiraan dan pastinya membantunya keluar dari kehidupan gelapnya. Bukan berarti Raya itu gadis yang nakal, ia hanya mencari pelantiasan semua hal yang masih menjadi rahasia.
Bahkan sahabatnya sendiri belum sempat ia kasih tahu soal itu karena menurutnya itu lebih baik tersimpan saja. Jikalau nanti ia sudah siap memberi tahu semuanya pasti di waktu yang tepat. Bukan sekarang dimana ia masih saja berseteru dengan bintang.
Saat Raya dan tengah berjalan keluar dari kelas menuju kamar mandi untuk mengganti pakaian. Aga tanpa sengaja menjatuhkan pakaian olahraga milik Raya.
Aga pun berusaha mengambil pakaian olahraga raga milik Raya dan mengembalikannya.
"Ini pakaiannya maaf tadi aku ga sengaja jatuhin itu," tutur Aga menunduk ke bawah.
"Permintaan maaf elo ga ada gunanya karena elo sudah menjatuhkan pakaian olahraga gue." Terang Raya dengan mencibikkan bibirnya karena kesal.
"Maaf aku ga sengaja." Aga masih menunduk.
"Gue ga peduli, tahu ga gara-gara elo tadi gue jadi di hukum sama Bu Yuni. Memang dasaran elo aja udah cupu, culun, dan ga berguna lagi," tutur Raya.
"Ray jangan begitu sama Aga itu ga baik semena-mena sama orang lain tanpa sebab yang jelas. Lebih baik maafin dia Ray, Tuhan aja memaafkan segala kesalahan hambanya meskipun dosanya sedalam lautan. Kenapa kita manusia nggak bisa memaafkan? Padahal kita semua derajatnya sama dimata Tuhan yang membedakan hanyalah amal ibadah kita." Rain menjelaskan semuanya. Meskipun Rain memang tidak terlalu menahu soal agama akan tetapi Rain bisa sedikit-sedikit. Mungkin suatu saat Rain akan hijrah ke jalan yang lebih saja.
Sekarang Rain menikmati masa SMA dulu nanti selepas itu akan ia pikirkan kembali. Tapi Rain yakin jikalau Tuhan telah memberi petunjuk pasti akan ada jalannya walupun sekecil semut.
"Iya juga sih Ren makasih udah selalu ngingetin gue. Maafin gue Aga. Tapi maaf gue belum bisa tidak membenci elo. Mungkin suatu saat gue bakal sadar ." Raya meninggalkan Rain dan Aga.
"Eh Ga gue samperin Raya dulu ya." Rain tersenyum tipis.
"Ray tunggu gue." Rain berlari menghampiri Raya.
Sementara Aga hanya diam di tempat dan mengangguk.
'Seperti banyak sekali hal yang terpendam dari Raya, aku yakin pasti aku bisa memecahkan itu semua' batin Aga.
Rain menghampiri Raya di kamar mandi.
Kini Raya telah keluar dari kamar mandi dengan baju olahraganya.
"Maaf ya Ren tadi gue udah ga tahan lagi jadi terpaksa pergi," pinta Raya.
"Ga tahan apa Ray?" tanya Rain.
"Gapapa kok." Raya tersenyum tipis.
'Sepertinya ada hal yang disembunyikan oleh Raya. Entah itu apa tapi gue yakin Raya melakukan sesuatu itu karena ada alasannya' batin Rain.
"Ayok kita balik kelas dulu naruh seragam sekolah," ajak Raya.
"Oke Ray." Rain tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agaraya [END]
Teen Fiction"𝙺𝚒𝚝𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚔𝚒𝚛 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚍𝚞𝚔𝚊." ㅡ𝙰𝚐𝚊𝚜𝚊 𝙷𝚊𝚛𝚢𝚖𝚞𝚛𝚝𝚒ㅡ Aga dan Raya tidak salah hanya ingin saling menjaga justru berujung kesalahfahaman karena yang salah adala...