Enam

1 1 0
                                    

Setelah beberapa hari Maya dirawat di rumah sakit. Akhirnya ia pun diperbolehkan pulang,ia pulang bersama dengan Satria.

Saat di dalam mobil tidak ada yang membuka percakapan terlebih dahulu. Sampai akhirnya Satria membuka suara terlebih dahulu.

"Kamu bohong sama abang,dek?" tanya Satria.

Dahi Maya berkerut bingung, "Bohong apa,bang?" tanya Maya.

"Kamu bohong soal penyakit kamu. Kenapa si,dek? Abang bukan kakak kamu?"

Deg

Rahasia yang selama ini Maya simpan terbongkar sudah. Bagaimana Satria tau?.

"Bukan maksud Maya buat nyimpen rahasia ini dari abang. Tapi Maya gamau nambah beban ayah sama bunda,bang. Tau sendiri kan mereka udah terbebani punya anak kayak Maya,apalagi kalo mereka tau tentang kondisi Maya pasti mereka bakalan terbebani,bang," jelas Maya.

Hati Satria mencelos begitu saja mendengar penjelasan Maya.

Tanpa sadar mereka sudah sampai di halaman rumah. Maya turun terlebih dahulu dan Satria membantu Maya mengangkat tas berisi pakaian Maya.

"Maya minta tolong abang jangan kasih tau bunda sama ayah," ucap Maya.

Setelah itu Maya pun berjalan masuk.

"Assalamualaikum," ucap Maya.

"MAYA!" bentak ayahnya.

"Ke-kenapa,yah?" tanya Maya gugup.

Plak
Ayahnya menampar Maya sampai sampai Maya jatuh tersungkur di lantai. Satria yang kaget pun langsung membantu Maya berdiri.

"Apa apaan sih,yah?! Maya baru sembuh jangan ayah bikin sakit lagi,punya hati sedikit,yah. Kalo ayah memang manusia dan seorang ayah," ucap Satria yang sukses menohok hati ayahnya.

"KAMU DIAM JANGAN IKUT CAMPUR!" bentak ayah nya.

Memang saat itu bundanya sedang tidak ada di rumah. Karena sedang ada urusan dengan teman-teman sosialitanya.

"KAMU." tunjuk ayahnya kepada Maya, "KAMU HANYA ANAK SIALAN! TIDAK BERGUNA! MATI SAJA KAMU!"

Maya diam.

"IYA,YAH! MAYA MEMANG ANAK PEMBAWA SIAL! NGGA BERGUNA! BENTAR LAGI BAKALAN MATI! AYAH MAU APA LAGI HAH?! MAYA UDAH BERUSAHA SEKUAT MAYA BUAT BANGGAIN AYAH SAMA BUNDA,TAPI APA? AYAH GADA SEDIKIT PUN RESPON SAMA MAYA. ADANYA MARAH,MARAH,DAN MARAH!" ucap Maya menggebu-gebu.

"BERANI KAMU BENTAK SAYA?!" ucap ayahnya yang semakin naik darah.

"APALAGI YANG HARUS MAYA TAKUTIN LAGI,YAH?!" ucap Maya menang dengan tersedu-sedu.

Satria yang melihat itu hanya diam. Ia tau bagaimana sakit nya adiknya itu melawan keras semua yang terjadi di kehidupan nya.

"KURANG AJAR!"

Langsung saja ayahnya menendang kepala Maya sampai terbentur ke sudut meja.

"ANAK SIALAN!" bentak ayahnya.

"SIALAN! AYAH! GAPUNYA HATI JADI SEORANG AYAH. ANDA TIDAK PANTAS MENJADI ORANG TUA!" bentak Satria.
Lalu mengangkat tubuh Maya yang sudah pingsan dengan darah mengalir di pelipis nya.

Setelah itu ayahnya pergi meninggalkan Satria dan Maya tanpa hati. Satria pun membawa Maya ke dalam kamar. Ia mengobati luka Maya dengan telaten.

"Maaf,dek. Maafin abang," lirih Satria.

"Gapapa,bang," balas Maya yang sudah sadar.

Satria langsung memeluk adiknya itu dan menangis dalam pelukan tubuh ringkih nan rapuh. Maya membalas pelukan Satria.

•••

Pagi ini Maya sudah mulai bersekolah. Padahal Satria sudah melarang nya namun ia tetap kekeuh untuk sekolah. Sesampainya di sekolah seperti biasa Maya selalu datang paling awal,duduk di kelas sambil membaca novel ataupun mendengar kan lagu.

Saat anak-anak mulai banyak yang berdatangan Maya pun meletakkan earphone nya dan novelnya.

Brak!
Sudah Maya duga pasti itu Aurel dan antek-anteknya. Ia menarik rambut Maya dan membawa nya keluar kelas sampai menjadi pusat perhatian. Maya hanya bisa meringis menahan sakit di kepalanya.

"Dari mana aja lo? Puas berduaan sama Satria? Puas?!" bentak Aurel.

"Le-lepas." ucap Maya terbata-bata.

"Enak aja Lo bilang lepas. Dinda." teriak Aurel.

Dinda pun menyodorkan satu ember hasil pel lantai. Aurel pun dengan tega menyiramkan nya pada Maya. Semua yang melihatnya hanya tertawa tanpa ada niat membantu.

Lalu dengan jahatnya Aurel menggunting rambut Maya dengan kasar sampai tak beraturan. Maya yang melihat itu hanya menangis. Semua seolah menikmati pertunjukan itu.

•••

Saat itu Satria tengan berjalan di koridor. Ia melihat keramaian dengan banyak anak-anak yang tertawa. Karena rasa penasaran nya yang tinggi akhirnya ia pun mendatangi kerumunan tersebut.

Betapa terkejutnya ia melihat adiknya dibully seperti itu. Langsung saja ia menerobos kerumunan itu.

"AUREL!" teriak Satria.

Semua orang melihat ke arah Satria kecuali Maya yang tertunduk lemas.

"Hai,sayang," ucap Aurel manja.

"Jijik," sarkas Satria.

"Lo apain dia hah?" ucap Satria menatap Aurel nyalang.

"Dia gatel sama kamu," ucap Aurel tak suka.

"Udah lah cape gue ngurusin orang ga penting kek lo," ucap Satria.

Setelah itu Satria membawa Maya dengan cara menggendong nya ala bridal style dan itu mengundang perhatian banyak orang.

Setelah sampai di depan toilet wanita dengan cepat Satria menelpon Aidan untuk membawa kan seragam cadangan di dalam loker Maya.

Setelah beberapa saat akhirnya Aidan datang membawa seragam Maya. Maya pun masuk dan berganti pakaian nya.

"Kenapa?" tanya Aidan.

"Ntar jelasin," jawab Satria.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Maya pun keluar. Satria dan Aidan pun mengajak Maya untuk meminum teh hangan terlebih dahulu.

×××××××××××××××××××××××××××××××××

Done yaw
Vote jangan lupa

Hanya Luka & Aku BisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang