HAPPY READING 📖
---------------------------------------
Sedari tadi berjalan mengelilingi rumah yang ternyata sebesar istana ini, Bree masih terdiam dan tak berniat berbicara bahkan menyahuti ucapan Zeus. Zeus banyak berceloteh, ia hanya diam mendengarkan meskipun kurang tertarik.
"Ini bunga mawar kesukaanmu. Benar, kan?" tanya Zeus sembari menyeringai. Bree yang melihat senyum itu, malah bergidik. Senyum itu mengerikan untuknya. Apalagi tersirat godaan menjijikkan, membuatnya ingin mual dalam seperkian detik.
"Kalau aku tampan, pasti kau sudah terpesona," sindir Zeus, mengetahui pikiran Bree. "Selalu adanya ketidakadilan untuk kaum yang bad-looking."
"Memangnya aku mengatakan apa? Aku menghinamu? Tidak, kan?" Inilah pertama kali dari sekian lama mereka berkeliling, Bree berbicara. Ia tidak suka dituduh, dan tuduhan Zeus membuat ia bak kriminal.
"Oh, masih bisa bicara juga." Sindiran Zeus membuat Bree mengatupkan bibir. Ia memutar bola mata dan mencari arah tatapan yang lebih baik daripada meladeni Zeus yang kini berdiri di sampingnya teramat dekat. "Dari wajahmu kau mengejek mukaku. Kau pikir aku bodoh."
"Ya, kau jelek! Suamiku lebih tampan darimu! Puas?"
Zeus memutar bola mata kemudian bergumam rendah, "Dulu saja mukaku kau elus. Sekarang, saja dihina-hina."
Bree lagsung menoleh. "Apa?"
"Tidak."
"Kau pikir aku tidak dengar?"
"Baguslah kalau kau mendengarnya."
Entah berapa kali Bree harus memutar bola matanya. Seharusnya ia ingat kalau berdebat dengan Zeus tak akan ada habisnya. Daripada meladeni Zeus, ia berjalan mendahului Zeus untuk memetik mawar dengan pertanyaan yang merayap ke kepala. Sebenarnya, ia ingin menanyakan Zeus hubungan mereka. Sayangnya, jawaban Zeus tak memuaskan. Palingan jawabannya tetap sama dan ia sudah malas mendengar jawaban sampah itu.
Ia menjerit kaget. Tangannya langsung dijauhkan dari mawar kesayangan dan meringis karena tertusuk duri. "Shit!" umpatnya sembari mengibaskan tangannya. Sial! Kenapa ia bisa lupa kalau mawar itu berduri? Salahkan Zeus yang tidak membuatnya fokus.
"Makanya hati-hati!" Zeus mengambil jemari telunjuk Bree dan dengan cepat menghisap jemari telunjuk Bree yang berdarah kemudian meludah ke taman, membuang kotoran di mulutnya. "Kau tahu mawar itu berduri, tapi tak hati-hati. Kau bisa memintaku untuk mengambilnya. Susah memangnya hanya minta tolong?"
Bree menipiskan bibir. Omelan Zeus sama sekali ia hiraukan. Melihat pria ini menghisap jemarinya, kembali membuat sekelebat kenangan asing memasuki pikiran. Ia kembali merasa deja vu untuk kesekian kali. Saat Zeus mendongak dan menatapnya tepat ke bola mata, ia gelagapan.
"Ah, ya. Maaf."
Zeus menghela napas. "Itu sudah tidak berdarah. Kau masih mau mawarnya?"
Tanpa sebab, tanpa alasan, Bree mengangguk seakan tersihir.
"Akan kuambilkan."
Bree mundur sejenak. Ia berkedip-kedip melihat punggung Zeus yang tampak membungkuk sedikit untuk mengambil mawar. Punggung itu, punggung yang tak asing untuk kesekian kalinya.
"Sebentar." Dahi Bree berkerut sejenak melihat Zeus yang mengambil sesuatu di saku celana. Ia memerhatikan lekat Zeus yang mengikis duri mawar menggunakan pisau kecil kemudian mematahkan batangnya. Ada dua mawar yang Zeus ambil hingga membutuhkan waktu cukup lama untuk menghilangkan duri.
"Nah!" Zeus menyodorkan setangkai mawar sembari merapikan pakaiannya. Setelah Bree mengambil mawar dari tangan kanannya, mawar yang di tangan kiri, ia patahkan kemudian menyelipkannya ke telinga Bree.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ugly Kidnapper ✅
RomancePertama kali publish : 20 Juni 2021 Bree Ramsey harus menerima kenyataan ia diculik oleh sosok buruk rupa. Selain kenyataan, ia pun harus menerima segala arogansi, sikap otoriter, dan yang terparah omong kosong dari Zeus Ashton yang mengatakan ia ad...