bunyi[sem]bunyi

167 0 0
                                    

Aku baru tiba pagi tadi dari perjalanan dinas kantor yang melelahkan, hampir sebulan. Selama itu pula kami tak pernah bertemu. Hingga siang tadi aku menghubunginya untuk mengajak makan malam di daerah Selatan Jakarta ke nasi goreng kebuli langganan kami.

"Aku jemput nanti jam 6, setelah meeting sebentar di kantor"

Aku sengaja menjemputnya meski warung langganan kami tak jauh dari apartemennya. Selain oleh-oleh yang ingin aku berikan, hari ini adalah hari spesialnya.

||

Aku tiba lebih cepat dari perkiraan, kulihat jarum arlojiku berhenti di angka 5.  Tak apa, datang lebih cepat pikirku. Pintu aku ketuk 3 kali, terlihat bayangan mendekat dan tak berapa lama pintu terbuka dan tanpa aba-aba pelukan datang menyambarku sedikit kencang, ya ... meskipun agak membuatku sedikit susah bernafas, aku membiarkannya saja.

"Hmm maaf, aku bisa mati loh sebelum sempat mengucapkan selamat ulang tahun ke kamu" godaku

"Soorryyyyy..."

Aku acak-acak rambutnya yang kebetulan masih acak-acakan juga.

"Selamat ulang tahun Bayi"
"Terima kasih"katanya sambil menahan air mata

Aku-pun masuk dengan pelukannya yang enggan lepas dari pinggang.

"Kamu nggak mau mandi dulu apa?"
"Nggak!"

Hal yang selalu terjadi setiap dia bertemu denganku. Pelukan yang terlalu kencang dan enggan lepas. Kalau tidak dirayu mungkin bisa seharian dia memelukku. Akhirnya aku gendong dia ke kamar mandi dan meletakkannya di bathup.

"Mandi'lah Bayi, sudah sore"

Aku-pun berjalan ke ujung kamar membuka jendela, tempat kesukaanku memandang langit. Ya tentunya dengan asbak yang selalu dia sediakan jika aku akan datang. Kukeluarkan sebungkus rokok yang ku beli di toko kelontong diseberang jalan.

"Hei, jangan pergi"katanya

Aku hanya tersenyum dan menyalakan rokokku yang asapnya menerpa wajahku karena tertiup angin dari luar.

"Oh, kehidupan, fana, tipu daya"

Bersandar aku di dinding, sembari melihat buku-buku yang tertata rapi di meja kerjanya. Tanpa diaba-aba tanganku bergerak mengambil sebuah buku. Ada secarik kertas yang menyembul diantara halaman buku berjudul The Scarlet Letter, aku tau buku ini, buku yang entah berapa kali ia baca setiap ada kesempatan. Entah apa isinya hingga dia terbius membacanya lagi dan lagi.

Tapi bukan buku itu yang membuatku tertarik. Tapi sesobek kertas yang sudah agak lecek dengan beberapa pola tetesan air kutemukan disana-sini. Entah aku sedang apes atau mata ini terlalu tajam, aku diharuskan membaca kalimat yang tertulis disana.

 Entah aku sedang apes atau mata ini terlalu tajam, aku diharuskan membaca kalimat yang tertulis disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanganku meraih sebungkus rokok dimeja. Ku nyalakan batang ke dua dengan hisapan yang lebih dalam. Ku hembuskan asapnya yang mengepul di udara dan kembali menerpa wajahku lagi.

RESAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang