BAB 49: The Wedding Day

277 16 8
                                    

Arini dan Brandon

Dua tahun berlalu setelah Brandon mengetahui apa yang terjadi antara Arini dan Farzan. Sejak saat itu, Farzan jarang pulang ke rumah. Hubungannya dengan sang Kakak tidak lagi sebaik dulu.

Ketika ingatan membaik, Iin menanyakan kenapa Farzan tidak berkunjung? Bran mengatakan adiknya sedang sibuk dengan pekerjaan, sehingga hanya bisa datang satu kali dalam sebulan. Selama berada di kediaman keluarga Harun, Farzan hanya berinteraksi sekedarnya dengan Arini.

Hari ini akan menjadi hari yang bersejarah bagi Alyssa. Tepat satu bulan lalu, Alfatih datang melamar bersama dengan kedua orang tua. Pria itu menunaikan janji untuk menikahi Al empat tahun setelah hari pertama kunjungannya ke Menteng Dalam.

Selama empat tahun nyaris tidak ada komunikasi secara langsung yang terjalin antara Alyssa dan Fatih. Keduanya hanya mendapatkan kabar melalui kedua kakak masing-masing. Mereka terkesan sedikit kuno, tapi begitulah Fatih yang memegang teguh prinsip untuk tidak berpacaran.

Pagi menjelang akad nikah, Brandon tampak mondar-mandir di dalam kamar hingga membuat kepala Arini menjadi pusing. Beruntung sejak tadi wanita itu terlihat baik-baik saja. Suasana hati yang bahagia membuat wajah yang biasa pucat, kini berseri.

"Cacing panas," ujar Iin berusaha mengatakan Bran seperti cacing kepanasan.

"Aku gugup, Sayang. Rasanya baru kemarin pegang tangan mungil Al, tapi sekarang udah mau nikah," ungkap Bran.

Arini tersenyum lembut, lalu menepuk ruang kosong yang ada di samping. "Harus bahagia Al dijaga sama siapa?" pikirnya berusaha mengingat nama Fatih.

"Fatih, Sayang. Sebentar lagi udah jadi menantu kita loh." Bran mengusap puncak kepala Arini. "Jangan sampai salah sebut nama."

"Aku nggak ingat. Sulit ingat nama," ujar Iin tertunduk lesu.

Bran menarik napas panjang, kemudian memegang ujung dagu istrinya. "Aku yang akan ingetin kamu terus."

"Ke kamar Al sekarang? Mau lihat apa itu namanya yang begini?" tanya Iin menepuk wajah sendiri.

"Penata Rias pengantin maksud kamu?" Bran balik bertanya.

Arini mengangguk cepat.

"Kamu harus ganti baju dulu, baru ke sana. Sekalian dandan."

Wanita itu berdiri sambil merentangkan tangan. Artinya dia minta digantikan pakaian oleh Bran.

Pria itu tersenyum nakal memandang istrinya, sebelum mengambil pakaian dari lemari.

"Ini yang paling aku suka. Bantu kamu ganti pakaian," tuturnya mengedipkan sebelah mata.

"Bran?" Arini menggelengkan kepala sambil tersenyum.

Brandon mulai membuka resleting gaun rumah yang dikenakan Arini. "Kenapa? Masih ada waktu loh."

"Nggak ada waktu. Sempit."

"Nanti malam ya?" bisiknya sambil memberi kecupan-kecupan kecil di leher jenjang Iin.

Arini kembali menganggukkan kepala.

Bran kembali melanjutkan aktivitas mengganti pakaian istrinya. "Cantik banget deh kamu. Makin cinta."

"Gombal," tuduh Iin mengernyitkan hidung.

"Bukan gombal, Sayang. Kamu kalau dipuji suka gitu."

"Pucat dan jelek," sahut Arini.

Pria itu kembali memandang lekat paras istrinya, lalu berkata, "Di mataku, kamu selalu cantik, In. Dari dulu sampai sekarang. Wanita paling cantik yang pernah aku temui."

JUST MARRIED (Trilogi Just, seri-3 / Final)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang