Sejak Neron sadar dari komanya, kamarnya dipindahkan, dan Hima menginap di sana. Ia banyak menceritakan apa yang terjadi selama lima bulan itu, termasuk cerainya kedua orang tua mereka.
"Meskipun kita beda darah, kamu tetap adik kakak." Neron tersenyum lebar, membuat hati Hima kembali tentram.
Tidak ada yang tahu tentang percakapan kemarin sore. Hima, Akira, dan Simon kembali saat Orion sudah tak ada lagi di ruangan itu. Perlahan semuanya kembali berjalan, dan rasa yang sebelumnya utuh, kini hancur.
"Ah iya, lagu yang kakak buat, apa Hima boleh menulis liriknya?"
Kedua alis Neron menyatu, ia tidak mendengar yang satu itu dari Arga. Ia hanya bisa berbohong untuk kesekian kalinya. "Boleh, kok."
Hima tersenyum cengir, ia mulai menyiapkan barang-barangnya, menyisakan gitas di sudut ruangan. "Kalau begitu, Hima berangkat ke sekolah dulu, ya!"
"Oke, hati-hati di jalan!"
"Ah, Hima!"
Hima berhenti di depan pintu, membalikkan badan dan menatap kakaknya.
"Ke sini sebentar."
Tanpa pikir panjang, Hima berjalan menuju kakaknya dan berhadapan langsung.
"Berjanjilah, apapun yang terjadi, kamu harus tetap manggung untuk menyanyikan lagu yang kakak buat, dan lirik yang kamu tulis."
Hima mengangguk pelan, kemudian menyatukan jari kelingkingnya dengan kakaknya, memuat sebuah janji layaknya anak kecil.
"Kakak berharap yang terbaik untuk kamu, Hima. Bernyanyilah dengan seluruh perasaan kamu."
***
Hima memperhatikan jari kelingkingnya, kembali mengingat sebuah janji baru dengan kakaknya. Di sebelahnya, Kira masih fokus dengan guru yang menerangkan di depan. Ia terus merubah-ubah arah pandangannya, kemudian berakhir menghela napas panjang dan kembali fokus dengan pelajaran.
Janji, ya?
Hima mulai merubah arah pikirannya, perlahan kembali ke masa awal. Sudah hampir satu bulan sejak ia mulai nge-band, dengan alasan sebuah surat. Lantas, jika ia tidak bermain kenapa? Apa kehidupannya akan berubah juga, atau ia tetap berharap pada hal yang sama? Ia mulai memikirkan itu.
Selama ini, ia hanya berteman dengan Akira dan Neron sebagai penopangnya untuk berdiri. Kakinya yang patah sudah sembuh, dan ia mulai berjalan dengan dirinya sendiri. Tapi, kenapa rasanya ada yang aneh?
***
Hari-hari itu, mulai menjadi cepat bagi siapa pun yang mengetahui bahwa Neron sudah terbangun. Terutama bagi Hima. Seusai latihan band, ia akan buru-buru kembali ke rumah sakit hanya untuk bertemu dengan kakaknya.
"Hari ini kamu mau belajar apa?" Neron mengeluarkan suara saat Hima sudah menyiapkan buku serta alat tulis.
Hima tersenyum lebar, kemudian menarik kursi dan duduk di sebelah kakaknya. "Menulis lirik!"
Neron mengangguk-angguk, kemudian tertawa kecil. "Sayangnya kakak tidak bisa mengajarkan hal itu. lagu itu ditulis dengan perasaan kamu sendiri."
"Heeee."
Neron kembali tertawa. "Tapi, musik itu bisa mengajarkan kamu bagaimana cara menulis lagu."
"Caranya?"
Neron mengangkat kedua bahunya. "No one knows, just think slowly."
Hima mendengus kesal, kemudian kembali menyimpan bukunya ke dalam tas. Kini ia mengeluarkan gitar merah milik Neron dan mulai memetiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Himalaya And The Broken Band [Tamat]
Teen Fiction[Belum Revisi] Kehidupan itu tidak mudah. Himalaya, gadis muda yang berusaha bangkit atas masalah yang terus menghampiri dirinya. Ia mengemban semua masalah itu sendirian setelah kakaknya mengalami koma. Tapi, semua itu berujung kesedihan yang semak...