Raja Zaragas dalam balutan pakaian tempurnya dengan marah memerintahkan para pemanah untuk menahan gempuran para Wolf, Griffin, Orc, dan makhluk dunia bawah lainnya, yang sangat beringas mengoyak siapa pun sedetik setelah mereka melihatnya.
Zaragas tahu, panah-panah api itu percuma. Tidak akan memakan waktu lama bagi pertahanan terakhir Kastil Dhrit akan luluh lantak. Bahkan kekuatan cahaya bangsa Elf serta pemanah-pemanah hebatnya yang diakui di seluruh dunia Aravages pun tak dapat membendung kekejaman Pangeran Kegelapan.
Ia meninggalkan menara untuk pergi ke bawah tanah di mana para wanita dan anak-anak mengungsi ke jalur aman.
“Mana Ratuku?!” Ia mendesak pada seorang Guardian yang bertugas menjaga dan mengawal para wanita dan anak-anak untuk mengungsi.
Si Guardian gesit membawa sang Ratu ke hadapan Raja Zaragas dengan menimang bayi dalam dekapannya. Wajahnya yang cantik khas bangsa peri kini dikungkung kesedihan, meski begitu Claire berusaha bersikap tabah.“Ada apa suamiku? Bagaimana keadaan di luar sana? Apa perang belum usai?”
“Kau harus pergi ke dunia manusia. Satu-satunya tempat paling aman untuk putri kita.” Zaragas menyentuh lembut kedua pundak istri yang sangat dicintainya itu.
“Itu artinya sudah tidak ada lagi harapan untuk kita, itukah yang kau maksud?”
“Dengar Claire-ku, Pangeran Kegelapan telah menyerang kerajaan kita tiba-tiba. Meski seluruh kekuatan militer yang kita miliki dikerahkan seluruhnya, tetap tidak akan mampu menandingi kekuatan yang ia miliki. Lagi pula menunggu bantuan dari kerajaan Nort, satu-satunya harapan kita, tidak memungkinkan lagi. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah melindungi anak kita tetap hidup.”
Claire memanggil pengasuh bayinya dan memberikan perintah yang membuat Zaragas terperangah kalut.“Bawa anakku, Greta, ke dunia manusia. Aku akan mendampingi suamiku angkat pedang di garis depan.”
“Tidak, Claire! Bagaimana dengan putri kita?”
“Putri kita akan baik-baik saja, Rajaku. Inilah keputusanku mempertahankan Kastil Dhrit bersamamu. Sekeras apa pun kau mencegah, aku akan tetap keras kepala.”
Jika tidak dalam keadaan genting, Zaragas tidak akan sudi memutuskan perkara serumit ini dengan mengizinkan istrinya bertindak semaunya.
Sebelum Claire menyerahkan bayinya kepada Greta, ia dan suaminya mencium kening, kelopak mata yang tertutup damai, kedua pipi yang kemerah-merahan, serta hidung yang mungil milik bayi keduanya. Entah untuk terakhir kali atau masih ada kesempatan lain kali.
“Kami mencintaimu, Putriku,” kata Claire.
“Jaga bayi kami baik-baik, Greta.”
“Tentu saja, Yang Mulia.”
“Aku kirimkan Joan untuk mengawalmu ke dunia manusia,” tandas Zaragas.
Tangis keduanya hanya sesaat melihat Greta menjauh. Ekspresi mereka sekelebat berubah keras dan tegar. Menyingkirkan rindu dan ketidakrelaan yang begitu menyesakkan. Saatnya maju ke medan perang untuk menyelamatkan apa-apa yang masih bisa diselamatkan, terutama nasib bangsa Elf sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elf 🔚
Fantasy"Kita adalah mate. Kau mungkin akan membunuhku, tapi aku tak akan sanggup menyakitimu."