Perasaan belum satu jam aku memasuki gerbang alam mimpi, usai menghabiskan waktu untuk menonton acara survival Under19 di layar laptopku. Tapi tiba-tiba saja si berengs*k Lee Taeyong datang mengguncang tubuhku secara brutal. Dengan tidak sabarannya menarik-narik tubuhku kasar. Lalu berteriak kencang dengan suara lantangnya. TEPAT DI TELINGAKU?!
Telingaku berdengung, dengan paksa menyeret ruh ku yang hampir sampai di alam mimpi kembali lagi ke tubuh asliku. Aku terbangun sambil mengusap-usap telingaku yang nyaris tuli dengan teriakan g*la Lee Taeyong.
"APA?!" Ucapku setengah berteriak dengan nada serak khas bangun tidur bercampur rasa kesal. Ku usak mataku yang masih setengah kabur untuk menetralkannya.
"Kamu akan dapat masalah besar Ten! Appa akan memarahimu habis habisan dan memotong uang jajan mu jika tau kamu absen hari ini."
"Memangnya sekarang jam berapa?" Taeyong menatap ke arah jam kecil di atas nakas meja sambil menggerakan jari telunjuknya ke arah jarum jam yang berdenting dengan jarum pendek nyaris di angka delapan dan jarum panjang di angka sembilan.
Aku terkesiap, dengan sekejap nyawaku kembali terkumpul tanpa menunggu proses. Aku langsung beranjak dari tidur, berusaha berlari namun terjatuh karena tersandung selimut yang membuntal tubuhku seperti kepompong.
Tanpa kupedulikan, langsung saja ku sambar handuk putih milikku sebelum memasuki kamar mandi. Dapat kulihat Taeyong tampak merentangkan tangannya sambil menidurkan badannya di atas ranjangku, sebelum pintu kamar mandi benar-benar tertutup.
Tak butuh waktu lama, aku langsung mulai mencuci muka, sikat gigi, dan membasuh badanku dalam waktu selilat. Samar-samar kudengar derapan langkah yang kuyakini adalah Taeyong.
"Aku akan pergi duluan ya Ten! Aku takut terlambat. Kamu berangkat saja dengan scooter ku."
"Semoga beruntung, ya! papai~" Katanya perlahan lenyap dari dalam kamarku. Sialan. Padahal dia adalah hyung ku tapi kenapa dia tidak pernah baik padaku? Jika saja aku adalah hakim. Mungkin aku akan jatuhi dia sanksi agar selalu menyayangiku.
Aku langsung bergegas keluar dan sesegera mungkin memakai seragamku yang sudah ku setrika sampai licin dengan penuh perjuangan. Mengingat Eomma yang selalu sibuk dengan pekerjaannya di rumah sakit menolong banyak orang. Kasian sekali Eomma jika harus repot-repot mengurusku. Lagi pun aku sudah dewasa, untuk sekedar seterika baju itu soalan gampang.
Dan.. oh.. jangan lupakan bagpack ku! Aku langsung
Kutatap bayangan diriku di cermin. Sudah rapi, tampan, dan berkarisma. Perfect!
Dengan kecepatan Valentino Rosi aku meluncur cepat menuruni tangga, turun ke lantai dasar. Dan benar saja, si berengs*k Taeyong itu sudah tidak ada wujudnya. Masih ada waktu sekitar sepuluh menit sebelum gerbang di tutup. Mengejar bis pun percuma, mana sempat. Jika dengan scooter mungkin aku akan sampai dalam waktu delapan menit bila aku mengendarinya dengan cepat menuju ke sekolah yang tak terlalu jauh dari rumahku. Yaa.. Semoga saja jalanan tidak macet.
Dan semoga saja aku tak perlu berurusan dengan penjaga gerbang yang modelannya seperti coveran penjaga neraka. Dia tidak pernah berbaik hati membukakan gerbang untuk siswa yang terlambat. Bahkan banyak siswa yang nyalinya ciut atau langsung menangis saat berhadapan dengannya. Yahh.. wajar saja mereka takut, apa lagi dengan wajah ganas, diimbuhi badan dan otot besar, juga jangan lupakan tubuhnya yang tinggi menjulang menyaingi Johnny, teman les Taeyong hyung. Tapi aku tidak boleh takut! Jika aku takut, si mulut pedas Kim Doyoung akan menertawaiku.
Sebelum berangkat aku memutuskan untuk pergi ke dapur. Selembar roti tawar dan segelas susu menjadi hal utama yang mengunjungi perutku. Setidaknya aku sempat sarapan, agar tak keseringan meng skip makan dan berakhir masuk rumah sakit seperti yang di alami Taeyong. Padahal Eomma adalah dokter, tapi anaknya tidak bisa menjaga kesehatan sama sekali. Memalukan.
Tetes terakhir sudah menjamah lambungku. Aku langsung bergegas berlari ke garasi untuk mengambil scooter yang ditinggalkan Taeyong padaku. Tapi tiba-tiba sebuah tangan memegang pundakku. Membuatku tersentak sampai menoleh ke arah Eomma yang baru saja keluar dari dalam mobil dengan ekspresi terkejut luar biasa menatapku. Sepertinya Eomma baru pulang.
"Eoh?? Eomma baru pulang? Pasiennya banyak ya eomma? Sampai lembur pulang pagi. Tenang saja Eomma jangan khawatir, eomma bisa beristirahat dengan tenang sekarang."
"Kamu sedang apa, Ten? Kenapa bisa disini?"
"Aku mau berangkat sekolah Eomma. Ini sudah terlambat."
"Berangkat sekolah apanya? Kamu pasti ngelantur karena terlalu lama bermain laptop. Ini masih jam satu. Tidak ada siapa-siapa di sekolah. Yang ada hanya hantu. Cepat kembali tidur sana!"
"Ah.. dan mulai besok laptopmu akan Eomma sita!"
Aku ternyinyit, meletakkan kembali scooter keposisi semula. Lalu berjalan menuju keluar, membuka pintu garasi. Masa bodoh Appa akan dimarahi tetangga karena suaranya. Yang jelas aku ingin memastikan kebenaran bahwa ini masih tengah malam.
Benar saja, langit petang dengan bulan purnama yang menggantung indah di atas sana membuktikan kebenaran ucapan Eomma barusan.
Tanganku mengepal kuat, sampai buku jariku memutih. Urat urat di pergelangan tanganku mulai terlihat. Lalu berbalik dan mendongak menatap nyalang ke atas tepat di lantai dua, di jendela yang tirainya sedikit terbuka menampilkan sosok Lee Taeyong yang tertawa terbahak bahak di atas sana.
"LEE TAEYONG!! AWAS KAU!!!"
"AKAN KUBUNUH KAU SEKARANG JUGA!!"
✰ Love & Hate Revolutions 𖤐
"A-ampun sakit eomma.. Ten-ie maafkan hyung yaa. Hyung janji tidak akan mengulanginya lagi. Beneran deh. Seriusan. A-aduh sakit. Huhuhu Eomma.. Appa.. kumohon ampuni aku." Sumringah terpancar cerah di wajahku. Melihat Taeyong hyung tengah dijewer mesra oleh Eomma. Sambil merengek di telinga Appa.
Appa menggeleng tak percaya, melihat putra sulungnya yang sedang dihukum oleh istrinya dari tempat duduknya. Sesekali Appa memijit pangkal hidungnya, pusing dengan ulah anaknya yang satu itu kurasa.
"Lee Taeyong, mulai besok uang sakumu Appa potong sebulan penuh!"
Yess!!
Kemenangan baru untukku
Sungguh pagi yang indah dan hari yang menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Hate Revolutions
Teen Fiction"Menjadi adik seorang Lee Taeyong adalah takdirku yang benar-benar menyebalkan."-Ten