04 - Devan Gimana Orangnya?

8 1 0
                                    

Sembari Devan memesan bakso, Raveena mulai membuka topik obrolan agar setidaknya meja makan tidak terlalu sepi.

"Kak Darren", Darren menoleh ke arah Raveena sambil mengunyah pentolnya, "Hm?"

"Kak Devan itu orangnya gimana sih?", Darren berhenti mengunyah sebentar sambil melihat Raveena dalam-dalam.

"Kenapa? Naksir ya lo?"

"Idih, bukan gitu ih."

"Bercanda gue. Devan itu, ya pasti lo udah tau sendiri, dia dingin.", Ravena setuju sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

"Tapi sebenernya Devan baik kok orangnya. Dia ga suka cerita tentang dirinya sendiri, tapi dia deepdown perhatian sama orang lain. Yah, kalo kata orang-orang tuh nyundre-nyundre gitu."

Mandy tertawa sejadi-jadinya, "Kak Darren kocak, tsundre kali kak astaga.", mereka bertiga tertawa.

Tak lama kemudian, Mandy menghentikan tawanya dan menyikut-nyikut Raveena sambil berbisik, "Veen-veen, itu kan kakak kelas yang kemarin lo tantangin itu?"

Raveena menoleh ke arah yang dimaksud Mandy. Ya, Mandy benar, itu kakak kelas yang kemarin merebut kursinya. Kakak kelas itu terlihat mengobrol dengan Devan dan entah mengapa, Devan terlihat sangat tidak nyaman.

Darren yang baru sadar, ikutan menoleh ke arah yang dilihat Mandy dan Raveena, "Oh itu, itu mantannya si Devan."

Mandy dan Raveena sontak kembali menoleh ke arah Darren seakan mereka meminta kejelasan lebih lanjut.

"Ya gitu deh. Pokoknya mereka putus dan yang minta putus si cewe. Padahal yang salah juga si cewe. Ga lama dari itu, si cewe nyesel, terus tetep ngejar-ngejar Devan sampe sekarang."

Mandy dan Raveena bertatapan sebentar.

"Asal kalian tau ye, dulu si Devan tuh buciiin banget. Semenjak dia disakitin sama tuh cewe, sekarang si Devan jadi cuek banget sama sekitarnya. Huh, gue jadi kena imbasnya juga.", dengus Darren kesal.

Raveena kembali menatap Devan sambil berkata dalam hati, "Pantes dia dingin banget sama gue. Gue pikir gue ada salah apa gitu sama dia."

"Jadi Veena,", Raveena kembali menoleh ke arah Darren, "Kalo si Devan dingin sama lo, tolong maklumin ye."

Raveena hanya mengangguk-angguk saja.

Tak lama kemudian, Devan kembali ke meja sambil membawa nampan berisi dua mangkok bakso dan dua es teh. Sistem kantin SMA Jaya Abadi memang mandiri, jadi semuanya harus mau melayani dirinya sendiri.

"Thank you, kak.", ujar Raveena setelah Devan meletakkan mangkok bakso dan es teh di depannya.

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Setelah mandi dan makan malam, Raveena kembali ke kamarnya untuk belajar. Raveena sebenarnya benci belajar, tapi karena ia sudah memutuskan ingin masuk ke salah satu universitas terbaik di Indonesia, maka mau tidak mau ia harus belajar.

*Euphoria..*

Tangan Raveena yang sedang mencatat terhenti. Ia mengambil handphone nya dan melihat dari siapa notifikasi itu berasal.

 Ia mengambil handphone nya dan melihat dari siapa notifikasi itu berasal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang