Prolog

68 5 5
                                    

"Ja, kalo misalkan gue pergi duluan dari lo gimana ya?."

"Jangan ngomong macem-macem Sa, berdoa terus sama Tuhan biar kita bisa menua bareng."

"Jujur Senja,mungkin sedikit egois. Tapi gue selalu berdoa biar tuhan ambil lo sebelum dia ambil gue. Biar gue yang ngerasain kehilangan Ja, Padahal Gue setakut itu Ja kehilangan lo."

Senja tidak menjawab, sadar bahwa pembicaraan mereka semakin ngelantur Senja mencoba menggantikan topik.

"Oh iya minggu keluar yuk kemana kek."

Namun Angkasa tetaplah Angkasa, dia selalu mengakhiri apapun yang dia mulai.

"Gue gak bisa bohong Ja, walau di setiap detik gue bernapas antara hidup dan mati. Cuma ibu gue sama Lo Ja yang ada di pikiran gue. Gimana nanti kalo misalkan gue pergi duluan, gimana lo setelah gak ada gue, siapa yang bakal jaga ibu gue."

Angkasa sekuat tenaga menahan air mata yang sudah berada di pelupuk matanya, sampai akhirnya pelukan dari Senja yang secara tiba-tiba menghancurkan pertahannnya, ia menarik napasnya panjang lalu terisak dalam diam.

Angkasa selalu berpikir semesta yang selalu jahat kepadanya, namun nyatanya tidak ada yang bisa di salah kan dalam situasi seperti ini.

Angkasa masih berharap banyak hal termasuk melihat Senja-senja berikutnya bersama Senja-nya.

••••

Angkasa, Senja, Dan Rindu yang tak kunjung usaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang