433 79 16
                                    


Waiting for You
03


Pagi ini adalah pagi yang cerah namun, tidak berlaku untuk Kaoru. Pagi ini ia bangun dengan mata yang membengkak akibat ia yang terlalu lama menangis semalam hingga ia terlelap. Ia bangun menuju meja riasnya, menatap wajahnya yang sangat kusut dengan mata yang membengkak, "Shit" satu umpatan langsung keluar dari mulutnya begitu melihat betapa buruk rupanya ia saat ini.

Berjalan gontai keluar kamar menuju dapur yang berada di lantai bawah guna mengambil semangkuk es batu di lemari pendingin juga kain bersih yang biasa digunakan jika ada hal semacam ini. Oh, ia melupakan keberadaan ibunya yang sedang memasak-

"Selamat pagi sayang-" ucap ibunya sebelum berbalik dan mendapati anak sematawayangnya memiliki wajah yang amat sangat buruk rupa di matanya "Astaga! Ada apa denganmu sayang? Kenapa matamu membengkak begitu?!" ia segera mematikan mematikan kompor lalu menghampiri anaknya yang hampir keluar dari dapur.

"Aku tidak apa-apa bu" Kaoru mencoba menyingkirkan tangan ibunya yang menangkup wajahnya.

"Tidak apa-apa bagaimana!?! Jelas-jelas ibu melihat wajah anak ibu yang paling manis ini terlihat begitu mengerikan di pagi hari!! Kemari!" ibunya menyeret Kaoru duduk di salah satu bantal duduk yang mengelilingi meja makan yang rendah itu, kemudian mengambil alih semangkuk es batu yang hampir meleleh beserta kain bersih yang akan digunakan untuk mengompres mata anaknya yang membengkak.

Sebagai anak yang baik, Kaoru hanya menuruti perintah ibunya, duduk diam sambil sesekali meringis saat merasakan dinginnya es batu yang digunakan untuk mengompres mata bengkaknya.

"Ceritakan pada ibu, siapa yang berani membuat anak ibu menangis hum?" ibunya mengelus kepalanya lembut, masih sambil mengompres matanya bergantian dengan hati-hati.

"Tidak ada... Hanya sedikit kecewa saja bu..." Kaoru tersenyum sendu dengan menatap ke bawah, dirinya enggan menceritakan masalahnya pada ibunya.

"Jangan begitu Kaoru... Ibu pikir kau akan senang mengingat semalam kau pergi dengan sahabatmu itu kan? Kojiro? Ibu tau kau menyukainya, jadi saat melihat matamu yang membengkak seperti ini, ibu tidak bisa berhenti berpikir yang tidak-tidak. Ayo cepat ceritakan kenapa hum? Katakan saja pada ibu jika memang Kojiro membuatmu kecewa sampai menangis seperti ini..." ibunya memang sangat peka terhadap hal sekecil apapun, wanita yang sudah cukup berumur itu masih terlihat sangat cantik dengan rambut panjangnya yang berwarna merah muda yang ia ikat bawah menyamping.

"T-tidak! B-bukan Kojiro yang salah... Hanya aku saja yang tidak tahu diri... Aku sering menyesal mengapa aku terlahir sebagai seorang pria ibu... Aku tahu ibu tidak masalah dengan orientasi seksualku tapi... Aku hanya sedih kalau mengingat orang yang kusukai masih normal... Ia masih menyukai wanita bu... " Kaoru hampir menangis, tapi ia berusaha menahannya, tak ingin matanya yang sudah mulai mereda bengkaknya kembali membengkak.

"Kojiro yang mengatakan bahwa ia masih normal padamu secara langsung atau itu hanya persepsimu?"
Ibunya tersenyum teduh, itu mampu menghangatkan hatinya yang terasa dingin setelah melihat ekspresi jijik di wajah Kojiro semalam.

"Emm... A-aku... Be-belum pernah bertanya langsung padanya... Aku terlalu takut untuk mengatakannya bu..."

"Nah kan... Kau jangan seperti itu Kaoru... Kita tidak akan pernah tahu kebenarannya jika kita hanya mempercayai apa yang kita asumsikan sebelum bertanya kebenarannya pada yang bersangkutan... Ingat Kaoru, walaupun kau seorang pria, tapi kau spesial...-

Ibunya mengelus perut bagian bawahnya -disini... Kau punya yang pria lainnya tidak punya... Kau punya rahim seperti wanita, kau juga bisa menghasilkan cairan laktasi sendiri ketika kau telah melahirkan seorang anak nanti seperti wanita menyusui pada umumnya... Kau spesial Kaoru... Jangan merasa seolah kau yang paling buruk rupa di dunia ini... Jika memang kau sungguh menyukai Kojiro, katakan itu padanya sebelum ia memilih seseorang untuk menjadi pendamping hidupnya... Memang terdengar masih lama untuk menuju waktu yang ibu katakan, tapi percayalah... Waktu akan berlalu begitu cepat tanpa kau sadari hingga tiba pada penyesalan... Katakan jika kau menyukainya sesegera mungkin, perihal balasan yang akan ia berikan itu bisa dipikirkan nanti-nanti okay?" ibunya menepuk-nepuk kepalanya pelan, sebelum berdiri hendak kembali melanjutkan acara memasaknya."Segera bersiap sebelum kau terlambat sekolah sayang..." Ibunya berlalu dengan membawa mangkuk bekas es batu dan kain yang digunakan untuk mengompres mata Kaoru tadi.

Waiting for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang