Bab 3

135 12 2
                                    

Masa liburan telah selesai, dan saatnya sekarang Edel masuk sekolah di sekolah yang baru, sekolah yang sudah di daftarkan oleh Vania untuk dirinya yang di antar oleh Grego seminggu yang lalu. Pagi ini Edel sudah siap dengan seragam barunya, seragam ala SMA yang di dapat saat dia mendaftar dulu. Seragam, cek; sepatu, cek; dandanan ala Edel, cek; tas, cek. Oke, semua sudah komplit, tinggal turun dan sarapan bersama yang lain. Tak lama gadis itupun tersenyum puas atas apa yang di lihatnya saat ini.

"Gue gak nyangka bisa sekolah di SMA beken kayak gitu. SMA fenomenal lagi. Tapi apa iya mereka bakal nerima gue?" Pikirnya kemudian terlihat raut sedih di wajahnya. Namun tak lama keceriaannya kembali, dan senyumpun tersungging di wajahnya.

"Bodo ah, kan gue di sana mau belajar." Lagi pikirnya.

Gadis itu menyambar tas kesayangannya dan keluar dari kamar untuk sarapan bersama Vania, Joe dan Grego. Tapi ketika pikirannya menyebut nama cowok yang punya rumah dan yang tinggal di sebelah kamarnya, wajahnya berubah. Beberapa hari ini dirinya dan pemuda itu sangat jarang bertemu, biasanya pagi-pagi mereka akan bertemu saat sarapan tapi sudah beberapa hari ini pemuda itu tidak bergabung saat sarapan. Pernah sekali bertemu saat dirinya melakukan ritual paginya yaitu olahraga ringan, mereka bertemu di lapangan basket kompleks rumah. Saat itu Edel sedang istirahat seperti biasanya dan duduk di bangku taman, terlihat Grego sedang bermain basket sendiri di lapangan samping taman tersebut. Ingin rasanya gadis itu menegurnya, tapi ketika mengingat sikap yang selalu di tunjukkan pemuda itu kepadanya, akhirnya diurungkan juga niatnya itu. Dan kali ini apakah dia akan bertemu dengan pemuda itu? Entahlah, ingin rasanya bertemu tapi....

"Pagi om, tante." Sapa Edel ketika dirinya tiba di ruang makan dan langsung duduk di kursi berhadapan dengan Vania, seperti biasa tersenyum bahagia. Padahal biasanya dia duduk di samping Vania, karena itu tempatnya Grego. Tapi karena pemuda itu kini jarang terlihat, makanya dia memberanikan diri duduk di kursi itu.

"Pagi sayang, wah kamu makin cantik deh pake seragam itu?" Balas Vania sedikit menggodanya.

"Ih, tante bisa aja deh." Sahut Edel terlihat sedikit malu.

"Edel, hari ini mau ikut om atau berangkat sendiri?" Tanya Joe setelah menyeruput kopi buatan istrinya.

"Berangkat sendiri aja om, biar Edel terbiasa dan tau jalan." Jawab Edel sambil tersenyum. Sesungguhnya gadis itu tak pernah memudarkan senyumnya ketika sekedar bertemu atau mengobrol dengan Vania dan Joe, walinya sekarang.

"Emang Edel berani?" Kali ini Vania yang bertanya.

"Berani dong tan, kan cuma berangkat sekolah doang." Mendengar jawaban gadis itu, mereka bertiga terbahak bersama. Namun tak lama terinterupsi akan kehadiran Grego yang tanpa sadar langsung duduk di samping Edel.

"Akhirnya kamu pulang juga, Go." Sahut Vania menyadari kesibukkan putra tunggalnya itu di kampusnya akhir-akhir ini.

"Gimana acara kampusnya? Udah selesai?" Tanya Joe kali ini. Edel hanya sibuk dengan sarapannya tapi jangan tanya, telinganya tetap mendengar percakapan itu dan otaknya dengan senang hati merekamnya sangat jelas. Apa? Senang hati? Iyuuhh ogah bingggooo. Seru gadis itu dalam hati.

"Udah selesai, pa." Jawab Grego dengan nada lesu meskipun hari masih pagi, mencerminkan kelelahannya selama ini.

"Hari ini ada kegiatan apa?" Tanya Vania kembali.

"Grego ada urusan di kampus, ada apa ma?"

"Berangkatnya sekarang?"

"Iya."

"Kalo gitu sekalian anterin Edel ke sekolah, ya."

Ucapan Vania spontan membuat Edel yang sedang minum susunya dan Grego yang sedang mengunyah nasi gorennya tersedak bersama. Dan saat itulah Grego menyadari dia sedang duduk di samping Edel saat ini. Grego menatap gadis itu dengan tatapan yang entahlah sangat sulit di jelaskan. Kemudian ekspresinya berubah datar saat sesuatu terlintas di benaknya. Tak membalas ucapan mamanya, Grego kembali memakan nasi gorengnya sedangkan Edel sibuk dengan roti dan susunya. Melihat hal itu sepasang suami istri, Vania dan Joe, hanya tersenyum penuh arti dan menggelengkan kepala pelan.

Try To RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang