69. Hari H

7.1K 762 27
                                    

Ruangan bernuansa serba putih tersebut telah ramai diisi orang-orang yang akan menyaksikan pernikahan Kirana dan Iyo. Banyak kamera yang telah berjejer, mulai mengambil foto dan video.

Di depan terdapat meja serta kursi yang saling berhadapan. Yang menjadi tempat untuk pengucapan Ijab Kabul mempelai pria. Kini tempat tersebut diisi oleh Penghulu, Saksi, Ayah dari mempelai perempuan, serta si mempelai pengangin pria, Iyo.

Yang biasanya selalu berekspresi ramah ataupun bergurau, kini terlihat begitu serius dan tegang.

Dalam balutan beskap berwarna putih, Iyo terlihat begitu gagah.

Pria berusia tiga puluh lima tahun itu berdebar tidak karuan. Apalagi saat MC yang sedari tadi bicara kini mengumumkan jika mempelai pengantin wanita bersiap untuk di bawa keluar.

Tatapan Iyo terkunci ke arah Kirana. Dua minggu lamanya masa pingit, bahkan mereka tidak melakukan kontak selama itu membuat kerinduan menumpuk.

Akhirnya ia bisa bertemu lagi dengan wanitanya di hari yang akan menjadi hari yang tidak akan pernah mereka lupakan seumur hidup ini.

Kirana tampil cantik mengenakan kebaya yang berwarna senada dengan Iyo. Serta paes Jogja Putri. Digiring oleh Tante Rita dan Rali lalu membantunya duduk di sebelah Iyo.

Iyo yang sedari tadi terlihat serius kini tersenyum lebar menatap calon istrinya yang terlihat semakin cantik. Tapi, kemudian ia kembali serius saat acara ijab qabul dimulai.

Tangannya terulur ke arah Ayah. Keduanya bergenggaman erat. Ayah mulai mengucapkan sebuah kalimat sakral dengan tatapannya yang tajam. "Ananda Satrio Bumi Pratama bin Sultan Ariffin. Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Kirana Dwirahayu dengan maskawinnya berupa kalung berlian senilai satu karat. Tunai!"

Iyo meremat kuat tangan Ayah. Tatapannya pun sangat serius. "Saya terima nikahnya dan kawinnya Kirana Dwirahayu binti Januardi Haris dengan maskawinnya yang tersebut. Tunai!" Hanya dalam satu tarikan nafas ia mengucapkan kalimat tersebut.

Kirana yang sedari tadi ikut merasa tegang, menghembuskan nafas lega. Kedua matanya berkaca-kaca. Kini menatap Ayah lalu suaminya yang tersenyum lebar.

Apalagi saat gema 'Sah' berkumandangan menandakan mereka telah resmi menjadi pasangan suami istri.

Melakukan doa bersama lalu penandatangan buku nikah serta dokumen lainnya. Kemudian penyerahan mahar dan yang terakhir bertukar cincin.

Kirana mengecup punggung tangan Iyo, kemudian Iyo mengcup kening Kirana. Hendak mencium bibir Kirana, tapi lengannya dicubit Mama.

"Hei! Pengantin baru gak sabar banget sih!" seru Dera setengah mengejek Iyo yang merengut kesal karena aksinya digagalkan Mama. Kirana sendiri tersenyum malu karena ia hendak meladeni Iyo yang ingin menciumnya.

"Maklum aja! Kan duda, udah lama puasa!" Seruan Chito menimbulkan gelak tawa.

Ucapan selamat untuk mereka mengalir deras.

Acara terakhir dokumentasi. Mulai dari keluarga hingga teman melakukan foto bersama dengan pasangan pengantin tersebut.

Kini momen foto bersama Orion dan Aurora yang berdiri di depan Iyo dan Kirana.

"Rion! Smile!" tegur Via karena Orion tidak tersenyum.

"Senyum. Nanti kamu nyesel kalau foto mu kelihatan jelek," desis Iyo meremas pelan pundak Orion.

"Senyum Abang. Kayak gini." Aurora menyengir lebar memperlihatkan deretan giginya yang kecil-kecil.

Akhirnya Orion tersenyum menghadap ke arah kamera. Potret keluarga tersebut telah diambil. Semuanya mengukir senyuman.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang