. ࣪✯ཻ𖦆🎸᭝ 22

9 2 0
                                    

"Ahahaha, jadi lu bergadang buat nyelesain liriknya?" Kira menatap kantong mata Hima yang sudah parah, padahal baru satu hari Hima bergadang.

Hima mengangguk lemah di atas mejanya. "Tapi saya senang saat liriknya selesai. itu lagu pertama yang saya tulis bersama Kakak saya. Rasanya benar-benar menyenangkan!" seru Hima dengan tatapan yang sangat senang ke arah Kira.

Kira membalas tersenyum, kemudian memeluk Hima. "Syukurlah jika kamu bisa senang seperti itu."

Hima membalas pelukan itu. "Terima kasih, Kira."

Rasa ramai itu perlahan mulai berubah menjadi secukupnya. Mereka berbicara jika ingin, jika tidak mereka hanya akan membiarkan Himalaya dengan band The Raven. Sejak itu juga, berteman menjadi hal yang menyenangkan juga untuk Hima.

***

"Tiga hari?"

Arga mengangguk di depan pintu saat Simon memanggilnya. "Iya, udah tiga hari, Mon, si Orion kagak masuk."

"Bocah banget tu anak. Kagak mau tanggung jawab. Mon, kalau gua ketemu ama dia, jangan larang gua buat baku hantam." Rendi berseru kesal.

"Elah, macam menang aje."

"Dukung kek, tega amat lu."

"Larang ape? Oh, ngapain lu ke sini?"

Untuk hari ke empat, Orion datang ke sekolah. Ia tidak ingin bertemu siapa-siapa sejak memutuskan keluar dari band, tapi rasa kesalnya kembali memuncak saat melihat Rendi di depan kelasnya.

"Bocah lu, kagak mau tanggung jawab sama apa yang udah lu mulai." Rendi tidak basa-basi dan mengutarakan pendapatnya.

Orion menatap Rendi, kemudian tertawa kasar. "Dari pada lu, cuman lari."

Satu pukulan mendarat sempurna di perut Orion. Kesabaran Rendi sejak dulu sungguh terbatas, Rendi tidak akan peduli apa yang terjadi pada dirinya, tapi melihat Orion yang tidak pernah menyadari kesalahannya, hal itu sungguh membuatnya kesal.

"Lu, dipukulin nyokap lu lagi?" Arga menarik Orion, menjauhkannya dari Rendi. Ia bisa memperhatikan lebam biru di leher Orion yang hampir tertutup dengan jaket yang digunakannya.

Tangan Orion dengan cepat menepis tangan Arga, tatapannya membenci. "Bukan urusan lu."

Arga menghela napas sejenak, kemudian menarik kerah baru Orion, sekali lagi melepaskan satu pukulan.

"Eh cuy, itu gelut!'

"Woi, panggil guru!"

"Coi, jauhin itu."

"Gila, ye? Kalian teman anjir."

"Lu gamau mukul gua juga, Mon?" Orion masih menahan tubuhnya, tidak ingin ditarik oleh murid-murid yang sudah mulai berdatangan.

"Ri, gua cuman mau lu sadar sama perbuatan lu, bukan mau mukulin lu."

"Sejak dulu yang paling munafik itu lu, Mon, jangan lupa."

"SIMON, ARGA, RENDI, ORION, KE RUANGAN BK, SEKARANG!"

Keempatnya diam saat di bawa ke ruangan BK, bahkan setibanya di sana. Tidak ada yang bersuara, hanya Rendi yang terus berbicara mengutarakan rasa kesalnya pada Orion. Ia terdiam setelah guru konseling sudah menatap mereka dengan serius.

"Langganan BK, yang udah jarang datang ke BK. Poin kalian di kelas tiga memang masih sedikit terutama untuk Arga sama Simon, tapi kalau sampai bikin keributan, nilai poin bisa jadi tinggi. Beberapa waktu yang lalu, kamu, Orion sama Rendi baru di skorsing. Apa kalian mau tidak lulus?"

Himalaya And The Broken Band [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang