"KEPARAT!"
Teriakan umpatan itu menggema di lorong sekolah yang sangat sepi. Awalnya sepi sampai mendengar suara kejar-kejaran dengan langkah kaki yang terdengar begitu keras hingga terdengar di kejauhan. Suara nafas yang tersengal-sengal salah satu hambatannya untuk berlari lebih kencang dari orang yang mengejarnya. Untung saja Yeosang pelari yang cepat hingga jarak di antaranya dan para pengejar untuk makin melebar sampai kadang kehilangan jejak.
"KANG YEOSANG! BERHENTI!" Teriak orang yang mengejarnya dengan nada tinggi namun membuat lari Yeosang semakin laju. Yeosang turun dari tangga dengan melewati beberapa anak tangga sekaligus untuk mempercepat pelariannya dan mengambil rute tercepat untuk kabur dari lorong sekolah.
Brug! Yeosang terjatuh karena kakinya yang tersandung membuat suara gebrakan terdengar begitu nyaring. Orang-orang yang mengejarnya menyadari suara itu dan langsung menghampiri sumber, mencari targetnya sambil mengeraskan rahang mereka karena tidak kunjung bisa menemukan pria itu.
"Ck! Kemana sialan itu?!"
Makian dengan nada jengkel dan murka itu nampak menjadi sebuah pertanda bagi Yeosang bahwa mereka tidak jauh dari posisinya. Yeosang merasakan lututnya yang sakit karena tergores lantai dingin. kemudian tangannya mendadak di tarik oleh seseorang membuat Yeosang memekik namun langsung di bungkam agar lokasi mereka tidak di ketahui.
"Sstt..." Yang membungkam mendesis sedangkan Yeosang melotot ke arahnya sambil memaksanya melepaskan tangan yang menutup mulutnya itu.
"K-kamu? Anak baru itu?" Yeosang menatap si anak baru dengan tatapan heran. Untuk apa anak baru itu mendadak menariknya dan sepertinya menjadi sukarelawan untuk terlibat dalam masalahnya itu.
"Ya aku anak baru. Namaku Jongho. Senang berkenalan denganmu."
Yeosang mengernyit, di situasi ini si anak baru malah mengajaknya berkenalan. Yeosang menghela nafasnya kasar dan menepuk dahinya karena sepertinya dia sudah menyeret orang lain dalam masalahnya. Kemudian Yeosang menangkup kedua pipi Jongho dengan kedua tangannya sampai bibir itu menjorok ke depan.
"Hei anak baru. Kamu sepertinya harus lari, jangan ikut-ikutan!" Nasihat Yeosang dengan wajah yang marah namun malah terkesan ngambek?
Jongho terkekeh masih dengan pipinya yang di tekan kedua telapak tangan Yeosang. "Hentikan..."
"Kalau kamu di temukan membelaku, sudah di pastikan tulang-tulangmu akan patah."
"Ck. Aku tidak takut pada preman jadi-jadian." Jongho akhirnya melepaskan tangkupannya itu dan tersenyum lebar ke arah orang yang baru saja menasehatinya itu. Dia kemudian menepuk kepala Yeosang tanpa beban sekalipun sedangkan yang sedang di tepuk wajahnya begitu datar dan agak sedikit heran.
Yeosang menghela nafas. Mengusak kepalanya sendiri di ikuti helaan frustasi dari mulutnya sendiri. Dia berdecak seakan tidak ada hari esok lagi. Jongho berdehem, namun Yeosang abaikan karena Yeosang berpikir anak baru itu tidak mengerti keadaan. Bagaimana cara membawa anak baru itu keluar juga tanpa ketahuan oleh orang-orang tadi.
Jongho menyiku Yeosang pelan, sengaja untuk mendapatkan atensi pria itu. Benar saja, Yeosang menoleh namun di barengi dengan tatapan jengkel juga. "Apa maumu?" Tanya Yeosang dengan mata yang memicing.
"Kamu baik-baik saja?"
Yeosang meringis pasrah dengan pertanyaan itu. "Aku tidak mungkin baik-baik aja, bego."
"Memangnya siapa yang mengejarmu dan kenapa?"
"Ah jangan di tanya. Mereka itu memang begitu tabiatnya. Kebetulan, aku kepergok mengambil uangku yang pernah mereka palak."
"Mereka mengejarmu mati-matian hanya karena itu?"
Yeosang terkekeh. "Dan sekalian mengambil semua uang disana," lanjut Yeosang tanpa dosa. Jongho meringis mendengar lanjutan Yeosang, dia memang punya alasan untuk di buru dan di hajar mati-matian.
"Ngomong-ngomong kamu akan di kejar juga besok."
"Haha. Aku tahu. Makanya aku mau berfoya-foya dulu sebelum mati."
"Memangnya apa kedudukanmu?" Kedudukan yang di maksud Jongho adalah posisinya yang biasa di kenal sebagai pesuruh. Yap, pesuruh oleh orang paling berkuasa itu pasti terdengar tidak asing karena di setiap angkatan akan ada yang cukup kuat untuk berkuasa dan memerintah. Walaupun sesama siswa dan juga lebih parahnya akan bermain dengan tangan—baku hantam.
"A-aku?" Ulang Yeosang mengerjapkan matanya. Jongho mengangguk kemudian di balas dengan kekehan malu dari pria didepannya. "Aku pesuruh tingkat dua, aku naik tingkat dari pengantar roti," ucap Yeosang nampak bangga.
"Kamu tampak bangga."
"Hahaha. Sebagai TMI kecil, aku si culun yang mau menerjang bahaya dunia."
Jongho bersungut-sungut. Dia pertama kali melihat sosok seperti Yeosang, walaupun dengan keadaan terdesak dia masih bisa bercanda seperti itu. Ketika memperhatikan kembali, baju Yeosang nampak basah di bagian depan dan belakangnya. Peluhnya sepertinya membasahi baju yang di pakainya dan juga rambutnya yang lepek dengan alasan yang sama.
Keringatnya mengalir turun dengan perlahan dari dahi ke dagunya, dan kadang menetes juga menuju lantai.Aksi kejar-kejaran itu nampak melelahkan, hanya dengan melihat keadaan Yeosang itu sudah di pastikan. Jongho kemudian mencubit pipi Yeosang dengan gemas, yang di cubit menatap Jongho dengan tatapan melotot. "Apaan?!" Tanya Yeosang risih.
"Kamu gak perlu takut."
"Hah?!"
Jongho tertawa kemudian dengan percaya diri menggoyangkan dasi sekolahnya. "Sebagai balasan untuk TMI-mu. Aku juga akan memberikanmu sebuah TMI-ku padamu."
Yeosang mengernyit. Jongho, si anak baru itu terlihat begitu percaya diri dan tidak tampak bercanda. Kemudian Yeosang tertawa remeh dan memancing Jongho agar melanjutkan kalimatnya itu.
"Apa?"
"Aku anak pemilik sekolah ini, dan—"
Jongho tersenyum miring sambil melihat Yeosang yang mendelik tidak percaya. "Kamu pasti tahu kabar siswa yang melompat itu bukan? Sekolah dekat pusat perbelanjaan."Yeosang menelan ludahnya, tidak ingin Jongho melanjutkan kalimatnya karena Yeosang memikirkan kemungkinan terburuknya. Yang ia tahu, kabar itu tentang betapa aneh dan janggalnya kasus itu karena banyak orang yang berspekulasi dia dibunuh. Mayatnya tidak di perlihatkan seolah ada yang di tutupi media.
"Yap benar, itu bukan bunuh diri! Itu aku! Aku membunuhnya dengan tangan kosong. Lihat, tanganku masih luka karena terlalu keras memukul sialan itu." Jongho mengerucutkan bibirnya sambil mengelus tangan kanannya dengan tatapan prihatin.
"Huh, aku benar-benar di paksa pindah dari negara ini karena orang tua sialan itu. Aku seharusnya tidak membunuh cecunguk itu. Untung saja aku bisa bersekolah disini."
Hell No! Run Yeosang! Kamu bertemu dengan seorang pembunuh sendok perak. Dia bertemu dengan orang yang lebih buruk dari orang yang satu angkatan takuti.
"Jangan takut. Aku disini tidak akan mencari masalah. Aku hanya ingin... Bertemu denganmu."
"Denganku? Kenapa?"
"Kenapa lagi? Itu karena kamu sangat cantik, Yeosang. Jadi tidak ada satupun yang boleh mengganggumu, cantik."
KAMU SEDANG MEMBACA
JongSang Daily
FanfictionCollection of Oneshoot/ Drabble/ Short Story for JongSang • BxB (Boy x Boy) • Can switch! (Dom & Sub It's nOT too important for me^^) Lastly, Enjoy