Happy reading ^^
.
.
.MAKAN Malam hari ini terasa hening. Tak ada yang membuka suara. Hanya detingan sendok yang terdengar. Dari makan malam dimulai pun tidak ada yang membuka suara. Saga yang biasanya mencairkan suara pun kini diam. Apakah mungkin tadi karna kejadian tadi sore ? membuat para kakak nya mendiami dirinya. Tapi Ryan dan Fany sepertinya tak mengetahui masalah tersebut.
Kini Nara merasa gelisah dan takut. Nara tak terbiasa dalam suasana seperti ini.
"Kalian ngapain sih tumben banget diem diem gitu", Suara Fany memecah keheningan setelah makan malam telah selesai.
Saga mengeluarkan cengiran nya, "Yang lain pada diem Bunda. Jadi Saga ikut diem deh", Ujar nya.
"Alah, biasanya lo juga berisik", Sahut Rangga.
"Heh, lo juga berisik ya ! bukan gue doang", Balas Saga tak terima.
Menyadari akan ada perang dari kedua putra nya, Ryan menengahi mereka. "Udah, jangan pada berantem. Ayah mau ngomong penting", Ucap Ryan.
Arjuna menatap sang Ayah. "Mau ngomong apa Yah ?" Tanya Arjuna.
Ryan menatap putri nya, "Naraa" panggil Ryan. Nara pun menoleh ke arah Ryan dengan tatapan bertanya, "Iya yah ?"
Ryan tersenyum lembut, "Kamu mau sekolah lagi kan ?"
Nara berbinar mendengar ucapan Ryan, "Mau ayah ! mau bangett", Jawab nya antusias. Namun, senyum nya pudar ketika ketika Leon angkat bicara.
"Gak usah ! mending home schooling aja, diluar bahaya", Ujar Leon datar.
Ryan menatap putra sulung nya, "Nara juga butuh teman Leon"
"Kita disini juga bisa nemenin adek kok", Timpal Rangga.
Nara semakin menunduk mendengar tolakan keras dari kakak kakak nya
"Kalian semua punya kesibukan masing masing. Lagian juga nanti satu sekolah sama Saga kok", Timpal Fany sambil melirik ke arah Saga.
"Tapi tetap bahaya Yah, Bun. Kalo salah satu musuh bisnis ayah ngincar Queen gimana ?". Kini Arjuna yang bersuara.
Ryan menghela nafas kasar. Putra putra nya memang keras kepala. "Kalian pikir ayah tidak tau kejadian tadi sore ?. Putri ayah kesepian dan bosan, maka dari itu dia keluar untuk berjalan jelan keliling mansion. Tetapi kalian malah memarahi nya. Untuk keamanan keselamatan Nara, Ayah sudah menyiapkan bodyguard ayah. Ayah tidak akan membiarkan ada yang menyakiti putri Ayah", Ujar Ryan panjang lebar.
Nara menoleh ke arah Ryan. Jadi ayah nya tau kejadian tadi sore ?
"Ayah mengerti, kalian sayang dan ingin menjaga adik kalian. Tetapi kalian jangan terlalu mengengekang nya. Jangan sampai Nara tidak nyaman tinggal di rumah ini".
"Keputusan Ayah sudah bulat. Senin Nara akan kembali bersekolah".
Ryan bangkit dari duduk nya kemudian pergi dari ruang makan. Begitu pula Fany yang membawa Nara menuju kamar gadis itu. Meyisakan Putra Argantara yang masih termenung memikirkan ucapan sang ayah.
***
Pagi hari ini, Fany mengajak Nara jalan jalan ke mall. Kini mereka ada di salah satu pusat pembelanjaan terbesar di jakarta.
"Sayang, kamu mau beli ini gak ?", Fany menyodor kan sebuah dress berwarna putih dengan motif bunga bunga.
Nara meringis ketika melihat Harga Dress tersebut. Sangat mahal bagi nya. Hampir semua barang barang yang Fany belikan itu barang branded semua.
"Ini aja udah cukup kok Bun. Ini udah banyak banget", Jawab Nara.
Fany menoleh ke arah putri nya itu. "Itu baru sedikit sayang. Baru 20 baju doang. Masih kurang itu". Jawaban Fany membuat Nara melongo.
What ? masih kurang kata nya ?. Padahal setiap baju itu harga nya sekitar 5 - 15 jutaan. Harga yang sangat fantasis bagi Nara yang terbiasa membeli baju 100 ribu dapat 3.
"Udah cukup kok Bun ini. Baju Nara di lemari juga udah banyak banget", Ucap gadis itu.
Fany menghela nafas pelan. Menurut nya belanjaan mereka masih kurang banyak. "Okey sayang. Ayo kita bayar terus kita makan siang". Nara mengangguk kemudian mereka membayar belanjaan tersebut.
Setelah membayar semua belanjaan tersebut. Mereka pun mengunjungi salah satu restaurant cepat saji. Belanjaan mereka sudah di bawa oleh bodyguard suruhan Ryan tentu nya untuk menemani mereka selama keluar rumah. Mana mungkin Ryan mengizin kan mereka pergi berdua keluar rumah.
"Kamu mau pesan apa sayang ?" Tanya Fany sembari melihat lihat menu.
Nara berfikir sejenak. "Emm, apa aja deh Bun. Samain aja", Jawab nya. Fany pun mengangguk kemudian memesankan makanna untuk mereka.
"Bunda" Panggil Nara. Fany pun menoleh "Kenapa sayang ?"
Nara tak langsung menjawab. Dia agak ragu. "Emm, Tentang sekolah Nara, kalo Kakak gak ngizinin, Nara gapapa kok kalo homescooling". Ucap Nara. Dia sudah memikir kan ini semalam. Melihat reaksi semua saudara nya membuat Nara ragu ingin bersekolah seperti biasa. Dia takut saudara nya marah kepada nya. Apalagi sejak kejadian kemarin kakak kakaknya sama sekali belum bicara kepada nya membuat Nara tambah gelisah. Tinggal beberapa kali bersama keluarga Argantara membuat Nara tau sekeras apa mereka, terutama Saudara saudara nya yang sangat posessive kapadanya.
Fany menggenggam tangan Nara yang berada di atas meja. Dia tersenyum lembut. "Emang Nara mau terus terusan di rumah terus ? kan katanya Nara mau punya teman"
Ujar Fany.Nara mengigit bibir bawah nya. Sejujurnya dia ingin masuk sekolah. Cuma karna melihat reaski kakak kakaknya membuat dia ragu. Di sisi lain, Nara juga agak takut menjadi bahan bullyan seperti dulu.
"Kakak kamu cuma gak mau kenapa kenapa sayang. Mereka gak akan marah sama kamu. Bunda cuma gak mau kamu kesepian. Bunda, Ayah, dan kakak kamu kan punya urusan masing masing. Kalo kita semua ada urusannya berengan, pasti kamu sendirian sayang. Tapi kan kalo Nara sekolah, terus punya temen, Nara bisa ajak temen nya main ke rumah biar Nara gak kesepian". Ujar Fany.
Nara terdiam beberapa saat, mencerna ucapan Fany. Lalu ia mengangguk. "Iya Bunda. Nara mau sekolah. Nara mau punya temen"
Fany tersenyum. Dalam hati ia tidak pernah berhenti mengucapkan puji syukur kepada Tuhan karna telah mempertemukan nya lagi dengan Putri nya.
.
.
.Hai !
maaf part nya pendek, hehe
jangan lupa vote dan coment yaa !
thank you all <33
KAMU SEDANG MEMBACA
Queenara (Posesif Brother)
General FictionUpdate sesuai mood .. Setelah kematian Ibu nya, Nara bingung tiba tiba ada sebuah keluarga yang mengaku diri nya sebagai anak bungsu mereka yang hilang. Mereka menjemput diri nya dan berkata jika mereka adalah keluarga kandung nya. Selama ini, Nara...