Drama Musikal - Marie Antoinette

14 2 0
                                    

Riuh tepuk tangan dan teriakan penonton memenuhi ruang pertunjukan University of Oxford.

Pertunjukan drama musikal club seni membuat penikmat benar-benar jatuh cinta.

Para pemeran yang hebat mampu membawakan karakter masing-masing dengan sangat baik sehingga penonton seolah tersedot ke dalam dimensi cerita yang begitu mengharu biru.

Puncak haru semakin terasa begitu bagian paling akhir dari cerita telah tersampaikan.

Drama musikal yang menampilkan kisah cinta modern antara seorang pemuda kaya raya dengan seorang gadis cantik namun memiliki kekurangan pada tubuhnya. Gadis itu lumpuh.

Banyak rintangan selama perjalanan kisah cinta mereka hingga akhirnya cinta itu mendapatkan kebahagiaanya.

Sang pemuda menggendong gadis itu dengan rasa bahagia yang teramat. Scene yang paling dinanti, mereka melakukannya.

Ciuman lembut penuh cinta dan kerinduan. Keduanya saling berpagutan mesra cukup lama hingga tirai menutup, pertanda bahwa pertunjukan telah usai.

Ketika semua orang mengharu biru menyaksikan pertunjukan itu, seorang gadis yang duduk di barisan kedua paling depan menahan air mata yang terus-menerus mendesak ingin keluar.

Sesak melihat pemuda itu berkali-kali mencium pemeran wanita dalam pentas. Seandainya tahu akan banyak scene seperti ini, ia tidak akan datang.

Air mata yang sejak tadi ditahan pada akhirnya menetes juga. Tidak sesuai dugaan, tirai panggung kembali terbuka dengan menampilkan kedua pemeran utama sedang tidur di atas ranjang besar.

Keduanya terlihat tidak memakai busana, haanya tertutup selimut hingga batas dada, dan yang lebih menyakitkan untuk Hyora adalah keduanya saling berpelukan dan menatap mesra.

Tangan sang pemuda mengelus lembut rambut hitam sang gadis. Ya Tuhan, ini di luar kuasanya.

Tanpa mau melihat lagi Hyora bergegas pergi. Tidak ingin menyaksikan yang lebih dari ini. Hyora pikir ia akan baik-baik saja jika ia datang untuk menyaksikan drama musikal pertama yang laki-laki itu menjadi pemeran utama.

Hyora ingin memberi kejutan sekaligus semangat pada laki-laki itu, kekasihnya. Ya, laki-laki itu adalah kekasih Hyora sejak setahun lalu.

Bukankah seharusnya Hyora mengerti konsekuensi yang akan ia terima ketika memberikan izin pada kekasihnya itu untuk mengikuti club seni drama?

Sungguh, ia amat sangat mengerti. Hanya saja, entah kenapa hati dan logikanya sangat bertolak belakang. Logika terus-terusan mengatakan bahwa ini hanya bentuk profesionalitas tapi hati menolak gagasan itu.

_o0o_

Kim Doyuong berjalan ke sana kemari. Ia tak tenang setelah mendengar dari salah satu sahabatnya bahwa ia melihat Hyora keluar dari gedung pertunjukan dengan wajah sembab.

Gadis itu bahkan tidak melirik atau membalas saat disapa. Doyoung yakin gadis itu pasti marah melihat adegan demi adegan yang ia lakukan di atas panggung.
Ya Tuhan, ini salahnya.

Doyoung bersalah karena tidak pernah memberi tahu apapun pada gadis itu tentang drama musikal pertamanya.

Doyoung hanya tidak ingin gadis itu marah dan kenyataannya gadis itu sudah marah.

Doyoung mengambil ponsel lalu menekan tombol hijau untuk menelepon Hyora. Napasnya tercekat saat di seberang sana Hyora menolak panggilannya dan saat Doyoung mencoba untuk menghubungi kembali, ponsel gadis itu sudah di-nonaktifkan.

Laki-laki itu menghembuskan napas dengan kasar kemudian bergegas masuk ke dalam ruang ganti. Doyoung harus menemukan Hyora, secepatnya.

"Kenapa buru-buru sekali?" tanya seorang gadis yang merupakan partner-nya di atas panggung tadi.

Marie Antoinette - Kim DoyoungWhere stories live. Discover now