Empat
"Hai Sima," sapa Ochi pada teman sekelasnya sambil berlalu menuju tempatnya.
"Hai Ochi, hai Ogya." Sima membalas sapaan Ochi dan memberi bonus sapaan kepada Ogya yang hanya diam menggandeng tangan adik kembarnya.
"Hai."
"Ochi mau main sama Sima, ya," pamit Ochi pada Ogya setelah meletakkan tasnya di kursi dan dibalas dengan anggukan oleh kembarannya, Ogya juga mau bermain dengan teman-temannya.
"Ochi kenapa kemalin nggak sekolah?" tanya Sima setelah Ochi duduk di sampingnya.
"Masih disuruh istirahat sama mami, kemarin juga jemput papi di bandara, papi baru pulang," jawab Ochi.
Sima langsung meletakkan tangannya di dahi Ochi untuk memeriksa suhu tubuh temannya itu.
"Udah sembuh," ujar Sima dengan senang, untung saja temannya itu tidak sakit lagi.
"Iya, dikompres sama mami."
Seseorang menabrak tubuh Ochi dari belakang membuat gadis kecil itu berbalik dengan wajah kesal.
"Risha kok nabrak Ochi?" tanya Ochi kesal, memang tabrakannya tidak kuat dan punggungnya juga tidak sakit, tetapi Ochi lagi pengen nyari ribut, makanya dia permasalahin hal itu.
"Nggak sengaja," jawab Risha santai.
"Ih, bohong. Tadi Lisha sengaja nabrak Ochi, Sima liat."
Sima malah manas-manasin keadaan, kompor emang.
"Siapa Lisha? Nggak bisa bilang r diam aja!" sinis Risha, Sima dan Risha memang suka sekali ribut, ada saja yang mereka permasalahkan.
Sima manyun, matanya sudah berair karena ingin menangis. Risha mengejeknya lagi.
"Ih cengeng! Huu cengeng!" Risha semakin menjadi.
"Risha jangan gitu, kasian Sima."
Risha menjulurkan lidahnya untuk meledek Sima yang sudah menangis sesenggukan. Memang di kelas ini hanya Risha yang paling jahil, makanya jarang ada yang mau berteman dengannya.
"Risha kok nakal?" Ogya turun tangan ketika melihat kembarannya itu sudah akan kehilangan kesabarannya.
"Risha nggak nakal, Risha cuma ngomong," bantah Risha, enak saja Ogya mengatakan bahwa dirinya nakal.
"Tapi ngomongnya nakal, nggak boleh kayak gitu."
Risha yang kesal hanya berdecak, tiga lawan satu, jelas dia yang kalah.
"Huu keroyokan!" Meskipun Risha yakin bahwa dia yang akan kalah, tapi mulutnya tidak bisa direm. Lawan terus!
Ochi hampir saja menarik kepang Risha, tetapi gurunya terlanjur datang sehingga Ochi membatalkan niatnya.
"Good morning, students."
"Morning, Miss."
"How are you today?"
"Fine!"
Pertengkaran itu terhenti dan mereka asik belajar, seolah pertengkaran tadi tidak pernah terjadi.
🌸🌸🌸
"Bu Laqueta, ini berkas yang Anda minta," ucap seorang karyawan pada Laqueta yang sedang berjalan menuju ruangannya.
"Terimakasih." Laqueta menjawab dengan singkat, bukan bermaksud sombong, tetapi dia sedang terburu-buru.
"Laqueta, aku mau ngomong sebentar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Byakta Family [Selesai]
General FictionIni kisah Laqueta setelah menikah, aku sarankan untuk membaca cerita 'Laqueta' terlebih dahulu ❤ Sifat Laqueta tidak akan bisa berubah walaupun status dan kehidupannya telah berubah. Setelah memiliki keluarga kecil yang tampak sempurna, Laqueta teta...